Chapter : 07

938 74 0
                                    

[•••]

Di hari pertama masuk sekolah yang sudah dinanti Dera selama beberapa hari, memburuk akibat ulah Lusi dan cowok tadi. Jadi, untuk mengembalikan moodnya, gadis yang kini berkuncir kuda itu pergi ke kantin.

Jika ada yang mempertanyakan tempat tujuannya di perjalanan tadi, Dera akan menjawab jika ia diperintah oleh Pak Buncit untuk membeli sarapan di kantin. Tapi, syukur ia tidak bertemu orang lain selama perjalanan. Dalam artian ia selamat sampai tujuan.

"Mbak." panggil Dera pelan. "Eh, kaget!" Penjaga stan kantin yang dipanggil Dera berbalik sembari mengelus dadanya. Ia melihat Dera yang melongok yang tadi berucap lirih di dekatnya. Bagaimana bisa ia tidak terkejut? Ditambah suasana kantin masih sangat sepi. Ia tidak mendengar langkah kaki dari tadi. Apakah siswi satu ini memiliki kekuatan magis?

Dera terkekeh diliputi rasa bersalah melihat reaksi mbak itu.

"Mbak Dera, ngagetin aja." Mbak Ina (panggilannya) menatap Dera dengan melotot gemas.

Dera terkekeh lagi. "Maaf ya, Mbak, ngagetin tadi."

"Iya nggak papa. Saya maafin kali ini. Tapi, nggak buat lain kali." gurau Mbak Ina.

"Mbak Dera ngapain ke sini? Masih jam pelajaran loh." tanya Mbak Ina heran. Ia keluar dari stannya dan menghampiri Dera. Bukan, lebih tepatnya menuju salah satu bangku paling dekat dengan stannya.

Dera ikut dan duduk di kursinya. Ia menatap Mbak Ina yang mengangkat wadah sendok, wadah tusuk gigi dan lainnya lalu mengalap meja itu, kemudian berganti mengelap meja yang lain.

Mungkin karena risih Mbak Ina buka suara. "Kenapa sih, Mbak? Dari tadi liatin saya mulu. Mau bantuin saya atau-"

Mbak Ina yang dari bangku lain mendekat pada Dera yang masih di kursinya. Ia mendekatkan dirinya pada Dera. "-Mbak suka lagi sama saya?" Sebelum Dera bereaksi Mbak Ina kembali berucap. "Amit-amit kalo Mbak Dera suka sama saya. Lebih baik saya jadi perawan tua dari pada harus disukai sama Mbak." ucap Mbak Ina bergidik ngeri.

"Ye..! Siapa juga yang suka sama mbak. Amit-amit jugalah." sahut Dera sama-sama ngeri. "Saya itu mau pesan sarapan. Laper nih dari pagi cuman keisi air putih doang." lanjut Dera sembari mengisap perutnya. Mata cewek itu menatap polos pada perutnya.

"Nanti aja deh, Mbak. Mending mbak Dera balik dulu ke kelas, kalo udah bel baru ke sini lagi." Mbak Ina memberi saran.

"Ogah! Antrinya ngalah-ngalahin antri sembako. Mending nyuri start dulu." balas Dera malas.

"Udah, mending Mbak Ina buruan bikinin saya sarapan deh, nanti saya bantuin ngelap meja." usul Dera.

"Terserah Mbak sih, yang penting saya udah ngingetin. Kalo ketahuan jangan bawa-bawa nama saya, ya?" ancam Mbak Ina. Ia pasrah dan menyerahkan serbet di tangannya pada Dera lalu pergi.

Sedangkan Dera, ia mulai melakukan yang semula Mbak Ina lakukan. Dengan telaten dan tabah serta ikhlas ia mengerjakannya.

Beberapa saat kemudian pesanan Dera sudah jadi dan cewek itu mulai menikmati makanannya.

Saat sedang asik menikmati sarapannya, Dera dikejutkan oleh suara riuh dari pintu masuk kantin. Sontak cewek itu mendongak guna mencari tahu siapa biang riuh itu.

Di sana, beberapa cowok berjalan memasuki area kantin dengan gaya angkuhnya. Jika diamati salah satunya adalah cowok yang berpapasan dengannya di UKS tadi.

Memilih abai, Dera melanjutkan sarapannya yang sisa beberapa suap lagi. Tapi, jika dipikir-pikir jam belum menunjukkan waktu istirahat tiba. Bagaimana bisa mereka berkeliaran seperti itu? Atau mereka ingin sarapan seperti dirinya? Tapi, kenapa malah berkelompok? Bukannya hal itu malah membuat mereka terlihat mencolok?

