~•[[Part 3 : Keputusan berat!]]•~

86 37 15
                                    

⌛ ⌛ ⌛

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⌛ ⌛ ⌛

[[Pukul 16:47]]

Sepanjang perjalanan, Putri maupun Roni diam tanpa mengumbar sepatah kata. Berpaling mendongakkan kepala menatap lalu lalang kesibukan jalan dari balik kaca.

Albert pun juga serupa seperti kedua sejoli bisu itu. Namun, pembedanya karena Albert, kakak Olivia memang fokus menyetir mobil, sedangkan Olivia tertidur lelap dalam syahdunya lirikan melodi musik.

"Pchh!"
Sedesis mulut mengekspresikan kekesalan sang kakak, Albert. Mobil pun terhenti diantara deretan mobil lain sepanjang jalan. Bunyi klakson tak kunjung hentinya mericuhkan suasana jalan raya.

"Ih, berisik banget!"
Olivia tersentak. Bunyi klakson nyaring itu membangunkan tidur lelap Olivia.

Albert sibuk mengoceh sambil menggerak-gerakkan jari jemarinya pada setir mobil. "Padahal jalan ini gak biasanya macet." Celingukan memperhatikan kondisi jalan.

"Eh, udah sampai?"
Pendengaran Olivia masih belum sepenuhnya berfungsi dengan baik, Ia mengira pemberhentian mobil menandakan perjalanan mereka telah sampai.

Albert menggelengkan kepala enggan mengucapkan kata.

"Lah? Emang daritadi ngapain?"
Olivia mendekatkan wajahnya pada kaca mobil disertai ekspresi heran.

"Diam lu Liv! Daritadi lu itu tidur!"
Sahut Albert bernada emosi.

"Apaan?"
Mulut Olivia menganga berusaha menfokuskan pendengaran buntunya itu usai berpaling menatap sang kakak.

Dengusan Albert jadi pelampiasan betapa dia harus sabar menghadapi ujian dari adiknya sendiri. Masih enggan berkata-kata, Albert hanya memberikan kode jari telunjuk yang berputar-putar mengitari telinga.

Olivia sedikit paham mengenai maksud kak Albert. Ia pun melepaskan headset, lalu mematikan musik lewat ponselnya. Tidak hanya itu, colokan headset juga Ia cabut. Ia mengambil tas, membuka selt beltnya untuk memasukkan kabel headset ke dalam.

"Kok macet, sih!"
Dengus Olivia usai menutup selt belt tas yang Ia letakkan diatas sekotak kardus dalam pangkuan manisnya.

"Daritadi kakak bilang apa? Kakak kira lu budek Liv."

"Eh, tumben gak ada berisiknya tuh cowok berandal?" Keadaan penasaran membuat Olivia berpaling melihat keadaan 2 penumpang dibelakang.

Kendati macet penuh suara nyaring klakson tak membuat kedua remaja putra-putri itu tidur menyenderkan kepala tepat pada kaca mobil.

"Pantes..."
Ekspresi Olivia menjadi datar melihat keadaan Putri serta Roni yang hening lantaran tertidur lelap.

"Bentar lagi magrib, gak mampir ke masjid dulu?" Albert menawarkan pilihan dikala kemacetan menghilangkan mood menyetir.

"Gue lagi dapet kak! Ih, kalau mampir ke masjid keburu tambah macet! Malah lama perjalanannya dong? Lagian, emang gak ada jalan pintas?" cerocos Olivia.

Ada Suka - Ada DukaWhere stories live. Discover now