~•[[Part 5 : I don't care!]]•~

86 27 18
                                    

⌛ ⌛ ⌛

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


⌛ ⌛ ⌛

Bibir Olivia menyonyor mengalihkan tatapan ke atas, sifat tak acuh akan penjelasan Roni membuntu pendengaran Olivia saat itu juga.

"Dibilangin ngeyel!"
Tukas Roni dalam keadaan mulut penuh, sibuk mengunyah lauk.

"Udah, ih! Jangan berantem terus."
Berbeda dari Roni yang sibuk menikmati kelezatan, Lidia ternyata lebih dulu menghabiskan makanan sampai pergelangan tangannya mengusapi bibir lembutnya tersebut.

"Gimana gak berantem coba?! Nih, cowok kok gak pulang aja sih?" Tiada hentinya Olivia menyerocos sekalipun Ia sedang memijak lantai rumah sakit bersifat 'umum'.

"Ssst! Diam Liv, ah!"
Bosan mengalah, Albert mendesis meminta Olivia diam selagi Ia menghabiskan sebungkus nasi.

"Kakak, mah..."
Benar saja, sontak ekspresi Olivia memelas mendengar permintaan sang kakak.

"Liv! Ssst! Ini rumah sakit, diem!"
Kedua kali Albert mendesis usai menelan lauk; memperingatkan 'bacotan' ember si Olivia.

"Makannya diem Olivia tukang gibah..." Sekilas senyum kecil menghiasi ekspresi datar Roni kepada Olivia. Kemudian Ia menunduk melipat-lipat kertas minyak yang bersih tanpa sisa dengan sendok plastik terselip didalamnya.

"Daripada keluar masuk BK?!"
Meskipun bodo amat, Olivia pun terpejam memalingkan muka sambil menekuk kedua tangan bak cewek ngambek 'kebanyakan.

"Gibah lebih banyak dosa, ih!"
Ketus Roni sibuk membenarkan kerah pakaian.

"Udah, dong. Kok berantem terus? Eh, Liv! Tuh makan agih" Inilah yang berbeda dari Lidia dengan sang sahabat Olivia. Perbedaan sifat menyatukan mereka, tidak peduli mana yang 'minyak' dan 'air'. Lidia tetap sabar menanggapi bacotan si Olivia.

"Tuh makan!"
Sela waktu makan, sebungkus nasi Albert tawarkan pada sang adik yang bawelnya minta ampun.

Mengintip sebungkus nasi pemberian Albert, Olivia pun melirik sinis wajah sang kakak.

"Dilihatin doang dong. Ambil gas!"
Pinta Albert enggan menurunkan uluran tangan.

"Makan Liv, biar bisa bawel lagi."
Lidia menyela.

Tersentak mendengar permintaan sahabat, tatapan sinis Olivia mereda diikuti dengusan hangat. -"Ya, udah deh," ucapnya pasrah.

Menanggapi hal demikian, Lidia hanya tersenyum simpul menggenggam lipatan kertas minyak.

"Mana kak nasinya!"
Yap! Bak seorang ratu, cukup tenang Olivia berdiri menjulurkan tangan dengan ayunan jari jemari; meminta Albert memberikan sebungkus nasi tersebut.

"Ambil sendiri, ih! Jangan manja!"

"Ikh!"
Kesal atas tindakan sang kakak, derap langkah kecil mengarahkan Olivia untuk mengambil bungkusan nasi yang sedari tadi Albert genggam.

Ada Suka - Ada DukaWhere stories live. Discover now