| 03 | There's Still A Chance

217 32 4
                                    

"OUH ... kalian kesini?"

"Haiya, iya, lah. Masa kagak, sih?" Viktor menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Naufal yang menurutnya tidak masuk akal.

"Kenapa kalian kesini?" tanya Naufal lagi.

Ali melipat kedua tangannya, Boboiboy mengerutkan kening, sementara Mika, Bulat, Annisya, dan Zass yang berada di dalam ruangan tersebut hanya bisa diam.

"Jenguk lo, kampang. Lo, kan, temen kita. Lagian juga gue ngerasa berdosa banget nggak jenguk temen gue yang baru aja sadar dari koma," timpal Ali sambil berkacak pinggang.

"Bener, tuh, lo kenapa ngomong gitu?" timpal Zass.

"Ya ..." Naufal terpaksa menjeda ucapannya sejenak kala merasakan perih pada luka yang ada pada badannya. Well, meskipun sekarang dia berhasil melewati masa kritisnya, tapi tetap saja luka-luka yang tercetak pada badannya membuatnya sesekali merasakan sakit.

Helaan napas keluar, Naufal melirik kesemua teman-temannya yang hari ini datang menjenguknya dengan perasaan sesak. Netranya melirik ke bawah, tidak berani memandang.

"Fal?" panggil Zass yang bingung melihat perubahan mendadak pada Naufal.

Naufal tak menjawab, dirinya masih menunduk dengan pikirannya yang berkelana kemana-mana.

"Naufal?" kali ini Ali yang memanggil, tak biasanya Naufal begini. Pasti ada sesuatu.

"Harusnya kalian semua nggak usah jenguk gue."

Lho, kok?

Diam, hening langsung menyapa ketika untaian kalimat itu terdengar, masing-masing menatap Naufal dengan tatapan heran, tak mengerti apa maksudnya.

"Tuh, bocah kenape? Mau mendramatisir keadaan?"

"Naufal ..." Boboiboy bersuara, meminta penjelasan.

"Bang, lo harusnya biarin gue aja disana, dalam keadaan sekarat ..." gumam Naufal lagi. Boboiboy mengerutkan kening, barulah sesaat kemudian ia paham apa maksudnya. "Gue nggak pantes ada disini sama kalian, setelah apa yang--"

"Setelah apa yang lo lakuin?" potong Boboiboy cepat. "Idih, nggak usah banyak drama lo, Fal. Aneh gue liatnya, jangan-jangan karena selama ini lo temenan sama Ali?"

"Heh!" Ali berdecak tidak terima, dengan sangat tidak sopannya anak itu langsung mengambil topi yang dikenakan Boboiboy dengan kasar kemudian memukul kepala Boboiboy dengan topinya sebanyak dua kali. "Asem banget, ya, Bang. Asem pake banget. Pasti diajarin sama Bang Gopal, ya?"

"Eh, nggak sopan banget sama yang lebih tua!" Boboiboy langsung kaget melihat perlakuan Ali, sementara Ali langsung menatap Boboiboy sinis sambil menjulurkan lidah. "Bodo!"

Baiklah, daripada mengurusi Ali yang laknatnya minta ampun itu, lebih baik Boboiboy kembali beralih pada Naufal, bersiap memberikan remaja itu wejangan sebelum dia merutuki dirinya kembali karena kesalahannya. "Lo tahu, kan, Fal? Lo ngelakuin itu bukan dari kemauan lo sendiri. Iya, kan? Kalau lo nggak ngikutin apa yang Revenge mau, maka keluarga lo nggak akan selamat."

"Gue tahu, banyak orang baik yang menjadi korban karena orang jahat yang memaksa mereka, sudah banyak kasus seperti itu. Lo jangan ngerasa bersalah lagi."

"Emang iya, kita sempat kaget dan kecewa waktu tahu kebenaran, tapi setelah ditelusuri lagi, kita tahu lo nggak mungkin ngelakuin itu karena lo mau, kan? Tapi ..."

Boboiboy memegang pundak Naufal, untuk menenangkan remaja tersebut, Naufal yang sedari tadi menunduk langsung mendongakkan kepalanya, menatap Boboiboy dengan tatapan sendu.

Bangkit! (Boboiboy X Ejen Ali X Anicraft) AOF #6Where stories live. Discover now