Chapter 7 |Pasar Malam|

268 112 89
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jevano menghela nafas kasar. Dengan ditemani angin malam yang dingin, pria itu memilih duduk di sebuah bangku kecil di samping basecampnya. Matanya yang teduh menatap dalam kearah langit malam yang gelap. Asap putih keluar dari mulutnya setelah ia menyesap rokok yang di jepit antara dua jari tangannya. Inilah cara seorang Jevano menenangkan diri.

Sesekali pria itu menatap kearah ponsel. Tepat pada background lockscreennya. Foto seorang gadis kecil yang tengah tersenyum kearah kamera. Dan sesaat kemudian ia mengumpat. Begitu hingga beberapa kali.

"Gue harus gimana sekarang! Waktu gue gak banyak!" bisiknya.

Namun tak lama pintu samping itu terbuka, menampakan seorang pria berkulit putih dengan rambut yang dikuncir diatas. Pria itu memakai kaus putih oblong dan celana pendek.. dia adalah Rendy.

"Disini lo ternyata.. kita cariin dari tadi juga." ucapnya sembari mendudukan tubuh mungilnya tepat disamping Jevano.

Pria itu hanya melirik sekilas dan kembali menatap kearah taman yang ada didepannya. Taman milik orang tua Marcelino. Ya, basecamp mereka berada dilingkungan rumah keluarga Uchinaga.

Marcelino sendiri yang membeli tanah itu ke orang tuanya yang memang ia tujukan untuk mendirikan basecamp bersama teman-temannya. Padahal sebenarnya ayahnya rela memberikan tanah itu untuk Marcelino, namun pria itu tetap pada pendiriannya untuk membelinya. Katanya sih takut jika nanti ada masalah hal itu akan dibawa-bawa. Marcelino tidak mau hal itu terjadi.

Dan salah satu alasan mereka mendirikan basecamp tak jauh dari rumah Marcelino adalah agar mereka tak perlu susah payah menjaga basecamp itu, sebab dipagar depan, samping dan belakang rumah keluarga Uchinaga sudah memiliki begitu banyak penjaga yang siap berjaga sepanjang hari. Jadi keamanan tidak perlu diragukan lagi lah ya..

"Jev.. lo masih marah sama kita?" tanya rendy curiga sebab pria itu sama sekali tidak menggubrisnya.

Jevano hanya menghardikan bahunya. "Buat apa gue marah sama kalian.. nyatanya apa yang lo semua bilang itu bener."

Rendy mengangguk paham. Sesekali pria itu menyeruput es kul kul buatan tante delia - mama Marcelino yang selalu siap sedia menyediakan camilan untuk anak-anak Elang biru - setidaknya itu nama yang diberikan tante delia untuk circle mereka.

Jevano menatap geli kearah rendy yang sibuk dan berisik saat menikmati es kulkul semangka itu.

"Kenapa? Mau?" tanya rendy sembari menyodorkan es nya yang tinggal setengah.

"Gak!" jevano beranjak dari bangku dan bergegas masuk kedalam rumah meninggalkan rendy sendirian ditempat itu.

Suasana didalam rumah telah kembali seperti biasa. Narend sibuk memasak mie didapur, haykal dan ajisaka tengah sibuk berebut game, cetta sibuk dengan mic karaokenya dan Marcelino yang kini sibuk bermain gitar dan mengaransemen lagu.

Clandestine || BluesyWhere stories live. Discover now