Pamit

814 112 14
                                    

Masih Flashback

Tiap pagi Di Feisheng akan menampung air embun untuk menyiram bunga Wangyuannya, dia juga memangkas dahan pohon yang menghalangi sinar matahari untuk menyinari tanamannya. Namun cuaca yang berubah-ubah membuat dia dan Fang Duobing kewalahan. Bahkan Fang Duobing harus menyalurkan Yangzhoumannya selama lima hari berturut-turut untuk menjaganya tetap hidup. Alhasil dia hampir pingsan dan tak sanggup berdiri, sehingga Di Feisheng harus membantunya berbaring pada dipan rotan yang ada di gubuk kecil itu. Fang Duobing sempat merasa mati rasa saat kehilangan sebagian besar tenaga dalamnya. Untungnya saat itu Di Feisheng tidak datang sendirian, Guan Hemeng juga ada di sana untuk melihat perkembangan bunga Wangyuan milik mereka.

Setelah sehari semalam tak sadarkan diri, Fang Duobing akhirnya membuka matanya bertepatan dengan terbitnya matahari di ufuk timur. Tubuhnya terasa lebih ringan dan meridiannya sudah dipenuhi dengan energi. Saat dia menatap cermin kecil yang ada di kamar itu, dia melihat helaian perak menghiasi kedua sisi rambutnya. Tidak banyak, tapi cukup untuk menarik perhatian orang-orang saat melihatnya.

"Guan Hemeng bilang kau tidak boleh menggunakan tenaga dalammu secara berlebihan untuk sementara waktu atau kau akan pingsan selama seminggu, bahkan lebih. Kau harus menghabiskan obatmu," kata Di Feisheng membawa nampan berisi semangkuk bubur dan obat.

"Aiyooo, tanganku lemas sekali," kata Fang Duobing berpura-pura tak bisa menggerakkan tangannya sambil kembali merebahkan diri di tempat tidur.

"Aku tidak akan tertipu dengan trik murahanmu," balas Di Feisheng menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Yasudah, aku tidak mau makan," kata Fang Duobing memunggunginya.

"Ck, baiklah, baiklah. Sekarang duduk, aku akan menyuapimu," ujar Di Feisheng segera menyeret kursi ke sisi ranjang Fang Duobing dan mulai menyendok bubur dari mangkuk kemudian meniupnya.

Dia terkekeh, melihat Fang Duobing makan dengan lahap. Setua apa pun bocah ini, dia masih saja seperti anak kecil yang selalu membuntuti Li Lianhua kemana-mana dan meneriakinya karena menghabiskan makanan enak di Menara Teratai. Setelah Fang Duobing menghabiskan obatnya, Di Feisheng memberinya permen karamel agar rasa pahit obatnya tidak begitu terasa lagi. Kemudian dia mengulurkan tangan untuk menyentuh rambut perak Fang Duobing, "Kakek Fang."

"Enak saja, kau yang kakek-kakek," protes Fang Duobing menampik tangan Di Feisheng dari kepalanya.

"Tenang saja, rambut perak itu cocok denganmu. Kau masih terlihat tampan," kata Di Feisheng.

"Memangnya kapan aku terlihat jelek? Eh, bagaimana dengan bunga Wangyuannya?" tanya Fang Duobing mendadak teringat dengan tanaman itu.

"Guan Hemeng sudah membawanya untuk dimurnikan. Sekarang sudah ada beberapa tunas baru di taman, mungkin sebulan lagi kita sudah bisa membawanya lagi untuk dijadikan obat," jelas Di Feisheng.

Fang Duobing mengangguk. Setelah melihat sendiri bunga-bunga Wangyuan kecil yang tumbuh di sana, dia berniat untuk kembali ke kota dan menyerahkan penjagaan tanaman berharga ini pada Di Feisheng. Bagaimanapun juga, dia sudah terlalu lama meninggalkan keluarga dan pekerjaan utamanya.

Lalu tak lama kemudian dia menitipkan Xiaoyi ke vila bambu karena kerusuhan internal yang terjadi di istana.

***

Saat ini...

"Padang bunga Wangyuan ini milikmu sekarang, jadi kau harus menggunakannya dengan bijak. Kini, kau tak hanya bisa menyembuhkan racun Bichamu tapi juga menyelamatkan orang lain. Kau bisa menjadi pendekar seperti dulu atau tetap menjadi tabib iblis seperti sekarang. Semuanya terserah padamu," ujar Fang Duobing mendorong bahu Li Lianhua menggunakan bahunya.

Li LianhuaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant