Hari H

811 110 9
                                    


Penghujung tahun, musim gugur.

Padang bunga Wangyuan tampak sepi, tapi tak membuat semangat kedua orang yang tengah duduk di salah satu cabang pohon persik yang tak jauh dari sana untuk menonton pertunjukan seru pagi ini meredup. Mereka masih menunggu kemunculan kedua orang yang katanya hari ini akan bertanding. Fang Duobing dan Fang Xiaoyi masih mengayunkan kaki mereka sambil menikmati chesnut panggang yang mereka beli dari pasar tak jauh kaki lembah. Sudah hampir lima belas menit mereka menunggu, tapi mereka tak kunjung mendapati orang lain menapakkan kaki ke tempat itu. Apa mereka datang terlalu pagi?

"Ayah, kau sudah menculikku dari kelas untuk pergi ke sini. Tapi kenapa aku tak melihat shifu dan Paman Huahua datang? Kalau ayah berbohong, akan kuadukan pada ibu," kata Xiaoyi dengan tatapan tajam.

"Apa kau baru saja mengancamku? Bagaimana kalau kita saja yang bertanding, yang kalah harus menuruti keinginan yang menang. Apa kau berani?" tanya Fang Duobing menyilangkan kedua tangan dengan senyuman sombongnya.

"Heh, Pak Tua. Apa kau ingin bermain curang? Aku hanya anak kecil tidak berpengalaman, bagaimana aku bisa menang melawan ayahku yang terkenal sebagai satu-satunya murid Li Xiangyi di Jianghu? Huh! Ah itu shifu!" kata Xiaoyi menunjuk pria ber-Tsingyi merah marun yang tengah menapaki bunga Wangyuan tanpa merusaknya.

Fang Duobing tersenyum, dia juga melihat seseorang berjubah merah terbang turun dari salah satu pohon bambu yang menjulang tinggi. Ya, itu Li Lianhua. Ah, haruskah dia menyebutnya shifu sekarang?

***

Kedua orang itu tengah berdiri berhadapan di tengah-tengah ratusan bunga Wangyuan. Mereka menatap satu sama lain dan pria kecil inilah yang menyapa lebih dulu, "selamat pagi."

"Sudah lama tak bertemu, ya. Li Xiangyi?" balas Di Feisheng.

Mereka terkekeh dan tanpa menunggu lama mulai memasang kuda-kuda.

Dalam sekejap Li Xiangyi melesat ke depan sambil menghunus pedangnya. Di Feisheng dengan cepat menangkisnya dan mulai menyerang balik. Padang bunga yang tadinya hening itu sekarang penuh dengan suara besi yang beradu. 

Li Xiangyi masih segesit dulu, dia langsung menyabetkan pedangnya tanpa henti hingga menyudutkan Di Feisheng pada pohon persik. Bilah pedang itu nyaris mengenai leher Ah Fei, namun pria besar itu segera menendang kaki Li Xiangyi dan merunduk melewati pedang Soshi. Dia pun membalikkan keadaan dengan menyerang dari belakang. Tentu saja Li Xiangyi selalu punya cara, dia menyilangkan tangannya ke belakang kepala untuk menghalau serangan lawan, lalu melentingkan salah satu kakinya hingga mengenai kepala Di Feisheng.

Orang yang menonton akan berpikir kalau pertarungan itu tampak sengit, padahal kedua orang itu banyak tersenyum saat berpapasan ataupun meloloskan diri dari serangan satu sama lain.

Syut!

Ujung pedang Li Xiangyi berhasil mengenai lengan baju Di Feisheng, tepat sebelum luka di pipinya mengering akibat ciuman pedang Di.

Buk!

Suara hantaman telapak tangan Di Feisheng yang mengenai dada Li Xiangyi.

"Uhuk!" Li Xiangyi mengusap tepi bibirnya yang basah dan menyeringai setelah memuntahkan darah segar.

Dia menyarungkan pedangnya ke pinggang, kemudian mengacungkan kepalan tangannya yang seputih salju. Tepat saat Di Feisheng menerjangnya, dia mengesampingkan tubuhnya dan meninju punggung Di Feisheng beberapa kali menggunakan punggung tangannya yang terkepal hingga pria besar itu tersungkur di antara bunga-bunga berwarna merah di hadapannya.

Li Xiangyi sudah mengenai beberapa titik akupuntur Di Feisheng hingga otot-otot melemah. Tubuhnya akan lumpuh selama beberapa saat meskipun dia menggunakan Baifeng Baiyang dalam tubuhnya.

Li LianhuaWhere stories live. Discover now