Tanggal Bertanding

893 114 8
                                    

Sejak saat itu tiap dua minggu sekali Di Feisheng dan Fang Duobing (tentu saja dengan si kecil Xiaoyi) datang ke vila bambu untuk memantau pengobatan Li Lianhua. Li Lianhua juga masih sering pergi ke desa-desa terdekat untuk mengobati orang-orang sakit dengan bayaran yang sepadan. Jika orang yang kaya yang menemuinya, dia akan meminta bayaran cukup tinggi. Sedangkan orang miskin, hanya perlu membayar beberapa koin perak yang bahkan tak cukup untuk membeli daging. Terkadang Li Lianhua kembali menyelipkan uang logam itu ke saku-saku mereka sebelum pergi.

Hal yang paling menyenangkan adalah ketika dia berhadapan dengan pejabat-pejabat tua yang tidak ingat umur. Sebelum mereka datang, Li Lianhua akan terlebih dulu mempelajari karakter dan kebiasaan para pasiennya. Sebenarnya keluhan-keluhan mereka adalah gejala-gejala yang wajar saat seseorang bertambah tua. Tapi, begitu mereka datang ke tempat prakteknya yang sangat amat sulit untuk ditemukan, dia akan mendiagnosa mereka dengan nama-nama penyakit aneh yang hanya bisa sembuh jika berobat rutin dengan biaya yang sangat mahal. Seperti biasa, dia akan bekerja sama dengan Fang Duobing untuk mendapatkan informasi dan menyebarkan isu mengenai kemampuan Tabib Iblis agar dia bisa memerasa para koruptor dan hidung belang.

Tak ada yang bisa melihat sosoknya dengan jelas, karena dia selalu memakai mili atau kain sutra untuk menutupi sebagian wajahnya. Tak jarang, ada bandit yang berusaha menggodanya dan melewati tirai pembatas antara tabib dan pasien untuk melihat lebih dekat. Tentu saja, tidak semudah itu. Li Lianhua akan mematahkan jari, tangan atau bahkan kaki siapa pun yang bertindak tidak sopan. Sesekali mereka juga akan berhadapan dengan Di Feisheng yang alasannya kebetulan lewat di klinik terapung miliknya.

Li Lianhua menemukan vas berisikan bunga Lili dan sekotak permen di meja kerjanya. Saat dia keluar dari kabin, dia hanya bisa melihat kabut dan beberapa riak air yang muncul berurutan tak jauh dari perahu kecilnya. Semenjak dia bilang kalau akan bertarung dengan Di Feisheng, pria itu jarang sekali mengobrol dengannya. Apa Di Feisheng benar-benar bermaksud mengalahkannya? Li Lianhua menghela napas dan menatap langit, lalu mengamati arah angin di sekitarnya. Tampaknya sudah waktunya untuk menutup klinik dan pulang.

***

Li Lianhua menyentuh bilah pedang Soshi yang sudah lama tak dia gunakan dengan lembut. "Bagaimana kabarmu?" tanyanya mengamati kilauan besi pedang pertamanya yang terlihat begitu indah. Meskipun tidak seringan pedang lunaknya yang sudah hancur, pedang ini cukup kuat untuk menebas kepala seseorang. Kini tenaga dalamnya sudah pulih sebanyak 70% dan dia hanya perlu minum satu pil lagi untuk mengeluarkan sisa racun di tubuhnya. Jadi, tak ada salahnya jika dia mulai berlatih sekarang kan?

Li Lianhua sudah mengayunkan pedangnya selama hampir dua puluh menit, tubuhnya berkeringat dan rambutnya juga terlihat agak lepek. Saat dia berniat untuk menyarungkan pedangnya, dia mendengar beberapa desingan yang mendekat ke arahnya. Dia segera memutar pedangnya 360 derajat untuk menangkis belati-belati yang berdatangan seiring dengan tawa riang yang tak asing bagi telinganya. Li Lianhua tersenyum lebar saat Fang Duobing tiba-tiba saja melompat ke arahnya sambil menghunus pedang.

Setelah selesai menempatkan tujuh belati di saku dalam bajunya, Xiaoyi duduk di rerumputan halaman belakang vila bambu bersama Siluman Rubah. Menikmati pertandingan seru antara ayah dan gurunya.

"Wah, Fang Xiaobao. Keahlianmu meningkat pesat ya, pergelangan tanganku sampai kesemutan," ujar Li Lianhua masih berdiri dengan satu kaki di pucuk salah satu pohon bambu.

"Master Li, jangan terlalu memuji begitu," balas Fang Duobing terkekeh dan melesat ke arah Li Lianhua lagi.

Xiaoyi hanya bisa menopang pipinya menggunakan telapak tangan sambil mengunyah kacang yang ibunya berikan sebelum dia berangkat ke vila bambu. Ayahnya begitu semangat menyabetkan pedangnya, sementara Paman Huahua menangkis semua serangannya dengan lemah lembut seakan dia tidak sedang dalam bahaya. Dia hampir berteriak saat ujung pedang Li Lianhua hanya berjarak satu inci dari dagu Fang Duobing. Lalu dia mengelus-elus dadanya saat kedua pria itu tertawa dan menurunkan pedangnya masing-masing.

