XV. Tertangkap

20 3 1
                                    

Aula asrama 300DC sudah dipenuhi oleh para murid demi menyambut hari pembukaan festival seni. Tidak hanya murid aktif yang hadir, tapi juga beberapa alumni sebagai tamu undangan turut memeriahkan acara ini. Para murid senang sekali dengan diadakannya acara ini karena bisa menyalurkan bakat-bakat mereka.

Sejak diumumkannya festival tersebut, murid-murid segera menyiapkan diri dan mengajak teman lain membentuk kelompok untuk menampilkan kesenian versi mereka sendiri. Rara pun turut meramaikan festival ini. Dikarenakan memiliki bakat bermain piano, maka ia akan memperdengarkan pada semua orang dentingan indah hasil tarian jemarinya di atas tuts piano malam nanti. Ia pun sudah menyiapkan penampilan ini sejak lama.

"Apa abangmu sudah tiba?" Bisikan yang masuk dalam telinga kanannya membuat Rara terlonjak.

"Bella? Kenapa mencari abangku di sini?" tanya Rara tidak mengerti.

"Kamu nggak tahu kalau Dante menjadi salah satu alumni yang akan hadir di sini?" Bella kembali mengajukan pertanyaan dengan semu merah di wajahnya. Membayangkan bertemu kekasihnya di sini adalah hal paling menyenangkan. Walau tidak menjamin mereka bisa saling melepas rindu, setidaknya mereka bisa saling berkedip dan melempar senyum satu sama lain.

Melihat Rara yang hanya menggelengkan kepala, menambah kepuasan dalam diri Bella. "Ternyata menjadi pacar memang lebih prioritas. Adik kandungnya aja nggak dapat info sepenting ini," tambahnya sembari menjulurkan lidah ke arah Rara.

Rara mendengus kesal mendengar ejekan tersebut. Ia tidak sakit hati, karena tahu Bella tidak melakukannya dengan niat jahat. Hanya saja ia tidak menyangka Dante tidak berkata apa pun padanya. Padahal dua hari lalu mereka berkomunikasi via telepon, dan Dante menyampaikan rencananya terkait menyamar sebagai pengawal pribadi demi menjalani misi mereka.

Tidak dapat dipungkiri betapa terkejutnya Rara saat mengetahui kebenarannya hari itu. Rasanya saat itu juga ia ingin mendatangi Joshua dan melayangkan pukulan hingga lelaki itu mati terkapar. Beruntung Dante memintanya untuk menahan diri dan menangkap Joshua bersama-sama. Rara harus bisa mengontrol dirinya sendiri sebelum Dante tiba.

Sekarang pun, ia tidak melihat Joshua di sekitar mereka, termasuk Kairo. Entah di mana keduanya. Satu hal yang diyakini Rara, Joshua pasti ada di ruang rahasia tersebut dan menyiapkan ritual persembahan. Mungkinkah Kairo turut membantu? Bu Kinan pun yang tadi sempat menyampaikan kata sambutan, segera meninggalkan aula. Rara hanya dapat tersenyum miring melihat hal tersebut. Bahkan petinggi asrama pun berada di bawah kungkungan Joshua. Luar biasa pengaruh penyihir licik itu.

"Kamu hanya mengetahui tentang kedatangannya, kan? Aku mengetahui hal yang jauh lebih penting dari pada itu," balas Rara yang kini membalikkan keadaan. Bella menjadi penasaran hal penting apa itu. "Menjadi adik memang lebih baik daripada pacar, karena darah yang sama tidak akan pernah mengubah ikatan di antara kami," tambahnya merasa menang melihat ekspresi Bella yang begitu jengkel.

"Kamu nggak berencana membagi hal itu padaku?" bujuk Bella mengorek ingin tahu.

Rara pura-pura berpikir, lalu menggeleng mantap.

