~•[[Part 13 : Manda Vs Manda¿]]•~

47 10 3
                                    

✨Comeback with me!✨
-
-
-
Happy reading and enjoying!
👇👇👇

"Cinta selalu menciptakan situasi menjadi neraka bahagia."
~Author~

Pertengkaran antara Lidia dan Olivia berada dititik paling parah, pertama kali muncul dalam undakan perjalanan persahabatan mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pertengkaran antara Lidia dan Olivia berada dititik paling parah, pertama kali muncul dalam undakan perjalanan persahabatan mereka. Hanya di peristiwa hari ini saja. Parahnya, Olivia yang dikenal egois, perhatian juga protektif dibalik alasan peduli, sudah menghancurkan perasaan Lidia. Sekarang Olivia belum tahu bagaimana membahas masalah barusan.

Gue sejahat itu ya? batin Olivia mengatupkan bibir, menengok belakang.

Tiga langkah lebih dekat di depan pintu kamar "Mawar". Pupil mata membesar, hidungnya mengembang merah, dan alisnya bengkok bergelombang. Embusan napas panas Olivia meledak-ledak sampai ke hati. Ia terpejam dalam, kerutan pelupuk matanya tenggelam cekung.

"LID!" bentak Olivia dengan singkap mata tiada tebang pilih. Ia ingin sekali lagi membicarakan masalah kedekatan Lidia bersama Roni.

Sekali bentakan Olivia barusan, lebih cepat hilang daripada hawa gelisah yang berusaha ditutupi ego. Kemudian tangan kanan Olivia mengulur akan menyentuh gagang pintu.

"Lid?" Kali ini Olivia susah payah meredam amukan. Tak seperti sedang sabar karena penekanan nama yang disebut seperti ingin dipaksa berdebat.

"Lu pergi, Liv. Jangan ganggu gue."

Jawaban Lidia terdengar lemah, getar nada suaranya sudah ketahuan kalau cewek periang itu sedang menangis.

"Lid ...." lirih Olivia. Belum merasa bersalah, hanya saja ia bisa menyadari luka batin Lidia dari getir kata-katanya.

Jemari Olivia menempel, membungkus gagang pintu. Satu dorongan nanti, pintu akan terbuka dan Olivia selalu siap menyaksikan apa pun risiko perbuatannya. Namun, sampai detik ini seorang Olivia menahan diri untuk masuk. Seperti ada tarikan kedua sifat yang bertolak belakang. Sejujurnya, ia ingin menasihati Lidia supaya mengerti alasannya mengusir Roni. Di sisi lain, Olivia mulai merasakan celah sesal dari lubuk hati. Andai Roni masih di sana, mungkin akan mengecap hati Olivia sekeras batu.

"Gue balik."

Olivia mengatupkan bibirnya, ia paham kalau Lidia marah hari ini. Sangat memaklumi kenapa sahabatnya itu diam saja. Air mata Lidia yang memancarkan suara sengau dari kondisinya yang sesenggukan adalah pemicu detak jantung Olivia berlarian.

Kehampaan mengharuskan Olivia mengalah. Perasaannya bisa diredam dalam waktu tak lama. Bibirnya bergetar dengan sungut napas jengkel. Satu detik yang ingin Olivia pastikan apakah harus membiarkan Lidia menangis semalaman.

Telunjuk Olivia bergerak, menyentuh perekat tas kecil. Kepalanya semakin tunduk, lalu menolak memanggil Lidia kedua kali. Sekarang Olivia benar-benar pergi. Baginya, Lidia butuh waktu untuk paham.

Ada Suka - Ada DukaWhere stories live. Discover now