"Guruku memang hebat," puji Fang Duobing.

"Begitu juga dengan muridku," balas Li Lianhua mempersilahkan Fang Duobing untuk duduk di Paviliun Teratai.

Xiaoyi segera meracik teh dan menyeduhnya dengan air panas yang sudah Li Lianhua siapkan. Setelah aroma teh keluar, bocah itu langsung menuangnya ke cangkir keramik di hadapan Li Lianhua juga ayahnya.

"Kau tidak minum teh?" tanya Li Lianhua.

Xiaoyi menggeleng. "Kalau aku minum teh sekarang, nanti aku tidak bisa tidur."

Baik Li Lianhua maupun Fang Duobing tertawa. Sepertinya pengetahuan Xiaoyi sudah bertambah sekarang.

"Teknik tujuh belatimu juga lebih bagus daripada terakhir kali, bahkan hampir saja mengenaiku. Kerja bagus Fang Xiaoyi," kata Li Lianhua menepuk-nepuk kepala Xiaoyi.

"Paman Huahua, bagaimana kalau aku mengoles racun pada ujung belatinya agar menjadi senjata yang lebih berbahaya?"

Mendadak suasanya terasa begitu hening. Para pria dewasa itu tidak menyangka jika akan mendengar pertanyaan seperti ini dari anak berusia 6 tahun.

"Pantas saja kau tidak pernah langsung pulang setelah selesai kelas. Kau menghabiskan waktu di perpustakaan untuk membaca jurnal tentang racun ya?" tanya Fang Duobing mencubit pipi putranya. Kemarin dia mendapat laporan dari salah satu petugas perpustakaan kalau Xiaoyi tidur di antara buku-buku tentang racun yang berserakan di lantai. Bahkan bocah itu juga mengotorinya dengan air liurnya.

"Ada kejadian apa di istana? Yi'er tidak mungkin mencari tahu akan hal itu kalau tidak ada yang menarik perhatiannya," tanya Li Lianhua lagi.

"Xiaoyi dan bibi pengasuhnya hampir mati karena tiap hari menghirup putik bunga Azalea. Kebetulan beberapa hari ini aku dan istriku sibuk dengan urusan istana. Jadi, kami menitipkannya di sana. Saat kami menjemput Xiaoyi, mereka berdua tergeletak di dekat meja belajar dengan wajah pucat. Para pengawal tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan atau tanda-tanda kekerasan. Alhasil, aku sendiri yang turun tangan untuk mencari tahu, sementara mereka dirawat di kediamanku."

"Lalu siapa pelakunya?"

"Koki istana yang cintanya bertepuk sebelah tangan."

"Dia menyukai pengasuh Yi'er dan memberinya bunga Azelea tiap hari?" tanya Li Lianhua.

Fang Duobing mengangguk, masih menyesali betapa bodohnya wanita yang selama ini mengasuh putranya. "Kemudian koki itu sempat berkata pada Xiaoyi. Untuk membunuh seseorang, kau tidak perlu menakutinya apalagi membunuhnya sampai mati, cukup gunakan bunga yang indah dan tak terlihat berbahaya untuk menunjukkan betapa berbahayanya dirimu. Dia juga ingat kalau kau hampir mati karena racun Bicha. Senjata mematikan yang tak terlihat itu ternyata membuat otaknya bekerja dengan cepat. Anak ini, rasa ingin tahunya kadang tidak terkendali," kata Fang Duobing membelai pipi putranya yang sudah tertidur pulas.

"Sama sepertimu saat mencoba menjadi detektif di Balai Baichuan. Tidak heran, kalau buah jatuh tidak jauh dari pohonnya." Li Lianhua terkekeh sambil memakan kacang dari kantung cemilan milik Xiaoyi.

"Kau ini, selalu saja meledekku. Apa kalian sudah menetapkan tanggalnya?"

Li Lianhua terbatuk, hingga teh yang dia minum mengenai hidungnya.

"Eh, kau ini kenapa?" Fang Duobing menepuk-nepuk punggung Li Lianhua.

"Kau bertanya seolah-olah aku dan Di Feisheng akan menikah. Tak bisakah kau menggunakan kalimat lain untuk bertanya kapan kami akan bertanding?" kata Li Lianhua menepuk-nepuk dadanya untuk menenangkan diri.

"Kau sendiri yang berpikir terlalu jauh," ujar Fang Duobing mengedikkan bahunya. Akhirnya dia tidak bisa menahan tawanya saat membayangkan kembali bagaimana kedua orang itu menghabiskan malam di kamar pengantin Jiao Liqiao sambil meminum arak pernikahan.

_________________

Li Lianhuaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن