~•[[Part 9 : Gadis penjual koran]]•~

40 16 19
                                    

Kalau lagi marah, semakin gesit sosok Roni meliuk-liukkan sepeda motor, mendahului beberapa kendaraan besar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau lagi marah, semakin gesit sosok Roni meliuk-liukkan sepeda motor, mendahului beberapa kendaraan besar. Bahkan, nyaris terhimpit dua truk! Roni mengencangkan gas, lurus meninggalkan semua kendaraan sampai seolah-olah hanya dia sendiri yang paling unggul di depan luasnya jalanan besar. Singkap mata Roni sayu, serius mengendarai motor. Tujuannya adalah rumah sakit tempat Lidia menginap bersama ibunya.

Apakah Roni marah terhadap Olivia yang urung membalas chat? Semua tahu sikap 'bombardir' gadis hits bernama Olivia. Pastinya, Roni begini semenjak mendatangi Jihan di Cafe! Menolak acara Dinner yang ujung-ujungnya, duit Roni melayang sia-sia karena permintaan traktir si Jihan. Selalu begitu kebiasaannya. Siapa yang gak kesal, kalau pacar kita seenaknya morotin dompet?

Beberapa menit kemudian...
-[[Rumah sakit Sejahtera]]-

Setelah memarkirkan motor juga mengambil tas slempang mini dari jok sepeda, srek! Kresek plastik berisi wadah kue tart besar atas nama Lidia ditarik, menggantung pada dua jari Roni yang berjalan tenang melewati jejeran motor area parkir. Sangat tidak sabar menembus semua itu, lalu melihat reaksi Lidia saat dibawakan kue paling terbaik darinya.

"Gue bersalah banget sempat mau malak Lidia waktu itu... Olivia ada benernya sih, mungkin kue ini jadi hadiah minta maaf gue secara tulus!" batin Roni, kemudian berdeham. Menyapih rambut klimisnya, sempat ketahuan menghirup bau telapak tangan bekas menyentuh rambut tadi. Bau terasi kah? :v - Muka Roni mengkerut jengah. Mengerjap-ngerjap.

* * *

Roni berada di dalam lift. Ada beberapa bapak-bapak yang bersamanya. Semua diam. Roni merasa di awasi orang-orang bertampang seram itu. Perasaan Roni terasa hambar, seakan napas harus tertahan. Yang bisa Roni usahakan hanya tetap sabar, melihat tombol lampu berjalan ke lantai atas. Sela-sela diamnya, ia membuang napas ke telapak tangan. Mencium baunya yang mungkin masih ada sisa bau rokok? Karena masih ragu, Roni pun mengambil permen mint dari dalam saku. Mengunyah pelan. Satu orang melihat Roni dengan wajah ketus. Membuat Roni melipat bibir, bungkus permen terpaksa masuk saku. Sok menjaga kebersihan.

Ting!
Pintu lift terbuka. Roni paling depan menginjak ruangan luas dan tentu membekas hawa segar. Semua orang berhamburan. Anehnya, mereka mulai saling bicara. Roni tercengang, cuman kendali pikirannya terlalu mengedepankan hadiah buat si Lidia. Just it! Cowok preman kelas itu mudah hilang ingatan kalau disuruh menghafal jalan kamar pasien rumah sakit. Seharusnya Roni ingat, karena pernah datang menjenguk.

"Kayaknya di sana..." Roni bingung sendiri, menggaruk rambut yang tidak gatal. Jalan ke belokan beberapa meter di depan sambil mengunyah permen.

Mengikuti samar-samar arah jalan, dan tertulis papan nama "Mawar I", lekas Roni merapikan segala hal yang kusut dari penampilannya, berhenti di depan pintu kamar inap. Setelah berdeham, menyiapkan mental percaya diri. Dalam hitungan tiga detik, Roni membuka pintu secara hati-hati.

Ada Suka - Ada DukaWhere stories live. Discover now