Kelicikan

74 11 0
                                    

Saat ini, Han Xi Fang sedang duduk dan bercengkrama akrab dengan Jendral Tang Zhou. Mereka membicarakan hal-hal kecil hingga topik yang sensitif bagi Han Xi Fang.

"Saya sudah pernah mengatakan kalau saya tidak tertarik dengan tahta itu," kata Han Xi Fang mengulangi ucapannya beberapa waktu lalu, ketika mendengar Jendral Tang Zhou mulai membicarakan hal yang cukup membuatnya terganggu.

Pria paruh baya itu menghela nafas berat. Ia tidak bisa melawan sifat keras kepala Han Xi Fang. Dia begitu teguh dengan pendiriannya.

"Tapi Yang Mulia, jika Anda menginginkannya, jendral ini sangat siap berada di belakangmu kapan saja," ucap pria paruh baya itu berusaha membujuk.

"Terserah padamu, jendral."

"Yang Mu.."

"Cukup sudah pertanyaan mu untuk hari ini, jendral. Bisakah saya bertanya?" Potong Han Xi Fang, sebelum pria paruh baya itu berbicara lebih jauh lagi.

"Silahkan, Yang Mulia," jawab Jendral Tang Zhou.

Tangan Han Xi Fang memutar gelas yang digenggamnya perlahan. Kemudian meminum tehnya dengan tenang, lalu ia meletakkannya di meja.

"Mengapa Anda begitu mengormati saya, jendral? Padahal, saya hanya seorang aib kekaisaran," ucap pria itu.

Jendral Tang Zhou menggeleng pelan. Ia selalu tidak mengerti dengan jalan pikiran yang Han Xi Fang miliki. Ia mengormati nya bukan tanpa sebab, melainkan karena dia pantas mendapatkannya.

"Hamba mohon Anda berhenti untuk mengatakan diri Anda adalah seorang aib kekaisaran, Yang Mulia,"

Han Xi Fang mengerutkan keningnya heran.

"Mengapa? Itulah kata orang-orang," tungkas Han Xi Fang.

Dirinya tidak habis pikir dengan Jendral Tang Zhou yang begitu bersikeras membujuknya agar mau berselisih saing dengan Han Xiao Yan. Itu semua tidak ada gunanya.

"Saya hanya takut, jendral akan dipermalukan karena menghormati orang buta ini," timpalnya.

Han Xi Fang hanya tidak ingin kekurangannya menjadi masalah bagi orang lain yang membelanya. Ia sangat menghargai Jendral Tang Zhou yang begitu perduli padanya. Namun, ia tidak mau merusak citra yang dimiliki olehnya.

Pria paruh baya itu memegang tangan dingin Han Xi Fang dan menggenggamnya erat.

"Hamba akan selalu setia mengabdi kepada Yang Mulia Pangeran Pertama. Hamba juga siap jika Yang Mulia ingin merebut hak Yang Mulia sebagai pewaris tahta," ujarnya meyakinkan.

Han Xi Fang bisa merasakan dukungan yang diberikan oleh Jendral Tang Zhou untuknya. Hati kecilnya ikut merasakan hangat saat mendengarkan ucapan itu.

Han Xi Fang menggenggam tangan pria paruh baya yang memegang tangannya itu.

"Jika seandainya saya menginginkannya, apa rakyat sudi jika memiliki seorang pemimpin yang tidak bisa melihat?"

Jendral Tang Zhou diam. Ia tidak menduga jika Han Xi Fang akan berfikir sejauh ini.

Menyadari Jendral Tang Zhou diam. Han Xi Fang kembali bersuara.

"Maafkan saya yang tidak tahu caranya bersyukur karena telah diperdulikan olehmu, jendral. Saya sangat menghargainya. Namun, saya tidak ingin membuat api ini semakin besar,"

Pria paruh baya itu menatap Han Xi Fang dengan tatapan sendu.

"Yang Mulia....."

"Terima kasih telah selalu ada. Jika Kaisar mengubah peraturan agar Han Xiao Yan bisa naik tahta, saya tidak keberatan. Kaisar tidak salah telah membuang saya yang tidak bisa melihat, dia sudah melakukan hal yang benar. Saya mengerti dia malu memiliki putra seperti saya,"

Painful Darkness Until The End Of LifeWhere stories live. Discover now