Bab 7

152 126 213
                                    

Mengandung kata-kata kasar, jangan di ikutin yaa ngomong kasar nyaa:(

Mohon bijak dalam membaca!!

Buang yang jeleknya dan ambil yang baiknya..

Selamat membacaaa🍏

                                  .
                                  .
                                  .

Di dalam kamar Pelangi menatap kosong ke arah langit-langit, seharusnya dirinya sudah terbiasa dengan sikap Bima. Tapi ia merasa sedih ketika di perlakukan tidak adil. Ia ingin di sayang seperti Asha.

Flashback

Gadis kecil berusia sepuluh tahun sedang memamerkan sebuah hasil gambar yang ia buat.

"Papa, kata Ibu guru gambar Pelangi bagus," serunya dengan semangat.

"Papa, Asha tadi dapet nilai seratus," ujarnya menunjukkan kertas bergambar bunga tulip.

"Wah anak Papa hebat," seru Bima memuji dengan antusias.

"Asha sayang kamu mau Papa beliin apa?" tanya Bima. Ia mengabaikan ucapan Pelangi.

"Asha mau eskrim coklat," jawab Asha.

"Siap-siap gih, kita beli eskrim coklat."

Pelangi gadis kecil itu melihat interaksi antara Bima dan Asha, senyum di wajahnya tidak pudar, ia senang melihatnya. Suatu hari nanti Papanya pasti akan melakukan hal yang sama, seperti Bima memperlakukan Asha dengan begitu baik.

"Papa suka gambar Pelangi?"

"Papa Pelangi juga mau eskrim."

"Papa liat Pelangi gambar keluarga bahagia."

"Di sebelah kanan ada Bunda, di sebelah kiri ada Papa, Pelangi diem di tengah," ucapnya menjelaskan dengan semangat.

Pelangi kecil terus saja berbicara, meskipun Bima sama sekali tidak menanggapinya.

"Papa—" belum sempat Pelangi melanjutkan kata-katanya. Bima sudah lebih dulu memotong ucapannya.

"Berhenti memanggil saya dengan sebutan Papa!" bentak Bima.

"Tapi kenapa?" lirih Pelangi.

"Kamu bukan putri saya!"

Flashback off

Tanpa Pelangi sadari air matanya turun membasahi kedua pipi. Ia mengusap air mata yang semakin di usap malah semakin banyak. Ia terisak, dadanya sakit, mengingat betapa Bima begitu membencinya, tanpa alasan yang sama sekali tidak ia ketahui.

"Aku pikir kalo aku udah besar Papa mau mengakui aku sebagai putri Papa," lirihnya dengan air mata yang masih mengalir.

"Aku enggak tau salah aku apa..." lanjutnya.

Pelangi memiliki begitu banyak pertanyaan yang sayangnya tidak pernah mendapatkan jawaban. Bertanya kepada Bundanya pun rasanya percuma, karena Mentari pasti akan mengalihkan pembicaraan ke arah lain.

Entah apa yang kedua orang tuanya sembunyikan.

Di banci tanpa alasan yang tidak di ketahui apa sebab nya, itu menyakitkan.

"PELANGI!" teriak Asha dari luar.

"Pelangi kamu denger aku kan," lanjutnya.

Pelangi menghapus air matanya. Ia berjalan ke arah kaca menghiraukan Asha yang sedang teriak-teriak.

Pelangi untuk CadaWhere stories live. Discover now