Belum sempat Bella membujuk lebih jauh, sebuah rangkulan hinggap di pundak keduanya. "Pacar dan adikku akrab sekali. Lagi melakukan percobaan menjalin hubungan yang baik sesama ipar ya?" canda Dante begitu menghampiri keduanya.

Rara terbatuk saat mendengar kata ipar keluar dari mulut abangnya. Seserius itukah Dante akan membawa hubungan mereka? Oh, tidak. Rara tidak ingin menghabiskan waktu untuk memikirkannya.

"Abang datang sendirian? Si Buaya di mana?" tanya Rara celingukan.

"Waduh, ada apa ini cari-cari Rey?" goda Dante sambil mencolek dagu adiknya. "Dia sedang menjadi pengawal," lanjut Dante cekikikan.

Rara ikut cengengesan membayangkan Rey yang biasanya seperti ulat bulu kini harus berdiri tegap layaknya prajurit karena menyamar sebagai pengawal pribadi. Pasti dia harus menahan diri untuk menggoda siswi-siswi cantik di sini.

"Kamu tampil malam nanti, kan? Semoga kita masih punya waktu menguak semuanya sebelum kamu tampil," ujar Dante dengan tatapan yang menyala. Sudah tidak sabar ia menangkap pembunuh papanya.

"Kalian bahas apaan, sih? Aku dari tadi nggak ngerti." Bella hanya bisa garuk-garuk kepala mendengar percakapan antar adik-abang tersebut.

Dante dan Rara saling melempar tatap. Haruskah mereka memberi tahu Bella atau tetap menyembunyikannya? Sayang, ponsel Dante keburu berdering. Panggilan yang wajib diangkat saat ini juga.

"Jangan buang-buang waktu untuk pacaran. Kami udah di tempat." Suara Rey terdengar kesal di seberang sana.

"Baiklah. Aku dan Rara segera merapat. Tunggu kami dan biarkan kami yang mengambil langkah," pintanya.

Dante mengangguk ke arah Rara, pertanda mereka harus bergerak sekarang. Rara memimpin langkah membawa Dante ke arah ruang rahasia. Bella yang tak diajak pun turut mengikuti keduanya tanpa meminta. Semakin bertanya rasanya ia semakin diacuhkan. Lebih baik langsung bertindak, bukan?

Bukan main. Ruangan rahasia yang biasanya dilihat dalam film fantasi, kini nyata terpampang di depan Dante. Ia bisa melihat sendiri cermin yang disebutkan oleh Valeria tempo hari. Sesuai dugaan Rara sebelumnya, Bu Kinan memang benar melarikan diri ke tempat ini setelah menyampaikan kata sambutan. Dan ya, Kairo juga berada di sana. Gila. Ternyata ia juga bagian dari orang-orangnya Joshua? Setia sekali.

Tapi ... di mana Joshua? Kenapa tokoh utama tidak ada di sini?

Pintu ruangan tiba-tiba tertutup rapat. Suara tepuk tangan berasal dari belakang mereka, membuat bulu kuduk Rara meremang.

"Andante Justitia. Allegra Justitia. Anak-ana kebanggaan keluarga Justitia yang senang akan keadilan. Selamat datang di persembahan istimewaku. Terima kasih Valeria, telah membawakan tambahan energi yang paling kuat untuk hari ini," ucap Joshua dengan tawa yang menggelegar. Ia mengenakan jubah keemasan dengan tongkat emas di tangan kanannya.

Pendukungnya yang lain turut serta bertepuk tangan seakan kedatangan Dante dan Rara adalah yang paling ditunggu-tunggu dalam ritual kali ini.

Dante melihat ke arah sudut kanan. Di sana, Valeria dan Rey sudah diikat dan mulut mereka dibekap.

"Sialan. Belum apa-apa sudah ditangkap!" umpat Dante sembari mengepalkan kedua tangan.

Author KiM__Latte

ASRAMA 300 DC (SEASON 2)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن