11 - Kembali

3.1K 317 29
                                    

Aku memarkir matic-ku tepat di sebelah pintu utama rumah Laura. Kugantung helmku di stang motor lalu membuka jok dan mengambil buku pelajaran dan tempat pensil. Setelah menutup jok motor tersebut, aku menghampiri pintu cokelat itu lalu memencet bel yang berada di sebelahnya.

Tak butuh lama untuk menunggu, seorang gadis dengan mug krem polos di genggamannya membuka pintu. Ia tersenyum menampakkan lesung pipitnya yang tak begitu dalam. "Ayo masuk, Kak Hazel." Ujarnya sebelum mempersilahkanku masuk ke dalam rumah besar yang bertema vintage itu. Aku duduk di sofa ruang tamu, tempat dimana aku dan Laura biasa belajar. Gadis itu duduk di sebelahku lalu mulai membuka buku matematika miliknya.

Sebelum menanyakan materi yang sudah dipelajarinya di sekolah, pandanganku tertuju pada sebuah buku dengan sampul maroon yang sangat familiar. Buku itu berada di bagian bawah meja yang sedang kami gunakan. Karena bagian atas meja tersebut hanya dilapisi kaca, benda yang berada di bawahnya jadi terlihat jelas.

Mengerjap beberapa kali, aku mengambil buku itu lalu menaruhnya di atas meja.

Ini ... jurnalku.

"Laura, buku ini punya siapa?" Tanyaku sambil mengusap-usap sampul bagian depan jurnal ini. Ah, aku rindu buku ini.

Laura menoleh, menatap jurnal itu dengan tatapan berpikir, kemudian menjentikkan jarinya. "Gak tau." Cengiran lebar dari gadis itu membuatku memutar kedua bola mata. Namun baguslah, berarti buku ini memang jurnalku yang tertinggal.

Aku terus meraba jurnal kesayanganku ini. Namun ada sedikit perbedaan, bagian dalamnya terlihat lusuh seperti pernah basah lalu dikeringkan. You-know-lah, kertas itu terlihat kering dan keriting.

"Kalo nggak salah, Laura pernah liat buku itu di kamarnya Kak Axel." Ujar Laura yang sedang menulis-nulis sesuatu di buku privatnya. Axel? Rasanya aku pernah mendengar nama itu.

Aku menjentikkan jariku. Oh, kakak Laura.

Kenapa bisa jurnal ini berada di tangan Si Axel itu?

"Kok bisa ada disana, Laura?" Aku membuka lembaran buku itu dengan cepat. Masih utuh, untungnya. Dapat kulihat gadis yang duduk di kelas tujuh itu mengidikkan kedua bahunya tanda tak tau. Ah sudahlah, yang penting jurnal ini kembali dalam pelukanku.

"Itu punya Kakak, ya?" tanya Laura yang sedang menatap jurnalku. Dengan cepat aku mengangguk seraya tersenyum. "Bagus deh, bukunya udah ketemu." gumaman gadis itu masih terdengar olehku.

Aku menyimpan jurnal itu di dalam tasku lalu mengambil alat tulis dari tempat pensil. "Materi Laura udah sampe mana?"

*

"Assalamualaikum." Axel menutup pintu utama rumahnya lalu duduk di sofa ruang tamu sambil mengelap peluh yang bercucur di dahinya. Mengapa eskul fotografi bisa se-melelahkan ini? Padahal ia hanya perlu mencari objek dan menekan tombol potret untuk mengambil gambar.

Mata hitam Axel melihat Laura yang tengah membawa nampan yang diatasnya terdapat dua mug krem dan hitam. Gadis itu menaruh nampan tersebut di atas meja lalu duduk di sebelah Kakaknya. Ia mengambil mug berwarna krem lalu menyesapnya sedikit.

"Tadi kak Hazel ngambil buku yang ada di meja itu," tunjuk Laura pada meja di hadapan mereka. Axel tersentak, diam-diam ia tersenyum kecil. Rencananya berhasil. "Aku pernah liat buku itu di kamar Kakak. Kata kak Hazel, itu punya dia. Kok bisa ada di Kakak?" Laura menatap Axel seakan meminta jawaban dari pertanyaan yang baru dilontarkannya tadi. Axel yang baru saja mengambil mug hitam dari Laura itu terlonjak kaget. Lantas, ia mengembalikan mug itu di tempat awal lalu mengambil tas hitamnya.
Apa yang harus dijawabnya?

Dear JournalWhere stories live. Discover now