SIP : Bab 9.

2.2K 235 54
                                    

Seharusnya, Fale tak menganggap serius ajakan makan malam Edgar yang siang tadi ia dapatkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seharusnya, Fale tak menganggap serius ajakan makan malam Edgar yang siang tadi ia dapatkan. Bukankah ia tahu pria itu pandai merayu? Tapi kenapa Fale rela menunda makan malamnya dan beberapa kali melihat ponsel untuk memeriksa kabar dari pria tersebut.

Senyumnya tercipta saat pesan Edgar masuk ke ponselnya. Pria itu mengatakan sedang dalam perjalanan pulang ke apartemen dengan makanan yang ia dapat di restoran. Turun dari stool yang sejak tadi diduduki, Fale masuk ke kamar dengan gerak cepat seolah baru mengingat sesuatu. Padahal ia hanya ingin melihat tampilan dirinya yang malam ini memakai dress hijau muda dengan kerutan di bagian pinggang.

Beberapa kali melihat dari segala sisi, Fale kemudian mengernyit menatap refleksi diri pada cermin tinggi yang bersandar di dekat rak buku. Lantas merenung sebentar untuk memikirkan, kenapa ia begitu bersiap untuk menyambut Edgar datang?

Akhirnya karena tak tahan mendengar kata hati yang mengejek, Fale memilih berjalan menuju lemari besar yang ada di sudut kamar. Mengambil piyama pendek berwarna navy untuk mengganti dress yang lebih cocok digunakan untuk pergi ke suatu acara.

Sekitar 25 menit kemudian bel apartemennya berbunyi. Meskipun kesal dengan diri sendiri yang merasa antusias menyambut kedatangan Edgar, Fale mulai mengayunkan tungkai menuju daun pintu seraya mengikat rambutnya asal-asalan. Padahal tadi sudah tergerai rapi setelah disisir berkali-kali.

"Pizza, sushi tei, sei sapi, corn dog, sama dissert box. Gue lupa beli minumnya. Di kulkas lu ada minuman, kan?" celoteh Edgar saat pintu apartemen di depannya terbuka lebar bersamaan dengan wajah wanita yang malam ini terlihat memakai lipalm berwarna ceri.

Fale mendengkus menutupi senyum gelinya melihat Edgar mengangkat rombongan makanan di tangan. "Banyak banget, siapa yang bakal habisin semuanya?"

"Gue." Tanpa permisi Edgar melangkah masuk sambil melempar senyum tipis. "Kencan pertama loh, ini. Kenapa nggak dandan, sih?" godanya santai.

"Palu lu benjol. Kencan apaan?!"

Meski membalas ketus, Fale yang berjalan di belakang Edgar mencoba menarik napas tak kentara. Setelah melihat pria itu duduk di sofa, Fale memilih pergi menuju lemari es untuk mengeluarkan beberapa botol minuman. Juga membiarkan hawa dingin di sana meredamkan suhu wajahnya yang terasa hangat. Berhasil memenangkan diri dengan cara bodoh dan sedikit menggelikan, Fale kembali menghampiri pria yang sudah membuka bungkus makanan.

"Gue habis dari rumah Tante Lani."

"Oh, iya. Lu habis ketemu nyokap lu, ya? Gimana kabarnya? Gue nggak pernah ketemu sama sekali."

"Baik."

Seperti biasa, Edgar memilih turun dari sofa untuk menikmati makan malam yang sempat ia lupakan. Tadi saat ditawari sang ibu untuk makan malam bersama di rumah besar Wirasena, ada hal yang mengganjal hatinya. Dan tiba-tiba saja ia teringat sesuatu yang membuatnya bergegas pulang setelah mengirim pesan singkat pada Fale, lalu beberapa kali berhenti dalam perjalanan untuk membeli beberapa makanan. Untungnya belum terlalu larut saat ia ingat ada janji makan malam dengan Fale.

Secret In Paris ✔️Where stories live. Discover now