SIP : Bab 18.

1.9K 220 83
                                    

Guys, aku beneran semangat kalau banyak yang komen, deh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Guys, aku beneran semangat kalau banyak yang komen, deh.
Huaaa makasih, yah!

Selamat membaca 💙

"Kok, nggak ngabarin kalau udah balik ke Indo, Rif?"

"Kejutan, Fal." Pria manis itu tersenyum saat ekspresi sahabat kecilnya tampak mencebik malas. "Gimana kabar lu, Fal? Gue denger dari Mama Lani lu udah jadi sekretaris CEO, ya. Wah, keren juga itu."

"Ya ... keren, sih. Cuma lu tahu kan, gue jalur ordal." Fale ikut tertawa saat Arif yang berdiri di sampingnya terkikik mendengar lelucon itu.

Mereka berdua memilih kolam ikan di halaman belakang untuk membicarakan masa kecil yang menyenangkan. Berdiri tepat di tengah jembatan yang membentang pendek di atas hewan air yang sedang berkeliaran di bawahnya.

Omong-omong pertemanan mereka sudah terjalin sejak balita. Ibunya Arif yang saat itu menjadi single parents adalah sahabat dekat ibunya Fale. Sebenarnya terlepas dari garis keluarga konglomerat, mereka hanya anak-anak malang yang tak memiliki ayah bahkan sebelum tahu harusnya ada sosok itu dalam rumah.

Fale terbilang cukup beruntung karena ibunya menikah dengan pria yang tulus saat usianya menginjak angka lima, sedangkan Arif hingga saat ini tak memiliki figur ayah yang menyempurnakan keluarga. Ibunya masih setia jadi janda. Katanya cinta yang dibawa mendiang ayah Arif hanya tersisa untuk anak-anak saja.

"Kabar Arin gimana, Rif?" Fale mulai menanyakan tentang adik perempuan Arif yang dulu sering mengikuti mereka bermain ke mana pun.

"Baik. Dia lagi ambil S-2 di Oxford."

"Waw!" Fale berdecak kagum. "Keturunan jenius, ya. Harusnya gue nggak kaget, sih," serunya sambil menepuk lengan pria yang hanya tersenyum samar. "Rif?"

"Hmmm."

"Kok, lu ada ototnya, sih?" Sedikit terkejut saat merasakan daging keras di lengan Arif, Fale tertawa mendengar dengkusan pelan pria itu. "Dulu waktu SMP kan, lu tipes mulu. Gue kaget banget, loh!" tambahnya sambil menepuk-nepuk lengan Arif.

"Lu ngaco!"

"Iya. Lu tuh, langganan rumah sakit tau waktu sekolah. Gue sampe bosen jenguknya." Fale masih tertawa mengingat hampir dua bulan sekali Arif masuk rumah sakit. Entah tipes, DBD, demam biasa, sampai cacar air.

Arif berdecak. "Ngapain sih, ingetnya waktu gue lagi tipes. Kenapa nggak inget pas lu ngajak gue nikah aja."

"Hah?! Kapan gue pernah bilang begitu?"

"Fale!"

Muda-mudi itu refleks melarikan atensi pada pria yang memanggil dengan nada tinggi. Di ujung kolam dekat jembatan, Edgar berdiri dengan gaya pongah sambil memasukkan dua tangan ke saku celana. Tak lama pria itu melangkah menghampiri Fale dan Arif yang sempat ia lihat sedang bercanda.

Secret In Paris ✔️Where stories live. Discover now