BAB 19 [Sebenarnya]

22 7 15
                                    

Kalo ada typo taindain!

Happy Reading
****

"Sebenarnya pertemuan kita sudah saya rencanakan sedari awal." Laki-laki itu mulai bercerita.

"Hah! maksudnya?"

"Saya sudah lama berada disini jauh sebelum bertemu dengan kamu," ujar Carva lantas Khanzia menggernyit bingung.

"Berarti waktu itu lo cuma drama doang sampe pake baju perang! sebenarnya lo gak setolol itu?" Carva mengangguk menanggapi pertanyaan Khanzia.

"Terus tentang stelit? dan tujuan lo kesini sebenarnya buat apa?"

"Tujuan saya cuma satu! sedangkan masalah Stelit itu hanya masalah kecil, awalnya saya berfikir jika kamu yang menyelesaikan masalah Stelit itu maka saya akan lebih fokus mencari keberadaan Ibu saya." Khanzia semakin bingung dengan penjelasan dari Carva.

"Tujuan inti saya kesini adalah untuk mencari Ibu saya," ungkap Cowok tersebut memperjelas apa tujuannya.

"Berarti Lo emang manusia?" Carva lantas mengangguk.

"Saya manusia bukan Alien seperti yang kamu katakan! hanya saja ada darah Ayah saya dari planet lain, sehingga saya dapat mengendalikan keadaan diwaktu-waktu tertentu!" cakap Carva. tunggu! kenapa Khanzia agak senang mendengar bahwa Carva ini bukan Alien? melainkan manusia.

"Jadi waktu gue mau disembur pake air selokan sama Salsa lo gunain kemampuan lo itu?"

Cowok itu mengangguk, "Arah Angin yang saya balik membuat air itu tidak mengenai kamu melainkan pada perempuan itu," jawab Carva, gadis disampingnya hanya memangut-mangut iya, walaupun sebenarnya otak kecilnya tak bisa menampung pemahaman sebesar yang Carva katakan.

"Kirain lo punya kekuatan super yang lebih dari pada itu, tapi oke fine, gue mau dengerin cerita lo dari awal. Supaya gue lebih paham, itu juga kalo lo nganggep gue bisa dipercaya."

Flash Back On...


Anak berusia tiga tahun terus memeluk tubuh ibunya, "Bunda, Calva mau sama Bunda," pinta Anak laki-laki itu dengan lucunya, ia tak tau bahwa dirinya akan dibawa oleh sang Ayah ketempat yang paling jauh.

"Carva ayo!" ajak Vitel pada Carva, wanita itu menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca.

"Mas, tolong aku mohon jangan bawa Carva biarkan kedua anak kita tinggal bersama aku!" pinta Wanita tersebut pada Suaminya.

Vitel menggelang, "Biarkan satu anak bersama kamu, dan satu anak lainya bersamaku," jawab Vitel dengan berat hati.

"Ayah, kita mau kemana?" tanya Carva mendongak pada Vitel Ayahnya.

"Ketempat Ayah berasal, disana tanggung jawab telah menunggu Ayah," jawab Laki-laki tersebut pada Anaknya,

"Mas..." Wanita itu kembali memanggilnya tanda jangan pergi.

"Ini sudah menjadi peraturan semesta, makluk thevirtels dan Bumi itu tidak bisa bersama untuk selamanya," ujarnya.

Wanita itu menghela napas berat, "Baiklah, tapi aku mempunyai permintaan terakhir."

"Katakan." Laki-laki itu menjawab seakan-akan permintaan itu bisa ia penuhi.

"Kamu bisa merawat Carva, tapi saat umurnya 23 tahun kamu harus mengembalikannya lagi padaku." Vitel berfikir sejenak sebelum ia kembali mengangguk menyetujuinya.

"Akan saya penuhi, tapi dengan itu saya juga meminta izin untuk menikah lagi, saya harus mempunyai keturunan untuk penerus Thevirtels," ujar Vitel, Wanita itu sontak kaget dengan permintaan yang suaminya ajukan.

Pangeran Carva [On Going]Where stories live. Discover now