Bab 6

186 144 322
                                    

Mengandung kata-kata kasar, jangan di ikutin yaa ngomong kasar nyaa:(

Mohon bijak dalam membaca!!

Buang yang jeleknya dan ambil yang baiknya...

Selamat membacaaa...

                          
                                🍏


Matahari sudah selesai dengan tugasnya, kini hanya ada bulan dan bintang di atas langit malam yang begitu tampak cantik.

Empat remaja laki-laki tengah berkumpul di tempat yang tidak terlalu luas, namun juga tidak terlalu sempit. Kursi, meja dan beberapa benda lainnya berserakan di lantai, tidak ada satu pun dari mereka yang berinisiatif untuk membereskan kekacauan tersebut.

Dasar mageran!

Asap rokok memenuhi ruangan tersebut, belum lagi botol minuman berserakan dimana-mana.

Seorang lelaki yang masih berpakaian seragam sekolah dengan semua kancing yang terbuka, menampilkan kaos hitam polosnya, meneguk minuman yang sudah habis dua botol.

"Gila! segitu sukanya lo sama teh pucuk sampe beli enam botol!" seru lelaki dengan rambut yang begitu berantakan.

"Kalo minum sebotol kurang anjir," ujar Davin.

"Sisain lah buat kita-kita," ucap Digo.

"Eh denger ya lo semua, ini punya gue!"

"Bacot ye lo, lupa lo beli ini pake uang siapa?"

"Duit siapa?"

"Duit Arnesh lah!"

Davin melemparkan botol teh pucuk yang isinya sudah habis tepat di kepala Digo,"Tolol."

"Sakit bego." Digo yang tidak terima akhirnya melemparkan botol tersebut, alih-alih ingin membalas Davin. Sayangnya lemparannya meleset.

Pletakk

Arnesh menatap tajam ke arah Digo, "Gue salah apa bangsat!"

Pakaian yang dikenakan Arnesh tidak jauh berbeda dengan apa yang digunakan sahabatnya. Namun sedikit mencolok, bagaimana tidak, Arnesh memakai satu anting di telinga kirinya, belum lagi satu tangannya terdapat tatto bertuliskan hurup P.

"Wee selo boss, si Davin duluan!" seru Digo membela diri.

"Muka lo asem amat Nesh, napa?" tanya Aral yang melihat wajah temannya yang sangat kusut sedari tadi.

"Pelangi," jawab Arnesh. Ia menatap layar ponselnya, Pelangi hanya membalas satu pesannya. Padahalkan dia mengirimkan tujuh bubble chat.

"Apa? Lo mikirin Pelangi Nes?" tanya Davin menatap sahabat bresengseknya dengan tatapan tidak percaya.

"Dia cewe gue."

Tawa Davin pecah mendengar perkataan Arnesh, ia bahkan sampai memegang perutnya,"ha ha ha...lucu lo!"

"Davin!" tegur Aral.

"Maaf-maaf ni Nesh, kita semua tau kalo lo cuma—" belum selesai dengan ucapannya, mulut Davin di bekap oleh Digo.

"Mulut lo harus gue jejelin helm kayanya biar diem," potong Digo.

"Anjing Digo! Tangan lo bau bensin!" pekik Davin setelah Digo melepaskan tangannya.

Arnesh berdiri lalu membuang dan menginjak puntung rokok sampai apinya padam, "Lo gak tau apa-apa Davin!"

"Lo sendiri yang bilang Nesh! kenapa udah mulai ada rasa lo sama dia?" tanya Aral dengan nada ketus.

Pelangi untuk CadaWhere stories live. Discover now