Chapter : 22

591 60 4
                                    

[•••]


Gio berjalan di lorong rumah sakit tempat sepupunya dirawat sejak semalam. Sebenarnya luka keluar yang dimiliki oleh Leon akibat baku hantam dengan siswa lain kemarin tidak terlalu parah. Namun, tanda-tanda yang ditunjukkan oleh cowok itu setelah dihantam baskom oleh seorang siswi yang entah siapa namanya, nampak begitu memprihatinkan.

Jadi, sesuai kesepakatan mereka berlima kecuali Leon, mereka memutuskan untuk membawa Leon ke rumah sakit saja langsung.

Gio membuka pintu rawat inap Leon perlahan, takut penghuninya terganggu.

Dapat dilihat jika di waktu yang hampir pagi ini, sepupunya itu sedang duduk bersila dalam posisi menunduk. Entah apa yang cowok itu lakukan, dikala ia membuka pintu -yang bahkan menimbulkan bunyi pun- tidak menengok untuk sekedar mencari tahu siapa yang membukanya.

"Ngapain lo duduk gitu?" tanya Gio aneh.

"Istirahat woi, biar cepat sembuh."

Anehnya tidak ada respon dari cowok berpakaian rumah sakit itu. Hal itu semakin membuat Gio rasa aneh. Ada apa dengan sepupunya ini?

Gio mendekat lalu mengguncang bahu Leon. "Woi!"

Cowok yang semula menunduk itu sontak langsung mengangkat kepalanya dan menatap tajam Gio.

Perlahan Gio menarik tangannya dan mundur selangkah.

Dengan sedikit terkekeh canggung Gio bertanya, "Lo kenapa cuy, nggak mungkin lagi ngelindur 'kan?"

"Woi, jangan bercanda lah!" Seru Gio sambil tertawa.

"Le, lo... nggak papa 'kan?" tanya Gio takut. Tatapan datar menjadi jawaban atas pertanyaannya.

"Oke, berarti serius." gumam Gio. Cowok itu meraup wajahnya sesaat.

Menarik nafas panjang bersiap untuk kemudian menjawab pertanyaan dari cowok di depannya ini, yakni sepupunya.

"So, lu mau nanya apa?" tanya Gio serius.

"Sejak kapan gue di sini?" Dari nada suaranya tidak mengisyaratkan menuntut untuk segera dijawab. Namun, aura yang dikeluarkan olehnya begitu menekan Gio untuk segera menjawab.

"Dari lusa." Leon mengangguk.

"Karena apa?"

"Ada konflik sama anak kelas sebelah."

"Parah?"

"Parah."

Hening. Keduanya dalam pikiran masing-masing.

"Ya, gimana nggak parah orang udah mau lo tikam!" seru Gio santai. Ia berbalik menuju sofa.

Leon segera menatap sepupunya, mengikuti setiap langkahnya. Dari matanya mengisyaratkan jika ia meminta Gio untuk mengulang kembali ucapannya.

Dari sana pula terpancar sorot seakan berkata, 'Bilang kalau itu nggak bener!'

Setelah duduk, barulah cowok itu mengangguk. "Yang gue bilang real."

"Anak kelas mana?"

"Sebelas IPS 1, nggak tahu gue namanya."

Diam sejenak.

"Besok anterin gue ke orangnya." pinta Leon.

Gio mengerutkan keningnya dalam. "Dih? Ogah gue!" tolak Gio lantang. "Yang lain aja sana!"

Dengan tangan yang bergerak menarik turun resleting jaketnya, Gio bertanya lelah,"Lagian ngapain sih? Gabut banget lo kayaknya."

"Mau ngapain? Ha? Mau ketemu, mau minta maaf?" lanjutnya sinis.

Behind the Script [Upload Ulang]Место, где живут истории. Откройте их для себя