Cerita Dari Mereka Yang Di Tinggalkan (Pt 2 )

529 74 28
                                    

Gendhari Ar Rima

Seperti melodi pada lagu cinta yang kerap kali aku dengar di kala hujan, keberadaanmu juga sama nyamannya dengan alunan melodi-melodi itu.

Suaramu, tawamu, dan langkah kakimu adalah formasi paling favorit yang nggak pernah aku temukan pada melodi lain.

---------------------------------------
Setiap manusia emang nggak pernah kehilangan rasa sedih buat selamanya. Bakal muncul, hilang, terus muncul lagi.

Gue nggak pernah ngitung berapa kali gue sedih dalam hidup ini. Karena setiap gue sedih gue selalu di tuntut buat lebih bersyukur.

Jangan sedih, yo harus bersyukur masih bisa bangun tadi pagi.

Mbok kamu itu jangan ngeluh terus, hidup ya emang gini to nduk.

gue sedih, gue cuma pengen nangis tapi gue bersyukur karena bisa hidup di dunia ini. Sedih bukan berarti gue nggak mampu bersyukur.

Sayangnya gue terlahir di sekitar orang-orang yang nggak pernah paham.

Dan gue selalu lari dari kesedihan gue dengan menyumpal kedua kuping gue pake earphone. Ngedengerin lagu apa aja pake volume full, sampai gue lupa soal kesedihan gue, yang tertanam di kepala gue cuma lirik-lirik lagu dan melodi yang terngiang-ngiang, memastikan kesedihan gue nggak pernah punya tempat lagi.

"Ih sedih banget kayaknya. Sini puk-puk dulu kepalanya." Sampai hari dimana gue ketemu sama dia yang selalu tahu perasaan gue.

Pada Desember yang hari itu di guyur hujan. Gue menemukan kenyamanan lain dari sekedar melodi lagu cinta yang sering gue denger lewat earphone.

Ketawanya yang selalu kedengeran dari ujung lorong sekolah.

Suaranya yang sering gue sebut sebagai pengganggu karena emang gue ngerasa keganggu. Dia yang selalu bilang "RIMAAAAA CALON PACAR GUE." pake suara yang naudzubillah bisa bikin gue budheg setiap hari.

Langkah kakinya yang selalu seirama sama detak jantung gue.

Kenyamanan tentang kehadiran dia di setiap gue ngerasa sedih. Langkah kakinya yang lebar selalu jadi melodi yang menyatu sama suara tawanya. Ketukan langkah kakinya yang pengen gue denger lebih lama.

Ritme-nya sama.

Langkah kaki 3 kali terus ketawa, abis itu teriak, "RIMAAAA CALON PACAR GUE."

Sampai hari dimana gue nggak denger suara tawanya, hari di mana gue nggak denger langkah kaki lebarnya. Saat itu gue ngerasa bagian dalam diri gue kosong.

Kalau setiap hari adalah kesedihan gue, maka hari di mana suara dia nggak kedengeran dari ujung lorong adalah hari paling sedih buat gue.

Sampai akhirnya...

"Gue, Gue mau jadi pacar lo." adalah perkataan gue yang nggak pernah gue sadarin, karena gue nggak mau kehilangan kenyamanan yang baru gue rasain beberapa bulan belakangan itu. Bulan Desember yang di rundung sedih karena hujan nggak pernah mau berhenti turun justru jadi hari cerah karena gue menemukan pelangi dalam bentuk manusia.

"Kalau ada yang bikin lo sedih, biar gue... Biar gue Rim yang jadi bahagia lo." dia yang selalu bilang kaya gitu setiap gue sedih.

Sedih sama apapun.
Gue terlahir dengan hidup biasa, nggak mewah dan bisa di bilang pas-pasan. Gue yang selalu banyak harapan meskipun gue nggak tahu apakah harapan itu bakal bisa gue raih apa nggak.

Gue yang selalu dan sangat susah buat di hilangkan, insecure.

Tapi dia bisa bikin gue merasa tenang, dengan banyaknya ketakutan dan kesedihan yang gue rasain selama ini.

8 Pintu Untuk Arkana | Zerobaseone ✔️Where stories live. Discover now