| 12 | Intruder On The Plane

200 17 16
                                    

"TIDAK apa-apa, quinjet ini hanya menabrak bebatuan, aku tidak sempat melihatnya."

Kedua alis Kaizo berkerut. "Apa maksudnya dengan menabrak bebatuan? Kita sedang berada di quinjet!"

Boboiboy menghela napas. "Quinjet sudah berada diatas hamparan tanah, Kapten Kaizo. Hanya saja, kita belum mendarat dulu karena kita sedang mencari lokasi yang aman," jelas Boboiboy dan dibalas dengan anggukan oleh Rizwan.

Kaizo melihat ke depan. Benar saja, ada batu besar yang berada dekat dengan quinjet mereka. Untung saja tabrakannya tidak terlalu parah. Rizwan langsung memutar kemudi untuk menjauh sedikit dari batuan besar itu.

"Sejauh ini, sih ... nggak ada apa-apa," gumam Annisya. "Gimana kalau kita turun saja?"

"Kalau begitu, gunakan mode penyamaran," ujar Vern. "Dengan alat pendeteksi, kita bisa menemukan Mega-Azurium lebih cepat, dan aku harap pencarian kita ini tidak akan memakan waktu lama, firasatku tidak enak dengan tempat ini. Wilayahnya tandus, dan sepertinya jarang atau mungkin tidak pernah ada manusia yang datang kesini."

"Tapi kenapa mereka nggak pernah kesini? Jangan-jangan ada hewan liar?" tanya Sayyid sambil bergidik ngeri. 

"Ih, ngawur! Yang bener, dong, ngomongnya. Gue, kan, jadi merinding," Annisya langsung menimpuk lengan Sayyid dengan jaketnya. "Kita juga punya senjata, kan? Kalau ada bahaya, kita bisa langsung melindungi diri kita sendiri."

"Yaaaa ... kalau hewan liarnya hewan raksasa gimana?"

"YID! LO JANGAN NAKUT-NAKUTIN GUE!" balas Annisya lagi dengan nada suaranya yang mulai meninggi dengan kedua matanya yang melotot tajam kearah Sayyid.

"Heh, jangan berantem sekarang, dong. Baru juga mulai udah pada kayak gini," Boboiboy memutar bola matanya malas dan menggunakan tangannya untuk memisahkan kedua remaja tersebut. Ya ... daripada ada pertikaian? Entar malah banyak drama lagi. Kan, pusing kepala Barbie jadinya.

"Boboiboy, kau bersama Yuchan, Kaizo, dan Vern akan turun sebentar lagi. Sisanya berada di kapal ini," sahut Rizwan tiba-tiba.

"Ejen Rizwan bagaimana?" tanya Boboiboy.

"Aku tetap disini, mengurusi quinjet dan menjaga keamanan."

"Heh! Kok gitu?" balas Sayyid tidak terima. "Ejen Rizwan, gue, kan, juga mau nyari."

"Lho? Tadi katanya takut sama hewan liar?" tanya Annisya.

"Itu bukannya lo, ya, Nis?"

"HEH, GUE NGGAK ADA BILANG GUE TAKUT, YA!"

"GUE JUGA NGGAK BILANG KALAU BENERAN ADA HEWAN LIAR DISINI!"

"TAPI MALAH UCAPAN LO YANG BIKIN GUE OVERTHINKING!"

"Heh, sudah-sudah," Yuchan ikut turun tangan sambil menghela napas. Bingung bagaimana caranya mendamaikan kedua calon pasutri yang sedang berdebat kusir ini.

"Kalian berantem, akur dulu baru saya izinkan," balas Rizwan malas. Netranya fokus mencari tempat yang pas untuk mendaratkan quinjetnya.

"Kita juga nggak berantem ..." Hanna melirik Azizah, sementara Azizah balas melirik Hanna. "Tapi, kok, tetap kena, ya?"

"Karena kalian teman mereka."

Hanna dan Azizah sejenak memasang wajah datar, kemudian beralih menatap tajam Sayyid dan Annisya yang kini sedang dipaksa Yuchan untuk salaman dan minta maaf. "Seharusnya kita tidak berteman dengan mereka," bisik Hanna kepada Azizah.

"Yeah ..." Azizah mengangguk dengan wajah tertekannya.

⚔️

"Bulat, lo nggak bosan apa disini?"

Bangkit! (Boboiboy X Ejen Ali X Anicraft) AOF #6Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum