Chapter 17 |Fotografi|

163 41 13
                                    

Gue sih setuju aja kalo Karina jadi vokalis, soalnya suaranya bagus.. gue suka.”

“Gue juga.. walau agak kecewa sih, soalnya gak bisa deket kak Marcel..”

“Sama..”

“Tapi aneh.. tumben bukan Yeslyn yang jadi vokalis, biasanya kan dia langsung terpilih tanpa seleksi..”

“Sepertinya power ayahnya udah berkurang hihihi” bisik salah satunya..

“Sutt! Pelan-pelan nanti dia denger..”

"Biarin aja.. Biar dia malu sekalian.."

"Gak nyangka sih gue seorang Yeslyn kembali tersingkirkan.. hahaha mampus lah"

Percakapan beberapa siswa yang kini tengah duduk dibangku panjang depan kelas membuat Yeslyn semakin meradang. Sebab sedari ia menginjakan kaki di sekolah pagi tadi, hampir setiap saat ia mendengar nama Karina disebut-sebut.

“Heh lo bertiga! Bisa diem gak?” omelnya dengan kasar.

Ketiga gadis itu melonjak kaget dan tidak mau menjadi target geng Yeslyn selanjutnya, mereka bergegas pergi ke kelas. Meninggalkan Yeslyn yang masih uring-uringan ditempatnya.

“Karina Karina dan Karina… kenapa sih harus dia?” omelnya dengan suara keras.

Liana dan Ryubella hanya diam. Ketika Yeslyn telah kesal, tidak ada yang berani berbicara atau menyerobot ucapannya, sebab jika mereka melakukan hal itu.. sama saja mereka sudah bosan hidup.

“Liat aja.. gue akan bilang ke bokap biar mereka tau rasa. Mentang-mentang gue gak masuk sekolah beberapa hari.. mereka jadi seenaknya sama princess.”

Gadis itu bersedekap dengan angkuh dan berjalan cepat menuju lift untuk pergi ke lantai dimana kantor ayahnya berada. Kali ini ia akan protes pada ayahnya yang memperbolehkan Karina menjadi vokalis di banding menjadikan Yelsyn – anaknya sendiri sebagai vokalis di grup band SMA Cakrawala.

Namun belum sempat gadis itu sampai dipintu lift, terlihat di matanya sesosok laki-laki bertubuh tinggi tengah berjalan santai kearahnya. Dia adalah pria yang selama ini bisa ia gunakan sebagai boneka. Mungkin harlen bisa membantunya mengatasi Karina..

“Harlen!” panggilnya.

Pria dengan rambut yang dibiarkan acak-acakan itu menoleh dan berhenti sebelum masuk ke ruang kelasnya.

“Lo habis dari mana?” tanya Yelsyn setelah sampai didekat pria itu.

Harlen tidak menjawab, pria itu memilih untuk mengacuhkannya dan bergegas pergi memasuki ruang kelasnya. Yelsyn jelas merasa bingung sebab baru kali ini Harlen berani mengacuhkannya.

“Harlen!”

“Gue ada banyak PR Lyn.. nanti aja ngobrolnya.” ucapnya berbohong.

Yeslyn yang sudah tahu sifat seorang Harlen hanya tertawa miris. Pria itu sudah berani mengacuhkannya dan alasan yang baru saja diberikan benar-benar aneh..

“Sejak kapan seorang Harlen ngerjain PR? Awas aja kalo sampe dia bener-bener cuekin gue... Siap-siap aja angkat kaki dari sekolah ini.” ucapnya kearah Ryubella dan Liana. Namun kedua gadis itu hanya saling menatap dalam diam.

Yelsyn yang tidak ingin terlalu memikirkan pria itu kembali berjalan kearah lift dan menyerobot beberapa guru yang juga ingin pergi ke lantai yang sama. Namun kapastias sudah terlalu banyak sehingga beberapa orang yang ada didepan pintu didorong kasar oleh Yelsyn.

Tidak ada yang berani menegur ratu sekolah itu. Sebab mereka masih memikirkan masa depan mereka.

Lama ketiga gadis itu terjebak di dalam lift, akhirnya sampailah mereka didepan pintu ruang kepala sekolah. Suasananya masih seperti biasa, tampak hening dan sepi. Sebab di lantai ini hanya ada ruang meeting dan ruang kepala sekolah saja.

Clandestine || BluesyOnde histórias criam vida. Descubra agora