Reuni

876 118 21
                                    

Nungguin ya? Nih, selamat membaca ^^

***

"Tidak bisa, dia itu milikku." Si pria besar melepaskan genggaman tangannya dan berlari ke arah Li Lianhua, diikuti dengan bocah kecil di belakangnya.

Li Lianhua tersenyum miring sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ketika pria itu semakin dekat dengannya, entah kenapa senyumannya semakin lebar. Tak lama kemudian dia merasakan betapa kokoh dan hangatnya kedua tangan itu saat memeluknya. Aroma pinus dan citrus menyeruak, meyakinkannya kalau ini bukan mimpi. Bukannya dia tak mau membalas pelukan itu, tapi dia tidak bisa bergerak dibawah kungkungan pria di hadapannya.

"Xiao Hua," panggil pria itu dengan suara agak bergetar.

Li Lianhua tersenyum lagi, menyelipkan tangan kanannya melalui pinggang dan menepuk-nepuk punggung pria itu dengan lembut, "Fang Xiaobao."

Fang Duobing terkekeh, memeluk Li Lianhua semakin erat dan membenamkan hidungnya ke bahu Li Lianhua.

"Ayah, ini Paman Huahuakuuuuu. Lepaskan!" protes bocah yang sedari tadi tak bisa menembus pelukan Fang Duobing dan Li Lianhua.

"Dia guruku. Kau seharusnya memeluk gurumu," kata Fang Duobing masih menempel pada Li Lianhua.

"Apa ada yang memanggilku?" tanya Di Feisheng berusaha meredakan keributan yang tengah terjadi.

"Paman Ah Fei," panggil bocah itu, merentangkan kedua tangannya. Ajaibnya, Di Feisheng langsung meraupnya ke dalam pelukannya dan membiarkan putra Fang Duobing memeluk lehernya erat-erat.

Fang Duobing bertepuk tangan. Dia tidak percaya kalau putranya dan Di Feisheng begitu akrab seperti ini.

***

Mereka bertiga duduk di bahan pohon persik sambil minum teh dan menikmati beberapa cemilan.

"Bocah itu, bisa-bisanya dia menghilangkan surat dariku dan memakai namaku," kata Fang Duobing, masih menatap putranya yang bermain-main dengan Siluman Rubah tak jauh dari sana.

Saat itu, keadaan sedang darurat. Tidak ada tempat aman baik di istana ataupun kediaman Fang di kota. Jadi dia sengaja mengirim Fang Xiaoyi ke vila bambu sementara waktu sampai keadaan kembali aman. Dia hanya bisa mengantarnya sampai sampai setengah jalan, jadi dia tidak sempat menemui Li Lianhua dan menjelaskan semuanya. Untungnya Li Lianhua langsung mengenali hiasan giok teratai di pinggang Xiaoyi saat dia menangis di depan gerbang vila bambu, tanpa pikir panjang dia segera membawa Xiaoyi masuk. Dia tahu kalau bocah itu adalah putra Fang Duobing, karena dia sendiri yang memberi nama itu padanya dan memberikan hiasan giok teratai itu sebagai hadiah satu bulannya.

Dia tak menyangka kalau Xiaoyi tidak langsung menyebutkan nama aslinya, malahan menyebut nama panggilan ayahnya. Jadi, Li Lianhua mengikuti permainan Xiaoyi selama ini tanpa pernah bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Dia tahu Di Feisheng juga diam-diam pergi memantau keadaan di luar dan akan memberitahunya jika ada yang tidak beres. Makanya dia yakin semuanya masih baik-baik saja dan tidak terlalu memikirkannya. Karena baginya, menjaga Xiaoyi adalah prioritas utama setelah kesehatannya.

"Kudengar dia lebih memilih untuk belajar Baifeng Baiyang daripada Yangzhouman. Pilihannya memang unik," kata Fang Duobing lagi.

"Dia lebih sayang pada Paman Ah Fei daripada Paman Huahua. Percayalah padaku, kau juga belum pernah melihat Di Feisheng begitu lembut pada seseorang kan? Kurasa Nona Jiao juga tidak pernah dimanja seperti ini," balas Li Lianhua meneguk tehnya sambil melirik pada Di Feisheng.

Di Feisheng mengangkat gelasnya dan dengan cepat menyiramkan teh di dalamnya. Sayangnya, Fang Duobing lebih cepat untuk mengangkat lengan bajunya ke hadapan Li Lianhua, membiarkan teh itu membasahi bajunya.

Li Lianhua tersenyum miring. "Murid terbaikku."

"Lihat saja, beberapa tahun lagi muridku akan mengalahkan muridmu," kata Di Feisheng.

"Kalian ini masih saja suka berkelahi, jangan memberi contoh jelek pada putraku," protes Fang Duobing.

"Jadi, kau mau cerita atau tidak?" tanya Li Lianhua.

"Baiklah-baiklah. Tadinya Raja berniat memilihku untuk menggantikan posisinya, tapi kalian tahu kan hampir semua orang tahu kalau ayah kandungku adalah Shan Gudao. Meskipun Raja sudah memberi dekret yang berisikan kalau aku diampuni dan tetap bagian dari keluarga Fang, beberapa orang masih tidak menyukaiku. Maka dari itu aku menolak dan meminta mertuaku untuk mencari calon lain. Tentu saja pilihan itu jatuh pada Xiaoyi, tapi dia masih terlalu kecil. Belum waktunya dia naik tahta, aku juga tidak mau masa kecilnya direnggut oleh kepentingan politik. Kebetulan istriku, Putri Zhaoling, masih mempunyai sepupu dengan kemampuan yang cukup baik dari segi akademis dan praktik di dunia nyata. Dia juga memenuhi kualifikasi sebegai raja. Aku sendiri tidak keberatan, karena ku lebih suka jadi menteri pertahanan, menjelajahi sudut-sudut negeri yang masih belum tersentuh, mencari informasi dan membantu menangani pemberontakan.

Lagi-lagi sebagian menteri berpikir kalau tidak baik menjadikan orang asing sebagai raja. Mereka menggunakan pepatah 'tak kenal maka tak sayang', konyol sekali para orang tua kolot itu. Ajaibnya, mereka mengusulkan cara pemilihan demokratis dengan mengadakan pemilihan umum. Setelah beberapa kandidat terpilih, terjadilah pembunuhan beruntun pada para kandidat. Mereka juga mencoba membunuhku, istriku dan Xiaoyi. Maka dari itu aku mengirim Xiaoyi kesini. Sementara aku mencoba memecahkan kasus ini. Ah, kukira akan seberat apa kasusnya. Ternyata mudah sekali, salah satu kandidat yang melakukannya dan untuk menghilangkan kecurigaan dia menyuruh salah satu pelayan istana untuk mencuri bajuku. Kemudian dia memakainya saat melaksanakan pembunuhan terakhir, yang mana juga menjadi pembunuhan terhadapnya. Dia membuat skema kalau aku membunuhnya, padahal dia membeli mayat murahan yang kebetulan mirip dengannya, mengawetkan mayat itu dengan formalin dan menciptakan bekas luka dengan darah babi agar terlihat seperti orang yang baru dibunuh.

Aku pun menyamar sebagai pelacur dengan bantuan istriku, setelah mendengar si pembunuh ini bersembunyi di salah satu desa terpencil. Anak menteri transportasi, mirip sekali dengan ayahnya yang suka menginap di rumah bordil dan mabuk-mabukkan. Meskipun ada banyak pengawal di luar, aku berhasil masuk dan menghunus pedangku sehingga membuatnya ketakutan setengah mati dan mengakui perbuatannya. Lucunya lagi, ternyata sepupu istriku yang aku ceritakan tadi sudah lama bergabung di antara kami. Dia ada di jajaran menteri muda bersamaku dan yang lainnya. Yang kami tahu dia adalah salah satu cendekiawan dengan nilai paling tinggi saat lulus ujian negara dan orang tuanya hanya orang biasa tanpa latar belakang yang istimewa.

Ternyata dia adalah asisten menteri keuangan, yang selama ini diperintah oleh ayah istriku untuk mengawasi laporan keuangan tahunan, lucu sekali," pungkas Fang Duobing sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada. Akhirnya dia bisa menghela napas lega setelah semua masalah ini selesai.

"Eh, jadi kapan kita akan pergi ke padang b ... aduh!" Fang Duobing melotot saat Di Feisheng menginjak kakinya dengan kuat. Dia pun menggebrak meja, namun sebelum keributan terjadi, dia melihat gelengan pelan Di Feisheng dan mengerti.

"Ya ampun, kemana lalat itu? Tadi aku lihat di sini," ujar Fang Duobing menepuk-nepuk meja di hadapannya dengan senyuman kikuk.

Li Lianhua melirik ke arah Di Feisheng yang tengah menatap Xiaoyi di kejauhan. "Aku akan memasak, sudah hampir waktunya jam makan siang."

"Jangan. Kau mandi dan ganti baju saja, biar aku dan Ah Fei yang memasak. Iya kan Ah Fei?" kata Fang Duobing memegangi lengan Li Lianhua.

"Aku harus melatih Xiaoyi, kau saja yang masak." Di Feisheng segera menjauh dari meja itu dan pergi.

"Kau, dasar brengsek!" Fang Duobing hampir saja mengejarnya.

"Xiaobao, bahasamu itu tidak bagus didengar Xiaoyi. Aku akan membantumu, ayo," kata Li Lianhua membalikkan bahu Fang Duobing dan mengajaknya ke dapur.

Dia tidak bisa menahan tawa, rasanya masih seperti beberapa tahun lalu saat mereka menjejalah Jianghu bersama-sama.

Li LianhuaWhere stories live. Discover now