SIP : Bab 2.

4.7K 371 65
                                    

Orang-orang mengenalnya dengan nama Kalingga Edgardo, sedangkan nama belakang yang berasal dari sang ayah tak boleh ia tunjukkan pada siapa pun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Orang-orang mengenalnya dengan nama Kalingga Edgardo, sedangkan nama belakang yang berasal dari sang ayah tak boleh ia tunjukkan pada siapa pun. Ibunya yang menyuruh.

Saat itu Edgar tak mengerti kenapa identitasnya harus disembunyikan, tapi setelah beranjak remaja ia tahu kenapa nama Wirasena seolah dihapus dari latar belakangnya. Kenapa sang ayah hanya bisa berkunjung tak lebih dari satu bulan sekali, dan kenapa sang ibu memilih tinggal di Batam sedangkan ayahnya berada jauh di Jakarta.

Ada masalah dengan rumah tangga orang tuanya. Awalnya Edgar pikir mungkin ibunya yang tak mau mengikuti atau mungkin sang ayah punya simpanan di luar sana. Namun, setelah mendengar cerita dari wanita yang melahirkannya, Edgar hanya menyimak baik-baik sebelum berakhir mengangguk paham. Penjelasan itu membuat kebencian yang pernah hinggap di hatinya hilang setelah mendengar pengorbanan sang ayah yang menyembunyikan dirinya agar tetap aman.

Dan kemarin persembunyiannya sudah selesai. Edgar tak perlu takut menunjukkan kalau dirinya adalah salah satu pewaris dari pengusaha kaya raya yang memiliki perusahaan raksasa. Namun, ada hal lucu yang terjadi sebelum sang ayah resmi mengenalkan dirinya sebagai salah satu keturunan Wirasena.

Wanita itu, wanita yang semalam tak ingin melihat ke arahnya membuat Edgar nyaris menyeringai jahil semalaman saat memandangi wajah ketus yang sepertinya akan mengeluarkan api dari mulut jika ada yang mengajaknya bicara.

"Ed, kamu udah bangun, Sayang?"

Edgar tersenyum kecil sambil mengangguk. Kali ini tentu tak sama dengan senyum yang ia lempar pada wanita bernama Falea Adzana Wirasena. Anak dari kakak perempuan sang ayah alias sepupunya.

"Pagi, Tante Lani."

"Pagi. Ayo sarapan, cuma anggota keluarga lain udah pada berangkat kerja, jadi kamu sendirian. Tapi nggak apa-apa Tante temenin di meja makan, ya."

"Oh, udah pada berangkat, ya?"

"Iya, Om kamu emang biasa pergi pagi banget, Alka sama istrinya bilang ada keperluan, kalau papa kamu katanya harus harus ke Batam. Penerbangannya jam enam pagi."

"Aku tahu kalau Papa, tadi malam emang bilang kalau pagi-pagi banget mau berangkat ke Batam."

Edgar duduk di kursi makan bersama wanita yang tadi menjelaskan kegiatan anggota keluarga pagi ini. Namun, ada satu nama yang menurutnya terlewat. Hal itu membuat Edgar mengernyit sambil melihat para pelayan menyajikan sarapan di hadapannya.

"Di rumah ini siapa aja yang tinggal, Tan?"

"Nggak banyak." Lani hanya meminta teh hijau pada pelayan untuk menemani penghuni baru dalam rumahnya menikmati sarapan. "Cuma Tante, Om kamu, Papa kamu kadang-kadang di sini kalau lagi nggak di rumah Anya, terus Alka sama istrinya. Udah segitu aja. Tante bersyukur istrinya Alka nggak keberatan waktu diajak tinggal di rumah ini, cuma mereka masih belum program hamil. Katanya masih sibuk sama urusan karir gitu, padahal Tante udah gemes banget kepingin denger suara bayi nangis di rumah ini. Tapi ... ya, jadi orang tua emang nggak cukup cuma siap finansial aja. Mental juga penting, Ed."

Secret In Paris ✔️Where stories live. Discover now