| 13 | Musuh dan Keahliannya

159 15 1
                                    

"INI tempatnya?"

Gopal, Lia, Dos, dan Eben segera menuju lokasi tempat Rudy, Blane, dan Hilwa berada selepas mereka dihubungi oleh Blane. Menurut Blane, kelompoknya menemukan sebuah benda raksasa yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan Heal yang sedang mereka cari.

Sesampainya di lokasi, mereka semua langsung terpana. Sesuatu yang besar itu berada di hadapan mereka. Kira-kira setinggi rumah. Masing-masing diantara mereka saling menatap karena tidak percaya.

"Kami berhasil menemukan Heal," lapor Blane kepada MATA melalui alat komunikasi. "Dari ciri-cirinya, benda ini mirip dengan Heal. Apakah benar?"

Dari Markas MATA, Aliya menatap layar hologram dimana Blane mengirimkan gambar mengenai mesin besar tersebut. "Dari ciri-cirinya, benda ini memang mirip dengan Heal. Lokasinya juga sama persis. Tapi, kita juga harus pastikan jika ini bukan mesin rekaan."

Dos mengeluarkan sebuah robot berbentuk bulat yang terbang mengelilingi mesin tersebut dan mengeluarkan pancaran cahaya untuk melakukan scan. Selepas melakukan scan, robot tersebut memunculkan layar hologram kepada Dos.

"Menurutnya, ini memang Heal," gumam Dos. "Kita tidak mungkin membawa mesin sebesar ini. Quinjet saja mungkin tidak bisa memuat Heal."

Dos melirik kearah Lia. Lia hanya tersenyum kecil, robot berwarna merah mendadak muncul diatas bahunya dan berubah menjadi mobil kecil dan menghampiri mesin yang diduga bernama Heal. Robot berbentuk mobil tersebut mengeluarkan pancaran cahaya yang sama, hanya saja pancaran cahaya itu membuat Heal mendadak mengecil sekecil bola pingpong.

"Nice," Lia tersenyum puas. Robot miliknya membawa kembali Heal yang sudah mengecil tersebut kepadanya. Lia mengambil dan menyimpannya kedalam tas kecil yang setia berada di pinggangnya. "Ternyata sesimpel ini," gumamnya.

"Hah?" Blane menatap tidak percaya. "Masa, sih, segampang itu?"

"Iyalah, terus lo mau gimana lagi?" tanya Gopal.

"Nggak segampang itu, coyy," ujar Blane cepat. "Biasanya kalau segampang ini, pasti bakal ada penyerangan sedetik setelahnya."

"Hah, serangan?" tanya Hilwa tidak mengerti. "Serangan apa, Blane? Daerah sini tandus? Hanya ada dataran luas. Jika mereka bersiap untuk menyerang, mereka akan bersembunyi dimana?"

"Kita nggak akan pernah tahu," Blane hanya menggaruk tengkuknya. "Tapi, firasat gue bilang kalau habis ini bakal ada serangan."

Tidak seperti Gopal yang menganggap jika Blane terlalu overthinking, Rudy dan Dos justru terdiam memantau sekitar mereka, menatap sekeliling dengan detail, merasakan semilir angin yang menimpa tubuh mereka sekilas.

Bisa jadi yang Blane katakan itu benar, jadi masing-masing diantara mereka menatap waspada.

"Udahlah, kita langsung balik aja, lebih aman di quinjet daripada kita disini terus," bantah Gopal.

"Tapi-"

"Lo ngomong gitu apa karena lo nggak terbiasa di pertarungan? Udah, jangan khawatir. Kan, kita nyerangnya bareng-bareng."

Blane yang mendengarnya hanya menghela napas. "Ya ... terserah lo aja, sih. Gue, kan, cuma bilang kalau perasaan gue nggak enak. Itu aja. Makanya gue nyuruh kalian buat waspada."

"Jadi, kembali ke quinjet?" tanya Lia.

"Jangan dulu."

Semua orang langsung mengalihkan atensinya pada Rudy dengan tanda tanya. Rudy sendiri menatap teman-temannya satu-persatu, sebelum pada akhirnya menangkap sesuatu yang bergerak kearah kaki Eben.

Bangkit! (Boboiboy X Ejen Ali X Anicraft) AOF #6Where stories live. Discover now