10. UPACARA, GISA DAN KAKEK BADRAN

464 45 94
                                    

"Kakek, Gisa mau ikut jualan aja sama Kakek," ucap Gisa memohon

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Kakek, Gisa mau ikut jualan aja sama Kakek," ucap Gisa memohon.

Kakek Badran yang sedang membereskan gerobak cendolnya kini beralih menatap Gisa. "Gi, nurut sama Kakek ya, hari ini Gisa di rumah aja. Muka Gisa pucet gitu terus pas malam Gisa pusing kan? Udah di rumah aja, ya, Nak," kata kakek Badran dengan nada halus.

Gadis itu memajukan bibir bawahnya. "Tapi, Kek----"

"Jangan tapi-tapi, nurut sama Kakek ya, Nak. Kakek nggak mau kamu kenapa-napa."

"Tapi, Gisa baik-baik aja, Kakek."

"Kakek tahu Gisa bohong, liat aja muka Gisa pucet gini. Gisa istirahat aja di rumah ya biar Kakek yang jualan."

Helaan napas panjang yang keluar dari mulut Gisa terdengar oleh kakek Badran. Laki-laki yang sudah tua itu menatap Gisa. Sudut bibirnya terangkat ke atas memberikan senyuman tipis. Tangannya terangkat sebelah mengusap kepala Gisa dengan pelan. "Gisa mau nurut nggak sama Kakek?"

Gisa mengangguk cepat. "Mau, Kek."

Kakek Badran kembali tersenyum. "Nah, berarti hari ini Gisa harus nurut sama Kakek jangan ikut jualan dulu, biar Kakek sendiri aja."

Gisa tidak menjawabnya, ia hanya mengangguk saja. Padahal, Gisa ingin sekali ikut membantu kakeknya berjualan cendol seperti biasanya. Tetapi, laki-laki yang sudah tua itu tidak mengizinkannya.

Menghela napas pelan kakek Badran tersenyum lagi. "Yaudah, Kakek berangkat dulu ya, Nak. Gisa istirahat aja di rumah ya, jangan kemana-mana."

"Iya, Kakek." Gisa membalasnya dengan bibir tersenyum tipis.

Setelah itu kakek Badran kembali membereskan alat-alat dagangannya.
Sesudah selesai dia menoleh ke arah Gisa. "Gisa, Kakek berangkat dulu, ya. Assalamualaikum."

"Wa alaikumus salam. Hati-hati di jalan ya, Kakek." Kakek Badran mengangguk. Dia pun mendorong gerobak cendolnya pergi dari pekarangan rumah.

Gisa menatap sendu ke arah punggung kakeknya yang sudah jauh. Ada perasaan tidak tega saat melihat kakeknya berjualan sendirian.

Seharusnya diusia yang sudah tua itu kakek Badran istirahat di rumah, bukannya malah berjualan seperti ini. Tapi, kalau tidak berjualan kakek Badran dan cucunya akan makan apa? Karena mereka sudah tidak punya keluarga lagi.

'Ya Allah lindungi Kakek Gisa, semoga jualan cendolnya hari ini habis secepatnya. Aamiin,' batin Gisa.

Setelah itu Gisa masuk kembali ke rumahnya.

🌧️°•🤍•°🌨️

Gisa memboseh sepedanya di trotoar, ia akan pergi ke tempat yang sering ia datangi.

Setelah sampai di tempat tujuannya Gisa melihat ada kakeknya yang sedang berjualan cendol di depan gerbang sekolah SMA Bina Dirgantara. Ia memundurkan sepedanya karena tidak mau kalau kakeknya melihat Gisa ada di sini.

NAGISA DAN TAKDIRNYAWhere stories live. Discover now