Bab 10

200 136 297
                                    

Mengandung kata-kata kasar, jangan di ikutin yaa ngomong kasar nyaa:(

Mohon bijak dalam membaca!!

Buang yang jeleknya dan ambil yang baiknya..

Selamat membacaaa...

                               

                                🍏

Setelah bel yang di tunggu-tunggu akhirnya berbunyi, koridor sekolah dipenuhi dengan suara langkah kaki dan candaan riang. Para siswa maupun siswi berjalan keluar dari kelas. Wajah-wajah lelah dari belajar sepanjang hari namun penuh antusiasme untuk pulang.

Beberapa ada yang memilih berjalan sendirian sambil menatap layar ponsel mereka, ada juga yang bergabung dengan teman-teman mereka bergosip ria dengan begitu semangat.

Seperti yang sedang Pelangi dan Tamara lakukan. Mereka asik berbincang sesekali tertawa serta berbisik-bisik supaya tidak ada yang mendengar. Tamara menghentikkan langkahnya ketika melihat seseorang yang ia kenali.

"Tamara kamu liatin apa?" tanya Pelangi heran.

"Zagar makin ke sini makin gantengg dehh," ucap Tamara dengan mata berbinar menatap ke arah Zagar yang tengah memberikan buku kepada gadis berkuncir dua.

"Terus kenapa dulu kamu tolak dia?"

"Dulu dia cupu banget plisss, eh sekarang dia berubah drastis."

"Itu cewe nya ya? Jadi gosip itu bener dong kalo Zagar udah punya cewe." Pelangi memperhatikkan interaksi antara Zagar dengan gadis berkuncir dua.

"Gue mau rebut Zagar." Ide gila yang Tamara lontarkan, membuat Pelangi membulatkan matanya.

Apa katanya? Merebut?. Dasar Tamara giliran dulu di tolak sekarang malah mau.

"Nanti kerumah Flonya jam delapan malem ya, gue ke rumah lo, dadah Pelangi mau ngejar ayang Zagar dulu." Setelah mengatakan itu Tamara berlari mengejar Zagar yang terlihat akan meninggalkan koridor sekolah.

.
.
.

Di bawah langit yang mulai menggelap, terlihat dari awan yang mendung. Ia berdiri di tepi jalan dengan pandangan penuh harap. Angin sepoi-sepoi membelai rambutnya yang tergerai, sementara pandangannya terus terfokus pada setiap kendaraan yang melintas. Mencari sosok yang di tunggu-tunggu. Tangan yang sesekali bergerak ke arah arloji di pergelangan tangannya, mengisyaratkan kegelisahan, dan rasa takut. Ia meyakinkan hatinya bahwa orang yang dinantikan akan segera tiba.

"Pelangi." Suara yang sangat Pelangi kenali membuatnya menoleh, dahinya mengkerut, menatap bingung ke arah seorang lelaki yang berdiri tepat di hadapannya.

"Aral ngapain di sini?" tanya Pelangi dengan wajah bingung.

"Mau nganter lo pulang," ucap Aral dengan santai.

"Eh gak usah...aku lagi nunggu Ar—" belum sempat Pelangi menyelesaikan ucapannya, Aral sudah memotong lebih dulu.

"Arnesh ada urusan mendadak," potong Aral. Dia meronggah saku celanya mengeluarkan kunci motor.

"Jadi mau gue anterin apa gue tinggal?" lanjutnya.

Pelangi menatap sekeliling, sepi dan sepertinya hujan akan turun. Ada perasaan sedih ketika mendengar Arnesh tidak akan menjemputnya, kenapa dia tidak memberitahu, sesulit itukah memberi kabar...

"Gue nggak punya banyak waktu." Ucapan Aral membuat Pelangi mengerjapkan matanya.

"Ayo," lirih Pelangi dengan nada pelan. Aral bahkan bisa merasakan bahwa gadis di depannya sebentar lagi akan menangis. Bodoamat sih nangis juga, gak peduli.

Pelangi untuk CadaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon