75. The Devil's Backbone

335 52 85
                                    

Hari-hari bergulir dengan begitu cepat layaknya pergantian musim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari bergulir dengan begitu cepat layaknya pergantian musim. Venice menghabiskan waktunya duduk merenung di kamarnya ketika cuaca tidak produktif.

Bocah berusia 12 tahun itu sibuk membaca buku filsafat dan anatomi manusia. Tanpa sadar bila pria kecil itu tengah menelan beberapa arti kehidupan manusia. Dirinya bisa melihat bagaimana cara manusia berpikir secara harfiah.

Tak berselang lama, Tesanee datang dan membawakan sarapan untuk Tuan mudanya.

"Saya membawakan sarapan untuk anda. Sebab pagi ini Khun Venice tidak bergabung di meja makan." Ucap Tesanee pada Venice dengan begitu ramah.

"Kau bisa menemaniku sarapan terlebih dahulu." Kata Venice pada pelayannya.

Gadis kecil itu pun mengangguk pelan kearah Venice. Bahkan dia dengan senang hati untuk menunggu Venice selesai menghabiskan sarapan pagi.

Kali ini Tuan muda Minor segera menikmati sarapan paginya. Dirinya terlihat begitu santai menikmati roti bakar selai strawberry dan beberapa makanan lainnya. Venice memang memiliki alasan sendiri untuk tidak bergabung di meja makan.

"Apakah saya boleh bertanya pada Khun Venice?" Tesanee memandang Venice dengan penuh senyuman.

Iris mata tajam Venice pun melihat kearah lawan bicaranya. "Kau ingin bertanya apa padaku?"

"Kenapa Khun Venice tidak ikut sarapan bersama di meja makan?" Tanya Tesanee lembut.

"Kau tidak perlu tahu."

Kali ini jawaban Venice terkesan sangatlah dingin.

Sementara itu, Nang Minor sibuk membersihkan piring kotor bekas sarapan di dapur. Bahkan dia merasa sedih ketika Venice tidak ikut sarapan bersama.

"Nang Minor, biarkan saya yang mencuci piringnya?" Kata Bibi Hom pada Nyonya rumahnya.

"Baiklah, setelah itu suruh pelayan lain untuk mencuci buah peach kesukaan Khun Venice." Ucap Nang Minor pada Bibi Hom yang berdiri di hadapannya.

"Tentu saja, Nang Minor." Jawab Bibi Hom sambil melanjutkan pekerjaannya.

Kali ini Pete bergegas untuk pergi ke kamar Macau. Bahkan dia ingin bertanya perihal sesuatu pada adik iparnya. Nang Minor segera mengetuk pintu dan mendapati Macau sibuk bermain dengan Mafia.

"Hai, Phi Pete." Macau terlihat sedikit terkejut.

"Apa kamu tidak pergi ke kantor hari ini?" Tanya Pete lembut.

"Nanti siang aku akan pergi ke kantor untuk mengantikan Hia." Jawab Macau yakin.

"Baiklah, semoga harimu menyenangkan." Kata Pete pada adik iparnya.

Nang Minor benar-benar bingung harus melakukan apa kali ini. Dirinya pun hanya bisa terdiam sambil melihat kearah foto keluarganya di lorong menuju kearah kamar sang buah hati.

Dear Young Master [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang