2. KEPERGOK LAGI?

718 83 30
                                    


Gisa mensetandarkan sepedanya di bawah rumah pohon

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Gisa mensetandarkan sepedanya di bawah rumah pohon. Saat ini Gisa sedang berada di rumah pohon, ia ke sini sendirian.

Setelah membantu kakeknya berjualan cendol Gisa langsung pergi ke sini, dan kakeknya beristirahat di rumah karena jualan cendolnya hari ini sudah habis.

Kaki jenjangnya menaiki satu persatu tangga kecil yang terbuat dari bambu kayu tersebut. Setelah sampai di atas rumah pohon Gisa melepas tasnya dari gendongannya.

Di dalam rumah pohon itu ada banyak sekali gambar-gambar hasil karya tangan Gisa. Dari mulai gambar pemandangan alam, gambar kartun dan gambar random. Gadis itu sering menggambar di rumah pohon ini dan hasil gambarnya ditempel di papan kayu tersebut.

Gisa tersenyum tipis memandang gambar hasil karyanya sendiri yang dipajang disetiap papan kayu itu, ia melihat satu persatu gambar tersebut.

Ia sangat menyukai sekali menggambar, makanya di dalam rumah pohon ini dipenuhi oleh hasil gambarnya.

Lalu Gisa duduk bersila di bawah sembari membuka tasnya yang berwarna pink. Ia mengambil buku gambarnya yang lembarannya tinggal sedikit lagi dan mengambil pensil.

Meletakkan buku gambar di bawah, Gisa membungkukkan badannya karena akan mulai menggambar.

Gisa mulai fokus dengan menggambarnya, ia menggambar bangunan sekolah dan seorang gadis yang menggendong tas sedang berdiri di lapangan sekolah itu sambil menatap gedung sekolah tersebut. Gadis di dalam gambar itu adalah gambaran dirinya sendiri.

Setelah Gisa menyelesaikan mengambarnya ia menulis di bawah gambar gedung sekolah itu dengan kata-kata yang seperti ini 'Gisa pengen sekolah' dengan huruf yang agak besar.

Tiba-tiba cairan bening keluar dengan sendirinya dan menetes tepat pada kertas gambar tersebut membuat kertas itu sedikit basah. Gisa menangis tanpa suara dadanya begitu sesak seperti dihantam batu besar setelah ia selesai menggambar gedung sekolah itu.

Tangan Gisa terangkat untuk menghapus air matanya, tapi lagi-lagi air matanya keluar lagi dengan sendirinya, Gisa menghapusnya lagi,
sayangnya cairan bening itu keluar lagi dan lagi hingga mengalir dengan deras.

Gisa menyandarkan bokongnya pada papan kayu dan menekuk lututnya seraya memeluk hasil gambarnya dengan erat.

Lalu Gisa mengangkat wajahnya, ia menatap langit sore yang sedikit mendung, sepertinya akan turun hujan.

"Tuhan, mimpi Gisa cuma satu."

"Tapi, kenapa sangat sulit buat aku?"

Kemudian air matanya mengalir lagi dengan lebih deras. Cukup beberapa lama ia menangis sampai akhirnya ia tertidur pulas di sana.

🌧️°•🤍•°🌨️

"Woy, siapa lo sebenarnya?!"

Deg!

NAGISA DAN TAKDIRNYAOnde as histórias ganham vida. Descobre agora