Dera terus berpikir, membuat teori-teori di otak cantiknya. Hingga di satu suap terakhir ia dikejutkan oleh gebrakan pada meja yang ia tempati. Dan sayangnya karena terkejut, sendoknya terjatuh, meski masih di atas meja. Tapi, tetap saja hal itu membuatnya tersulut emosi. Siapa gerangan makhluk yang mengganggu acara berharganya?

Dengan sorot mata tajam yang ia sembunyikan, Dera mendongak melihat pelaku yang telapak tangannya masih bertumpu di meja dekat piringnya. Rupanya pelaku penggebrakan adalah cowok di UKS tadi. Wah! Sialan! Apakah ia dendam pada Dera? Jika iya, ya, jangan bawa pasukan dong! Kan, Dera jadi ciut.

Meski sedikit takut, Dera tetap menatap para siswa itu cukup lama. Mungkin karena risih, ia ditegur, "Woi! Malah bengong!" sentak salah satu dari mereka yang masih berdiri.

"Gue tau gue ganteng. Tapi, ya, jangan ditatap segitunya juga dong, kan, gue jadi salting." lanjutnya dengan nada yang menggelikan. Tangannya juga menutupi mulutnya ala-ala cewek. Matanya berkedip, diimut-imutkan.

Dera tidak tau siapa saja namanya. Karena semuanya tidak mengenakan name tag.

Sungguh rasanya Dera ingin muntah mendengar kalimat narsis itu. Tapi, masih ia tahan, sayang sarapannya. Padahal Dera bukan hanya menatap dirinya. Over PD, dasar!

"Jangan ngerusak image cool kita lah." ucap malas laki-laki yang duduk kalem anteng di depan Dera dengan mulut mengunyah kerupuk yang memang dijual di meja itu.

"Mau ngelabrak orang kok malah kayak orang yang sering mangkal di perempatan!" sarkasnya.

Merasa dipermalukan cowok tadi pun bercek-cok sejenak. Hingga salah seorang cowok yang duduk menyandar pada meja kantin di seberang kanan bangku Dera, melerai.

"Bacot lo semua!" Datang satu lagi. Ia berbadan lebih gempal dari yang lain. Tapi karena ia tinggi, berat badannya sedikit tersamarkan. Ia berlalu begitu saja dengan nampan di tangannya. Berjalan dari arah stan makanan.

"Maaf ada apa, ya?" tanya Dera sopan. Ia mulai lelah dengan drama cowok-cowok di depannya ini.

Meja digebrak, lagi. "HEH!!"

"Astaga." gumam Dera dengan reflek mengelus dadanya.

"Lo tahu apa kesalahan lo?" Dera menggeleng pelan sedikit ragu akan pertanyaan cowok di UKS tadi. "Gue ngelihat lo pertama kali aja udah curiga. Kedua penasaran, ketiga akhirnya gue sadar."

Dera mengerutkan keningnya dan menatap pada cowok itu kebingungan. Cowok itu menunjuk Dera dengan jari telunjuknya. Sontak Dera sedikit memundurkan wajahnya. Kan nggak lucu kalo matanya tercucuk.

"Langsung ke intinya aja lah." saran cowok yang duduk menyandar pada meja kantin di seberang kanan bangku Dera.

"Lo 'kan yang ngelaporin kita ke guru-guru?" tanya cowok yang tetap berdiri itu penuh tuduhan.

"Ngelaporin?" Lagi-lagi Dera tidak paham maksud cowok itu.

"Alah! Nggak usah sok polos lo! Orang kayak lo itu biasanya playing fictim!" Cowok di Depan Dera menyahut.

Emang gue kelihatan polos ya? Batin Dera bertanya. Asik, keliatan muda dong. Lanjutnya terkikik dalam hati.

"Maaf. Tapi, ngelaporin soal apa ya?" Dera masih mencoba meresponnya dengan tenang.

"Ni cewek pura-pura bego apa bego beneran sih?" Cowok yang duduk menyandar pada meja kantin di seberang kanan bangku Dera bertanya pada teman di dekatnya.

"Kalo bego, begonya kebangetan sih. Ya kali mau berurusan sama kita-kita. Nah, kalo pura-pura bego bisa jadi tuh." jawab orang di sampingnya.

Suara keduanya terendam oleh suara temannya yang terlihat tak ingin menekuk sendi kakinya itu. Sungguh suara Rion begitu tinggi. Ditambah Kaisan, yang duduk di hadapan cewek aneh itu.

[•••]

Behind the Script [Upload Ulang]Where stories live. Discover now