SIP : Bab 23.

1.9K 204 60
                                    

Tandai typo jika berkenan dan selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tandai typo jika berkenan dan selamat membaca.

"Ma, habis ini Fale mau bicara dulu sama Arif. Jadi Mama jangan kabarin apa-apa dulu ya, ke Mami Disha. Arif sama Fale mau ngobrolin ini dulu."

Untung saja sebelum pulang, Fale sempat berpikir untuk mengatakan hal tersebut pada ibunya. Ia takut wanita yang terlihat begitu gembira itu terlanjur mengatakan kabar ini pada keluarga Arif padahal dalam hati kecil Fale, keraguan jelas masih menyelimuti.

Entah apa yang tiba-tiba membuat Fale merasa dilema.

Ia menyukai Arif meski perasaan cinta belum terlihat nyata. Fale selalu merasa nyaman jika ada di dekat pria itu dan ia sudah tahu bagaimana sifat, sikap, hingga kebiasaan kecil Arif yang sejauh ini masih bisa ia toleransi. Pria itu masuk ke jajaran pria idaman untuk wanita dewasa sepertinya.

Persahabatan yang terjalin sejak lama membuat Fale berpikir tak ada salahnya melangkah maju ke hubungan lain. Terlebih saat beberapa hari lalu Arif mengatakan ingin mencoba hubungan di luar kata sahabat dengannya. Meskipun tak terang-terangan mengatakan hal pernikahan, tapi Fale tahu Arif akan mengambil tindakan serius jika ia buka sedikit saja pintu persetujuan.

Kendati demikian, setelah mengambil pilihan yang Fale rasa adalah putusan tepat hatinya malah dirundung dilema dengan pikiran seperti benang kusut. Apalagi saat pria yang beberapa bulan belakangan ini memasuki kehidupannya menunjukkan emosi sambil menggaungkan penolakan di depan wajahnya.

Padahal Edgar tak lebih dari anak pamannya. Untuk apa pendapatnya dipertimbangkan?

"Ed—"

Pria itu seperti kesetanan saat mencium Fale. Saat ini keduanya sudah sampai di parkiran apartemen. Sebenarnya mereka pulang dalam keadaan terpisah. Fale membawa roda empatnya dan Edgar mengikuti dengan sepeda motornya. Namun, baru saja mematikan mesin mobil, Fale terkejut saat Edgar masuk ke mobil dan tanpa mengatakan apa-apa menciumnya seperti monster yang siap menelan anak-anak dalam kondisi hidup.

Tapi sialnya Fale merasa tak keberatan jika memang ditelan Edgar.

"Edgar!"

Mendorong dada Edgar dengan sisa tenaga yang lemas karena menahan desahan, akhirnya Fale berhasil menjauhkan wajah Edgar dari lehernya. Setelah itu bisa ia rasakan napas memburu dengan sorot mata yang begitu tajam, lalu tak lama merasakan kepala Edgar mulai menumpu di bahunya.

"Bilang lu nggak serius, kan?" Pria itu bergumam lirih.

Edgar tak pernah merasa semarah dan sekecewa ini hanya karena sesuatu yang belum lama ini ia rasakan. Tadi saat di jalan tangannya begitu gatal ingin menarik kopling dan gas motornya, melesat cepat di jalanan seperti yang dulu ia lakukan saat balapan. Namun, karena mengikuti mobil Fale dari belakang ia hanya mampu menggertakkan gigi mengingat obrolan malam ini yang mengundang keterkejutan luar biasa.

Secret In Paris ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang