8. PENYELAMAT GISA & HUJAN BERSAMA DIA

519 68 88
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari tujuh menit yang lalu. Galen dan Jastara sudah berada di parkiran sekolah untuk mengambil motor mereka.

Galen menoleh ke kanan-kiri lalu ke belakang untuk mencari seseorang. "Si Zion kemana, Jos?"

"Katanya, tadi dia bilang ke gue mau main basket dulu," sahut Jastara sembari naik ke atas motor ninjanya. Galen hanya menganggukan kepala.

Diantara mereka bertiga, Zion yang paling aktif di sekolah. Dia sering main basket, ikut olimpiade kalau ada lomba antar sekolah. Jangan salah, walaupun cowok itu sedikit nakal, tetapi Zion selalu peringkat satu di kelasnya dari kelas X sampai sekarang kelas XII tidak pernah berkurang peringkatnya, karena Zion sangat rajin belajar di rumahnya.

"Gal, langsung pulang?"

"Seperti biasa, Jos." Galen menjawabnya sambil memakai sweater berwarna hitam. Yang dimaksud Galen 'seperti biasa' itu ke tempat warung mbok Jumay, karena mereka bertiga sering nongkrong di sana.

"Gal, kayanya gue langsung pulang deh, soalnya tadi nyokap gue bilang nyuruh gue buat pulang cepet. Gue nggak tahu ada apa sih."

"Yaudah, lo pulang duluan aja."

"Seriusan?"

"Hm."

"Aaaaa makasih banyak babang Galen Eltair Saskara yang paling tampan di sekolah ini," ucap Jastara dengan dramatis.

"Lebay." Galen menatap Jastara dengan geli.

Sedangkan Jastara cengengesan. "Lo jadinya mau langsung pulang apa nongkrong dulu, Gal?"

"Nongkrong dulu."

"Gakpapa sendirian?"

Galen menatap Jastara. "Lo kira gue anak kecil apa, haa?"

Tertawa kecil Jastara pun menjawab, "Aduu mamae.. lo kan masih umur lima tahun, Gal. Hahaha."

"Bilang apa lo?"

Jastara meneguk ludahnya karena diberikan tatapan tajam oleh seorang Galen. "Ah, enggak-enggak, Gal," ucap Jastara, menampilkan gigi putihnya.

"Gue nggak budeg, barusan lo bilang apa, haa?" Alis Galen terangkat satu.

"Itu, Gal." Jastara menunjuk kucing berwarna abu putih yang kebetulan lewat di dekat mereka. "Kucing itu umurnya baru lima tahun, itu maksud gue tuh, Gal, hahaha."

Mendelikkan matanya Galen berujar, "Lucu?"

"Ihh si Abang Galen Eltair lucuin aja kek biar gue seneng."

"Ogah." Galen memasang helmnya.

"Ku menangis membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku." Jastara menyanyikan lagunya dengan dramatis.

Galen yang melihat tingkah temannya itu sangat merasa geli dan malu-maluin. Untung saja di parkiran sekolahnya tidak ada yang melihat ke arah mereka, kalau sampe ada yang melihatnya Galen yang merasa malu karena mempunyai teman aneh seperti ini.

NAGISA DAN TAKDIRNYAWhere stories live. Discover now