1. KETAHUAN

1K 99 51
                                    


"Gisa, ayo berangkat ini udah mau siang," ucap laki-laki paruh baya itu dari luar rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Gisa, ayo berangkat ini udah mau siang," ucap laki-laki paruh baya itu dari luar rumah.

"Iya, Kakek sebentar!" sahut Gisa dari dalam rumah dengan suara agak keras supaya kakeknya mendengar.

Gadis berbulu mata lentik itu mengendong tasnya yang berwarna pink dengan memakai kaus kuning pendek dan rambutnya dikuncir kuda. Gisa berjalan ke luar rumah lalu mengunci pintu utama rumahnya.

Setelah selesai, Gisa mengambil sepedanya yang berwarna pink itu berada di dekat jendela rumahnya, kemudian membawanya menghampiri kakeknya yang ada di depan rumah.

"Ayo Kek," kata Gisa pada kakeknya yang telah selesai mengelap-ngelap gerobak cendolnya itu.

Laki-laki paruh baya berumur 60 tahun itu adalah kakeknya Gisa, namanya kakek Badran. Dia sangat menyayagi cucunya begitupun sebaliknya.

Kakek Badran tersenyum tipis pada Gisa yang sudah ada di sampingnya. "Udah selesai, Gi?" tanya kakek Badran yang langsung diangguki oleh Gisa.

"Udah Kakek."

"Semoga hari ini dagangannya laris manis ya, Gi," ucap kakek Badran sambil mengunakan topi di kepalanya, lalu mengusap kepala Gisa dengan sayang.

"Aamiin ya Allah." Gisa tersenyum tulus pada kakeknya.

"Yaudah ayo Gi kita berangkat." Kakek Badran mulai mendorong gerobak cendolnya sambil berucap, "Bismillahirahmanirrahim." Lalu kakek dan cucunya itu pergi dari pekarangan rumahnya. Kini mereka sudah ada di pinggir jalan raya. Kakek Badran mendorong gerobak cendolnya dan di sampingnya ada Gisa sambil memboseh sepedanya dengan pelan.

Selama di perjalanan mereka tidak hanya diam saja. Gisa berbicara apa saja sampai ia bercerita pada kakeknya kalau semalam ia bermimpi dikejar-kejar monyet sampai Gisa naik ke atas pohon membuat kakeknya tertawa pelan mendengarkan cerita Gisa barusan. Sungguh malam tadi Gisa bermimpi seperti itu membuatnya takut kalau sampai itu terjadi pada dirinya secara nyata.

Gisa terus bercerita apa saja sampai akhirnya mereka tidak sadar kalau sudah sampai di tempat tujuannya untuk berjualan. Ya, di sinilah mereka sekarang, di depan gerbang sekolah SMA Bina Dirgantara, itulah tulisan nama sekolah ini yang tertempel di atas tembok besar gerbang tersebut. Jangan lupakan bahwa sekolah ini adalah sekolah elite dan paling banyak diminati oleh banyak orang.

Setiap harinya kakek Badran berjualan cendol di depan gerbang sekolah ini dan Gisa selalu membantu kakeknya berjualan.

Dia.. Nagisa Gloria, gadis berparas cantik dan sederhana yang setiap harinya selalu ikut berdagang bersama kakeknya. Gisa tidak malu sama sekali. Kalau kata Gisa mah gini 'buat apa malu ini kan pekerjaan halal'.

🌧️°•🤍•°🌨️

Kaki jenjang Gisa berjalan menginjak rumput-rumput yang mulai tumbuh itu di belakang sekolah SMA Bina Dirgantara. Ia berhenti berjalan tepat di dekat bangku kayu yang sudah tidak terpakai lagi.

NAGISA DAN TAKDIRNYAWhere stories live. Discover now