11. GISA KEPERGOK OLEH KETIGA SISWI BINA DIRGANTARA

634 59 59
                                    

Gadis dengan kaus kuning pendek itu berdiri di depan cermin sedang masangkan topi hitam di kepalanya dan memakai tas berwarna pink

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis dengan kaus kuning pendek itu berdiri di depan cermin sedang masangkan topi hitam di kepalanya dan memakai tas berwarna pink.

Gisa menatap dirinya dipantulan cermin. Seulas senyum tipis terbit di bibirnya. "Bismillah semangat, Gisa," ucapnya pada diri sendiri.

Setelah itu Gisa berjalan keluar dari kamarnya, ia pergi ke dapur untuk mengambil nasi dan air hangat.

Langkah kakinya berjalan kembali menunju kamar kakeknya yang berada di sebelah kamarnya.

Saat Gisa masuk ke dalam kamar kakeknya ia melihat kakeknya masih tertidur pulas. Gisa menyimpan nasi dan air minum di atas nakas. Kemudian ia duduk di tepi ranjang kakeknya.

Gisa menatap wajah kakeknya yang masih tertidur pulas membuat Gisa tidak tega untuk membangunkannya. Luka-luka di wajah kakeknya sudah mendingan karena semalem Gisa mengompresnya.

Tiba-tiba mata kakek Badran terbuka. Mengerjapkan matanya beberapa kali dia pun menoleh ke arah Gisa yang ada di sampingnya sedang duduk, Gisa membalasnya dengan senyuman hangat.

"Gisa."

"Iya, Kakek?"

"Gisa mau kemana pake topi?" tanya kakeknya. Dia terbangun dari posisi tidurnya yang dibantu oleh Gisa.

"Gisa mau jualan cendol, Kek. Kakek diem di rumah aja ya karena lagi sakit, biar Gisa aja yang jualan."

"Tapi, Gi, kamu nggak apa-apa jualan sendiri? Kakek nggak tega, Nak."

"Nggak apa-apa, Kakek."

Menghela napas berat kakek Badran mengangguk saja. Sebenarnya ia tidak tega jika cucunya berjualan cendol sendirian apalagi membawa gerobak yang lumayan agak berat.

Gadis itu lalu mengambil nasi di atas nakas. "Kakek, sekarang makan dulu, ya, Gisa suapin." Kemudian Gisa menyuapi kakek Badran nasi goreng buatannya sendiri tadi pagi.

Setelah kakek Badran selesai makan dan minum Gisa lalu membereskan kembali piring dan gelas bekas kakeknya itu ke dapur. Kemudian Gisa kembali ke kamar kakeknya, ia menatap ke arah kakek Badran. "Kakek, Gisa pamit ya mau jualan dulu. Kakek diem aja di rumah ya, Gisa juga nanti pulang cepet kok."

"Iya, Gi. Hati-hati di jalan ya, Nak. Maafin Kakek karena harus kamu yang jualan seharusnya itu, Kakek," ucap kakeknya dengan raut wajah sedih. Kakek Badran sebenarnya tidak tega kalau Gisa jualan sendirian, tetapi cucunya itu bilang kalau dirinya tidak apa-apa.

Gisa mengelengkan kepala. "Nggak usah minta maaf, Kakek, ini udah jadi tugas Gisa sebagai cucu, Kakek. Yaudah, Gisa pamit ya, Kek." Lalu Gisa menyalami tangan kakeknya.

"Assalamualaikum, Kek." Kemudian Gisa berjalan keluar dari kamar kakeknya.

"Wa alaikumus salam, Nak."

NAGISA DAN TAKDIRNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang