Paman Ah Fei

994 124 22
                                    

Xiao Bao menatap kedua pria besar di hadapannya. Rasa-rasanya dia pernah mengalami hal seperti ini. Ya, ketika ayah dan ibunya bertanya pada Xiao Bao tentang siapa yang lebih dia sayangi. Dia harus memikirkannya dengan hati-hati, kalau dia salah bicara, nyawanya akan terancam. "Yangzhouman adalah teknik murni dan mampu bertahan lama, sedangkan Beifeng Baiyang lebih ke arah melindungi diri dari bahaya," ulangnya sambil mengetuk-ngetuk dagu dengan jari mungilnya.

Dia pun menguap, lalu berjalan ke samping Di Feisheng. "Shifu, gendong."

Di Feisheng menoyor kepala Xiao Bao gemas. "Kau mirip sekali dengan Li Lianhua, selalu menggunakan cara licik untuk melarikan diri."

"Kurasa kita tidak perlu terburu-buru. Biarkan dia bermain-main dulu, dia kan masih kecil," kata Li Lianhua menepuk-nepuk kepala Xiao Bao yang sudah menyandar di bahu Di Feisheng.

Tiba-tiba saja Li Lianhua merasa pusing dan tubuhnya sempoyongan. Di Feisheng buru-buru membantu Li Lianhua duduk, lalu menyokongnya dengan tenaga dalam menggunakan satu tangannya yang bebas. Xiao Bao menegakkan punggung, mengamati Li Lianhua menotok aliran darah menggunakan ibu jari dan kedua jarinya yang lain. Tak lama kemudian, gelombang-gelombang tenaga dalam sudah tak terasa lagi. Li Lianhua pun menghembuskan napasnya secara perlahan dan terbatuk kecil.

Xiao Bao merosot turun dari gendongan Di Feisheng, menuang air dan menyerahkannya pada Li Lianhua.

"Apa Paman Huahua baik-baik saja?" tanya Xiao Bao, tampak khawatir.

"Tidak apa-apa, hanya sedikit pusing," jawab Li Lianhua sambil tersenyum.

"Paman Huahua harus istirahat, ayo paman." Xiao Bao menuntun Li Lianhua menuju tempat tidurnya. Dia membiarkan paman sekaligus gurunya berbaring, sementara dia menyiapkan kompres.

Di Feisheng mengamati Xiao Bao yang kini sedang sibuk, mengabaikan dirinya. "Lihat, dia perhatian sekali padamu."

"Bukankah sudah sewajarnya murid memerhatikan gurunya? Sudahlah, jangan mengajakku berdebat. Aku mau tidur, kau juga harus istirahat," kata Li Lianhua mengibas-ngibaskan tangannya, lalu memunggungi Di Feisheng.

Di Feisheng menahan kepala Xiao Bao yang baru saja akan melewatinya. "Kau, jaga Paman Huahua baik-baik. Pikirkan baik-baik teknik mana yang akan kau pelajari, sementara aku pergi."

"Paman Ah Fei mau kemana? Kenapa aku tidak diajak?" tanya Xiao Bao sambil menggembungkan kedua pipi gembulnya.

"Kelak aku akan mengajakmu ke sana, bersama Paman Huahua," balas Di Feisheng tersenyum.

Xiao Bao mengacungkan kelingking kecilnya ke atas. Di Feisheng terkekeh, kemudian mengaitkan kelingkingnya pada kelingking bocah laki-laki di hadapannya. Dia menepuk-nepuk kepala Xiao Bao dan melesat keluar jendela.

"Xiao Bao," panggil Li Lianhua tanpa menoleh.

"Aku di sini," jawab Xiao Bao.

"Jangan tiru Paman Ah Fei-mu itu ya. Kalau datang dan pergi lewat pintu, bukan melompat lewat jendela."

"Baik, paman." Xiao Bao duduk di samping Li Lianhua, mulai memijatnya.

Sejenak ruangan itu menjadi hening, hanya ada suara gemericik air saat Xiao Bao memeras kain dan mulai mengompres dahi Li Lianhua. Sebenarnya Li Lianhua tidak apa-apa, setelah mengalirkan tenaga dalam ke sekujur meridian dalam tubuhnya, keadaannya sudah baik-baik saja. Namun, dia tidak mungkin menolak kebaikan Xiao Bao, jadi dia membiarkan Xiao Bao merawatnya malam ini. Tentu saja hal itu hanya bertahan sejam sebelum si kecil hampir terjatuh ke lantai karena terkantuk-kantuk. Li Lianhua tersenyum, mendekap Xiao Bao dalam peluknya dan mereka pun tertidur bersama.

***

Paginya, Li Lianhua terbangun saat mendengar suara ledakan dari dapur dan gonggongan siluman rubah.

