09 - Festival April

3K 299 7
                                    

Kendra Barayudha : Coy nanti malem ke Festival yok. Bosen gue di rumah.

Axel menatap layar ponselnya seraya menyesap susu hangat yang tadi dibuat sang Mama. Boleh juga ajakan Ken, lagipula ia juga tak ada kerjaan di rumah nanti malan.

Giordano : boleh deh. Jam brp?

Kendra Barayudha : jam delapan aja deh.

Kendra Barayudha : kalo lo dateng duluan, tunggu aja di tempat masuknya ye.

Giordano : iye.

Setelah membalas LINE dari Ken, Axel menaruh ponselnya di atas nakas lalu melanjutkan kegiatannya, menggantikan Hazel mengisi jurnal ini.

Benda itu sudah terlihat mirip dengan yang sebelumnya, namun masih terlihat belum sempurna. Dan Axel, berniat mengisi lembaran-lembaran yang kosong tersebut.

14 April 2015

Hai Hazel, pemilik jurnal ini.

Maaf ya, gue nyoret-nyoret buku lo tanpa izin. Gue juga pengen nyeritain kehidupan gue disini, sama kayak lo.

Nanti malem gue sama Ken bakal pergi ke Festival April loh. Gue harap, lo bakalan dateng juga ya. Jadi kita bisa kenalan secara resmi.

Hmm apalagi ya yang mau gue omongin.

Oh iya, kenalin, nama gue Axel. Nice to know you, Hazel.

Axel menutup jurnal Hazel lalu menaruhnya di atas nakas bersama pena yang tadi dipakainya. Lelaki itu kembali mengambil mug berisi susu hangat lalu menyesapnya sedikit.

Hazel Alaska.

*

Jam sembilan lewat dua puluh delapan menit.

Axel mendecak begitu melihat jam tangan yang melingkar sempurna di pergelangan tangan kirinya. Sudah satu jam lebih ia menunggu kedatangan Ken, namun lelaki itu belum menampakkan batang hidungnya sama sekali.

Axel berjalan di tengah ramainya Festival April malam ini. Festival yang diadakan setiap bulan April entah dalam rangka apa. Pokoknya, namanya Festival April.

Lelaki itu berjalan seraya memasukkan kedua tangannya di kantung jaket yang dipakainya. Kameranya sudah menggantung di leher dan earphone yang terpasang di kedua telinganya. Lelaki itu meringis melihat orang-orang mulai memperhatikannya, mungkin mereka merasa aneh melihat seorang lelaki datang sendirian di Festival ini. Ngenes, kasihan.

Lapar, akhirnya Axel memutuskan untuk berhenti di depan stand dimana seorang Abang penjual tengah membuat crepes yang sukses membuat Axel menelan air ludahnya diam-diam.

"Crepes-nya satu ya, Bang." Ujar Axel pada Abang-Abang itu. Lelaki itu mengangguk seraya menuangkan adonannya ke pemanggang.

"Sendirian aja, Dek?" Tanya Abang itu seraya terkekeh. Membuat Axel dongkol sendiri.

"Enggak Bang, lagi sama Pacar." Balas Axel asal.

"Pacarnya dimana?" Abang itu memberi bungkusan berisi crepes pesanan Axel.

"Di tangan Tuhan." Axel menaruh selembar uang sepuluh ribuan lalu berjalan tanpa arah sembari menggigit crepes-nya.

Hari sudah makin larut ketika Axel mendudukkan dirinya di kursi taman yang menyuguhkan pemandangan Festival. Axel sempat melamun sampai ia melihat sebuah lampion terbang dengan indahnya di langit malam.

Axel mengikuti arah terbang lampion tersebut. Tak lama kemudian, lampion-lampion lain mulai berterbangan menghiasi langit. Dengan cepat ia menghidupkan kameranya lalu memotret pemandangan itu.

Axel menolehkan pandangannya ke sana-sini, lalu melihat salah satu stand yang menjual lampion. Dengan sigap, ia berjalan menghampiri stand tersebut.

Setelah membayar, penjual itu menyalakan api terlebih dahulu di bagian bawah lampion sebelum menyerahkannya pada Axel.

Sebelum melepaskan lampion tersebut, Axel mengambil kertas dan pena dari tas kecil yang selalu dibawanya, lalu menulis sesuatu disana.

Gue pengen ketemu sama lo, Hazel.

Axel menggulung kertas itu lalu menyelipkannya di bagian atas lampion. Ia tersenyum kecil sebelum melepaskan benda itu ke udara.

"Eh bro, sorry ye lama. Gue mager banget tadi." Ken menepuk bahunya secara tiba-tiba, membuat Axel menolehkan kepalanya lalu menoyor kepala sahabatnya itu.

"Sakit goblok!" Ken meringis kesakitan seraya mengusap kepalanya.

"Bilang kalo telat. Gue dikira jones sama orang lain gara-gara jalan sendirian. Nasib baik muka gue ganteng." Ujar Axel sambil memotret keadaan Festival sekarang.

"Akuin aja sih, kalo emang jones," gumam Ken lalu merapatkan jaket putihnya.

"Yok ah, jalan. Gue pengen makan." Ken merangkul Axel lalu mereka berjalan mengitari Festival.

Disisi lain, di waktu yang sana dan tempat yang sama.

"Hazel ayo terbangin lampion lo! Lama banget sih!" Vanni berseru seraya berjalan mendekati Hazel.

Gadis yang diteriaki itu hanya menggumam lalu menulis sesuatu di bagian atas lampion miliknya.

Gue harap gue bisa nemuin jurnal gue.

Dengan sekali helaan napas, Hazel melepaskan lampion itu dengan pelan. Perlahan tapi pasti, lampionnya terbang menyusul lampion-lampion lain.

Hazel tersenyum kecil. Ya, semoga.

----

Akhirnya bisa update setelah berlama-lama didiemin wkwkw.

Karena banyak(gak banyak banyak amat sih) dari kalian yang bilang kalo cerita ini gak usah diapus, jadi aku gak bakalan hapuss. Tapii judulnya aku ganti jadi Dear Journal. Bagus gaak? Hihiw.

Maaf chapter yang ini pendek. Vomments nya yaa.

7 Juni 2015, K.

Dear JournalWhere stories live. Discover now