SIP : Bab 16.

2K 230 57
                                    

Selamat membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat membaca.
Dukung mereka dengan voment, ya. Boleh juga tandai typo yang berceceran.
Terima kasih.

Tak ada tamparan ataupun makian.

Setelah puas mencecap rasa bibir yang terasa jadi candu berbahaya, keduanya melenggang bersama seolah tak terjadi apa-apa. Duduk berhadapan di kursi restoran dengan orang-orang yang mereka kenal. Benar-benar seperti dua orang yang terlatih dan pandai menyembunyikan hubungan terlarang.

Namun, sepertinya hal itu hanya dirasakan Edgar saja. Fale memang pintar memasang wajah datar, tapi kali ini ia tak bisa melarikan tatapan ke arah Edgar yang beberapa menit lalu nyaris membuat tanda di lehernya. Ia tak sepenuhnya tenang dan jujur saja sedikit gugup sekarang.

Syukurlah pria itu berhenti saat Fale mencubit perutnya keras karena saat didorong untuk menjauh, tenaga Fale tak mampu membuat tubuh Edgar bergeser sedikit pun.

"Ed, kamu mau cobain punyaku?" Zola menyodorkan seporsi unagi hitsumabushi yang belum ia cicipi pada pria yang tadi sedikit dipaksa untuk duduk di sampingnya. "Belum aku cobain, kok, kalau kamu mau nyicip."

"Nggak usah. Makanan aku bentar lagi dateng, kamu sama Mira makan duluan aja."

Refleks terbatuk mendengar Zola dan Edgar sudah ber-aku-kamu, tangan Fale menyambar minuman Mira dan menyedotnya santai. Udah deket banget, ya, kayaknya, batinnya sedikit menggerutu.

Mengabaikan tatapan Mira yang terlihat seperti menggoda, Fale mulai membuka aplikasi sosial media dalam ponsel sambil menunggu menu makan siangnya datang. Ia, Edgar, dan Kafi memang datang belakangan. Kafi jelas punya alasan tepat kenapa terlambat, sedangkan Fale yang tadi ditanyai kenapa datang belakangan berhasil menarik napas lega saat Edgar dengan santai memakai alasan kalau mereka mengobrol hal penting di ruangan CEO.

Rasanya menggelitik hati saat mulut manis Edgar begitu mulus berdusta di depan orang-orang, padahal jelas-jelas mereka berdua mengulur waktu karena sibuk bertukar saliva di atap gedung.

Sekitar sepuluh menit kemudian, pesanan yang tertinggal akhirnya datang ke meja mereka. Kafi dan Edgar memesan menu yang sama sedangkan Fale memilih semangkuk ramen spicy untuk menu makan siangnya.

"Pedes kan, Fal? Sampe jontor gitu bibir lu," celetuk Mira yang sudah selesai dengan seporsi aburi salmon roll. Ia terkekeh saat Fale melebarkan mata dengan mi ramen yang tertahan di bibirnya. "Sorry." Lalu melirik Edgar yang menoleh padanya sebentar. "Demen banget sih, makan pedes-pedes punya penyakit lambung juga!" sambungnya seraya menyambar segelas ocha dingin yang tadi ia pesan.

"Gue udah lama nggak makan pedes."

"Bohong!" timpal Zola yang membuat Fale kembali melebarkan mata. Kali ini tanpa mi di mulutnya. "Kemarin lu pesen seblak level sepuluh."

"Makannya kan, bareng lu." Fale berdeham kasar saat merasa kenapa ia seperti pencuri yang sedang dicurigai. Biasanya ia pandai bersikap tak acuh pada apa pun ucapan sahabatnya.

Secret In Paris ✔️Where stories live. Discover now