"Xiao Bao? Uhuk, uhuk!"

"Paman, hehe." Bocah ini memamerkan deretan gigi putihnya dengan wajah gosong serta ujung rambut yang terbakar.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Li Lianhua setelah membuka jendela dapur lebar-lebar agar asapnya keluar.

"Aku memasak sarapan untuk paman, tapi siluman rubah malah melemparkan benda seperti bola perak ke perapian dan boom!" jelas Xiao Bao.

Li Lianhua memandangi anjing yang masih yang menggoyang-goyangkan ekornya ke sana kemari dengan riang. Mungkin dia bosan karena Xiao Bao tidak menemaninya bermain dan malahan sibuk sendiri. Jadi dia mengambil bola mesiu dari tas praktik tuannya. Li Lianhua tak mampu lagi menahan tawanya saat melihat Xiao Bao yang masih menepuk-nepuk nyala api dari bajunya yang dipenuhi abu.

Setelah mandi, Li Lianhua mengeringkan rambut Xiao Bao dan menyisirnya.

"Paman Huahua."

"Hmm."

"Apa aku tidak boleh mempelajari keduanya?"

"Bukannya tidak boleh, tapi kedua teknik itu berbeda dan tidak sejalan. Kalau kau mempelajari keduanya, tubuhmu tidak akan kuat. Syaraf-syarafmu akan bingung karena aliran energi di dalamnya bertabrakan. Bahkan meridianmu bisa meledak dan nadimu bisa putus. Jangan pikirkan kata-kata Paman Ah Fei, kau main-main saja seperti biasa." Li Lianhua mengangkat Xiao Bao dan mendudukkannya di pangkuannya.

Xiao Bao masih megerutkan dahinya, berpikir keras. Li Lianhua terkekeh, menyentuh tengah-tengah kedua alis Xiao Bao dan mengelusnya pelan.

"Apa aku boleh mempelajari Beifeng Baiyang?" tanya Xiao Bao lirih, takut jika Li Lianhua marah atas pilihannya.

"Tentu saja, Paman Ah Fei pasti akan mengajarimu dengan baik," kata Li Lianhua.

"Dengan begitu, aku tidak akan merepotkan Paman Huahua ataupun Paman Ah Fei. Saat aku terluka, aku akan bisa menjaga diriku sendiri."

Mendengar kalimat Xiao Bao barusan, hati Li Lianhua mencelos. Bocah ini selain pandai, dia juga berani. Xiao Bao mampu menganalisa masalah dan mencari penyelesaiannya dengan bijak. Bahkan dia tidak terlihat takut setelah mendengar penjelasan tentang teknik tadi. Apakah pendidikan istana begitu ketat dan mendalam, sampai mampu membentuk pemikiran sedemikian rupa pada anak sekecil ini? Mungkin kalau Li Lianhua tidak kehilangan kedua orang tuanya waktu kecil dan diasuh oleh Mu Qishan, dia akan menjadi Li Xiangyi, si cendekiawan, bukannya Ketua Sekte Si Gu yang melawan Di Feisheng di laut timur.

"Paman Huahua, ayo sarapan. Nanti makanannya dingin," ajak Xiao Bao.

"Ayo," balas Li Lianhua menurunkan Xiao Bao dan menggandengnya ke tempat makan.

***

Sudah empat hari Di Feisheng pergi dan tiap hari Xiao Bao menunggu sosok itu muncul di gerbang vila bambu. Terkadang siluman rubah juga menemaninya duduk di paviliun teratai saat dia sedang melamun. Ketika matahari terbenam, Li Lianhua akan memanggil Xiao Bao pulang dan menghiburnya dengan sebuah dongeng. Sayangnya, hal itu tidak bisa mengurangi rasa rindu Xiao Bao kepada Paman Ah Fei.

"Paman Huahua seharusnya menikah dengan Paman Ah Fei," ujar Xiao Bao membuat Li Lianhua tersedak.

"Kau ini bicara apa, sih?" tanya Li Lianhua meneguk habis air minumnya.

"Ibu bilang dulu ayah suka sekali berpetualang hingga tak ingat waktu. Hanya dengan menikah, dia bisa membuat ayah tinggal di rumah. Kalau Paman Huahua menikah dengan Paman Ah Fei, Paman Ah Fei pasti tidak akan pergi selama ini," balas Xiao Bao lesu. Dia mengubur wajahnya ke lipatan kedua tangan.

Li Lianhua terkekeh, kemudian membelai kepala Xiao Bao. Tampaknya besok dia harus membawa Xiao Bao turun gunung untuk menghilangkan rasa bosannya. 

Li LianhuaWhere stories live. Discover now