14 - End

4.2K 362 62
                                    

Hazel memakan serealnya dengan nikmat sembari menonton televisi. Disebelahnya, ada Laura yang menyenderkan kepalanya di atas bahu Hazel dengan mata yang masih merem-melek.

Karena kejadian semalam, obrolan kedua orang tua Hazel dan Axel yang seharusnya berakhir pukul sepuluh malam ternyata terus berlanjut hingga keluarga Axel menginap di rumahnya.

"Hazel, kalo sarapan di meja makan dong." Linda tiba-menyahut ketika wanita itu menutup pintu kamarnya.

Hazel menggeleng. "Nggak bisa nonton tv, Ma." balasnya sebelum memasukkan sendok berisi sereal cokelat beserta susu putih itu.

Linda memutar kedua bola matanya. "Laura-nya ajak sarapan sana."

Hazel manganggukkan kepalanya kemudian menggerakkan bahu kirinya, membuat kepala Laura juga ikut bergerak.

"Kakak jangan gerak-gerak, Laura mau tidur." ujar gadis itu dengan suara yang serak kemudian kembali memejamkan matanya.

"Laura gak mau sarapan?" tanya Hazel di sela kunyahan serealnya. Dapat ia rasakan kepala Laura menggeleng. Membuatnya hampir mengidikkan kedua bahunya jika saja kepala Laura tak ada di salah satu sisinya.

"Laura gak mau, Ma." ujar Hazel.

"Bangunin Axel sana, suruh sarapan." kali ini Linda tersenyum jahil. Membuat pipi Hazel merona.

"Bangunin sendiri, ah. Hazel masih makan." balasnya se-normal mungkin. Dengan gerakan slow motion, gadis itu memasukkan lagi sendok berisi sereal kemudian mengunyahnya.

"Mama banyak kerjaan, Hazel." Linda beralibi. Membuat Hazel memutar kedua bola matanya kemudian menaruh mangkuk di atas meja dan membaringkan Laura di sofa. Setelah beranjak, gadis itu menaiki tangga dan mengetuk kamar Davian, tempat dimana Axel terlelap semalam.

Setelah empat ketukan, pintu itu terbuka, memperlihatkan wajah Axel dengan kaus dan celana pendek hitam milik Davian.

"Pagi." sapa Axel seraya tersenyum. Suara serak khas bangun tidurnya membuat darah di dalam tubuh Hazel berdesir.

Hazel menegak ludahnya diam-diam dan memalingkan arah pandangnya, merasakan rona merah mulai muncul di wajahnya. "P-Pagi."

Axel terkekeh. "Jangan malu-malu gitu dong," Ia menangkup wajah Hazel lalu dinaikkannya, sehingga pandangan mereka bertemu. "Gini 'kan enak."

Sejenak, hanya hening yang melanda mereka berdua sampai Axel mengusap tengkuknya gugup seraya terkekeh kecil.

"I-Itu .." Hazel kembali mengalihkan pandangannya, lalu ikut mengusap tengkuknya. "Disuruh Mama sarapan."

Axel mengangguk, kemudian menunjuk Hazel. "Udah sarapan?"

Hazel mengangguk kecil. Tanpa disangka, Axel menggenggam tangan Hazel dengan erat. Seakan tak mau dilepas. "Temenin yuk."

Hazel kembali menegak ludahnya, aliran listrik beribu volt seakan menyetrum tubuhnya. Rona merah yang tadinya hanya di wajah mulai merambat hingga ke telinga. "A-Apa?"

Axel tertawa, melihat wajah polos Hazel yang diselimuti oleh rona merah merupakan hiburan tersendiri untuknya.

"Temenin sarapan, Sayang."

Kaki Hazel seakan tak lagi menapak saat itu juga.

Menggigit bibir bawahnya, Hazel mengangguk kecil. Membuat Axel tersenyum senang kemudian kembali menggenggam tangan gadis itu. Mereka melangkah menuruni tangga dan mendapati kedua orang tua mereka yang sedang berbincang di ruang makan.

"Nanti aja sarapannya, gak enak." tutur Hazel dengan suara yang nyaris tak terdengar. Masih bertingkah malu-malu pada lelaki di sebelahnya ini.

