~•[[Part 11 : JIHANcurkan!]]•~

52 15 15
                                    

Keesokan paginya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keesokan paginya ....

Dering bel pulang menggema,
Setiap murid dari kelas Multimedia, RPL, dan Akuntansi keluar kelas. Berlomba-lomba menuju gerbang yang mulai dibuka perlahan oleh pak satpam.

Ricuh suasana koridor, khususnya geng ciwi-ciwi yang melakukan aktivitas ghibah-nya sambil jalan. Geng cowok tak kalah berisik, mereka jahil dan berlarian saling mengejar tidak jelas.

~ [[Kelas X-MM]] ~

Dering bel masih membersamai ketenangan beberapa siswa di kelas tersebut.

Roni, asik duduk di atas meja guru. Kedua kalinya ditekuk sambil tangan kirinya merangkul kaki sendiri. Ia dengan pede-nya merokok. Mumpung kelas sedang di jam pulang. Otomatis kelas sepi.

Fauzan, menjauh dari kelompok. Sekitaran empat orang ada di sana. Dua perempuan gak jelas. Dua cowok anggota geng Roni. Yaitu, Alto dan Handika. Sedari menikmati sebat, Roni terpicing mengawasi Fauzan yang belum juga menyelesaikan panggilan dari seseorang entah siapa.

"Eh, nimbrung yak!" Alto mendekat, melompat di atas meja. Lekas duduk mengayunkan kaki tepat sebelah ketua geng. Hampir sepanjang hidupnya, bola basket tidak pernah lepas dari tangan serta badan penuh keringat si Alto. Anak basket totalitas.

"Fauzan telponan sama siapa ya? Lama bener?" protes Roni, menyemburkan asap lewat mulut. Lalu, menoleh Alto.

"Emaknya kali." Alto menjawab sambil menghidik bahu.

"Ngapain emaknya telpon?" tanya Roni lanjut mengisap rokok. "Lu gak ngerokok?"

Tegas Alto bergeleng. "Belum boleh sama bokap."

Jawaban Alto, mengulum senyum geli dari Roni. "Mending jangan sih. Lu anak basket, gak baik ngerokok."

"Tumben bener lu, Ron?" Menolehkan Alto, ketawa kecil sambil menampar bola basket ketika Handika lewat.

"Nyapu yang bener, Ka! Tuh, tuh kertas-kertas di kolong meja gue," sungut Alto menggoyangkan bahu cowok yang ketus menyapu lantai. Beberapa botol atau kertas terseret mengikuti ayunan sapu si petugas piket lesu hari ini.

Di samping ambang pintu, seorang cewek sedang menyanyi lirih. Otak-atik ponsel ditemani satu cikrak. Menunggu Handika mendekat.

"Alto! Sampah lu! Kebiasaan ditaruh kolong meja!!!" Betapa frustasinya Handika sewaktu menelusuri bangku tengah. Tempat duduk Alto. Banyak sampah plastik serta kertas, dibiarkan menumpuk di kolong meja.

"Nanti gue buang."

"Nyancii gue bwuang!" sahut Handika mengerucutkan bibirnya. Menolak alasan Alto.

"Lu anak basket, gak bisa jaga kebersihan!" tambah Handika sambil gerilya mengecek setiap kolong meja.

"Halah, mau duel basket lu?" Dengan entengnya Alto menantang. Handika menutup bantahan.

"Sini sama gue!"
Roni mematikan putung rokok sisa jari kelingking. Menggeseknya ke kain penutup meja sampai terdapat cap gosong.

Ada Suka - Ada DukaWhere stories live. Discover now