4. RUMAH POHON & BUKU DIARY

686 72 30
                                    




Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hari sudah larut malam, di atas langit ada rembulan yang menerangi bumi ini dipenuhi oleh banyak bintang-bintang yang berkilau cantik. Udara angin malam ini menghampiri seorang cowok berkaus hitam yang tengah duduk di balkon kamarnya seorang diri.

Galen sedang menyeruput kopi mocachino sembari membuka sosial medianya. Saat dia membuka instragramnya ada begitu banyak dm dari para cewek-cewek yang menyukainya hingga ada yang menyepam karena Galen tidak mau membalas pesan-pesan dari mereka.

Cowok lain mungkin akan membalas pesan dari para cewek-cewek itu, tapi tidak dengan seorang Galen Eltair Saskara. Dia tidak mau membalas pesan-pesan dari mereka kalau tidak penting dan dia juga tidak mau memberi harapan palsu, karena Galen bukan cowok yang seperti itu. Walaupun Galen cowok badboy tapi dia bukan playboy.

Seorang Galen hanya akan mencintai satu perempuan di dunia ini setelah ibunya. Dan dia belum menemukan sosok perempuan yang benar-benar ia cintai.

Galen menghela napas kasar, dia lalu berdiri dari posisi duduknya. Kaki jenjangnya berjalan masuk ke kamar dan tak lupa menutup pintu terlebih dahulu.

Sekarang cowok itu sudah duduk di atas kasur dengan kakinya diselonjorkan ke depan serta punggungnya bersandar pada headboard.

Meletakkan ponselnya di atas nakas kini sorot matanya tak sengaja tertuju pada sebuah buku diary yang terletak di dekat lampu tidurnya.

Lalu tangan kekar miliknya mengambil buku diary berwarna kuning dengan
bermotiv bintang di tengahnya. Buku diary itu Galen temukan di belakang sekolahnya tadi siang.

Dia membuka lembaran demi lembaran kertas tipis itu, hingga Galen berhenti dilembaran kesepuluh dan membaca tulisan itu dengan perasaan yang tidak menyangka sekaligus terkejut.

Galen tetap fokus membaca tulisan di buku diary itu.

Dear diary

Aku pengen banget bisa sekolah lagi, aku pengen banget bisa pake baju putih abu-abu dan merasakan masa-masa SMA.

Tapi, aku nggak bisa sekolah lagi karena kakek nggak punya biaya buat bayar sekolah aku.

Makanya kalau kakek jualan cendol di sekolah SMA Bina Dirgantara, aku suka ngintip di jendela belakang sekolah itu supaya bisa belajar.

Aku suka merhatiin guru di dalam kelas itu kalau lagi ngejelasin materi dan aku juga suka nulis buat bisa catet materi yang guru itu tulis di board.

Aku seneng banget bisa belajar walaupun aku harus ngintip di jendela.

Tuhan, aku mohon kepadamu semoga aku nggak ketahuan sama murid di sekolah itu dan juga guru-guru di sana kalau aku suka ngintip di jendela belakang sekolah.

NAGISA DAN TAKDIRNYAWhere stories live. Discover now