Axel mengangguk setuju kemudian menarik tangan Hazel lembut hingga mereka keluar dari rumah itu.

"Axel, mau keman-"

"Jalan-jalan."

Mereka berjalan mengitari komplek rumah Hazel yang diisi dengan keheningan. Mereka berdua masih terlalu gugup untuk berbicara karena kejadian semalam. Terutama Hazel.

"Ke situ aja, yuk." Axel menunjuk ke arah Taman Komplek yang tak terlalu ramai pengunjung. Ketika Hazel mengangguk setuju, Axel menarik tangannya lembut hingga mereka duduk di tepi kolam di taman tersebut.

"Hazel," sahut Axel tanpa menoleh ke lawan bicaranya.

Hazel tersenyum, Ia suka saat Axel memanggil namanya.

"Apa?" balas Hazel.

"Aku bilang sama orang tua kita, ya?" Hazel mengerutkan dahinya bingung sesaat setelag Axel bersuara.

Seakan tau Hazel kebingungan, Axel menjelaskan.

"Aku mau minta izin, buat macarin kamu." Axel kini menatap Hazel yang terkejut bukan main. Pipinya bahkan sudah menjalar hingga ke telinga.

Gemas, Axel menangkup kedua pipi gadisnya lalu mengusapnya lembut. Membuat Hazel mengedipkan matanya berkali-kali, cengo.

Mereka sama-sama terdiam, saling menatap satu sama lain. Ibu jari Axel berpindah untuk mengusap bibir bawah Hazel. Jangan tanya se-gugup apa Hazel sekarang.

Hazel refleks menutup kedua matanya saat Axel mendekatkan wajahnya. Semakin lama, semakin dekat, hingga hidung manucng lelaki itu menyentuh hidung Hazel. Pada saat bibirnya hampir menyentuh bibir Hazel, lelaki itu menggeser bibirnya, dan mengecup ujung bibir Hazel dengan lembut.

Hazel membuka matanya perlahan, merasakan jantungnya sedang menggelar konser, berdetak tak karuan. Ia melihat wajah Axel yang tengah tersenyum lembut padanya. Manis.

Axel kembali mengusap pipi Hazel dengan satu tangannya sebelum berkata. "Aku gak mau ngerusak orang yang aku sayang. Sekarang bukan waktunya untuk nyobain ini." Axel kembali mengusap bibir bawah Hazel. Membuat rona merah kembali menjalar cepat di wajahnya.

Hazel menunduk, berusaha mengatur detak jantungnya dan juga rona merah di pipinya hingga kembali seperti biasa.

"Kok nunduk lagi?" suara Axel membuat gadis itu mendongakkan kepalanya. Menggeleng kecil sebagai jawaban atas pertanyaan lelaki itu. Axel terkekeh kecil sebelum menatap Hazel tepat di manik mata. Membuat gadis itu menegak ludahnya gugup.

"I love you."

Hazel terpelonjak, menatap Axel dengan pandangan yang sulit diartikan. Namun sesaat kemudian Hazel mendapati kedua tangan Axel melingkari pundaknya. Axel memeluknya.

"Aku sayang kamu, I love you, Axel sayang Hazel, saya cinta kamu," Axel mengucapkan hal itu berulang kali hingga Hazel terkekeh.

"Axel sayang Hazel, aku sayang kamu, I love-"

"I love you too." Hazel memotong ucapan Axel seraya melingkarkan kedua tangannya di pinggang lelaki itu. Axel tersenyum, menenggelamkan kepalanya di lekukan leher Hazel dan kembali berbisik.

"I love you, Hazel Alaska. I love you."

The End

----

Ini gaje banget banget banget wuahahaha. Maaf maaff banget nggak memuaskan soalnya udah bener bener stuck disini. Bingung mau lanjutin kayak gimana ya jadinya gini deh wkwk.

Epilog? Comment.

P.S : Udah telat sih tapi gapapa lah ya ; Aku mau ngucapin Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin! Maaf ya kalo aku sering bikin kalian kesel karena ceritanya jelek, alurnya gaje, tulisannya dikit, semuanya deh. Aku minta maaf yaa hihi.

P.P.S : 1 JAM 8 MENIT YA ALLAH 5 TAHUN!!

22 Juli 2015, K.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang