Penobatan

16 3 0
                                    

"Aku kemari hanya ingin berkenalan denganmu, Yang Mulia. Senang bisa mengenalmu." Gadis cantik itu tersenyum manis, membuat matanya yang bulat menjadi berbentuk bulan sabit.

"Ya," jawab Han Xi Fang singkat. Hal itu tentu saja membuat Ling Zhui semakin kaku.

Ling Zhui berdiri menunduk dan sesekali berjinjit karena gugup di samping tempat Han Xi Fang duduk, ditambah juga diperhatikan oleh Xiao Ran. Ia menggigit bibir bawahnya seraya melihat ke sekitar.

"Sial! Keadaan ini sangat canggung!"

"Kalau begitu saya izin pamit Yang Mulia. Lain kali saya akan berkunjung kesini lagi," ujarnya dengan suara lembut yang dipaksakan, tentu pria itu dapat merasakannya. Sebenarnya Han Xi Fang tak tahan ingin tertawa karena kedengarannya nona dari perguruan ini sangatlah gugup.

"Darimana kau mengenali dan mengetahui keberadaanku? Apa kau tidak terkejut melihat semua ini?" Akhirnya Han Xi Fang bersuara.

Gadis tersebut mendongak menatap wajah tampan yang terlihat pucat itu.

"Jendral Tang Zhou yang memberitahu ayahku, lalu Ayah mengatakannya padaku. Mengenai hal itu, saya sebenarnya cukup terkejut. Tapi setelah melihat Anda, saya merasa beruntung karena bisa bertemu dengan Anda secara langsung," kata Ling Zhui.

Pria itu terlihat mengerutkan keningnya bingung. Beruntung?

"Apa maksudmu?" Tanyanya tak paham.

Ling Zhui menggeleng malu-malu seraya tersenyum penuh arti. Bagaimana bisa ia mengatakannya jika pangeran pertama ini ternyata sangat tampan? Tapi sayang sekali dia tak bisa melihat.

"Tidak, bukan apa-apa. Kalau begitu saya pamit. Salam, Yang Mulia." Setelah mengatakan itu Ling Zhui secepatnya melenggang pergi meninggalkan kediaman Han Xi Fang seraya tersenyum tipis, yang tentu saja membuat kedua orang itu bingung dengan sikap gadis cantik tersebut.

.......

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Han Feng Juan. Ia sudah siap di atas kuda yang ditunggangi nya, begitupun ratusan pasukan yang ada di belakangnya yang siap mengacaukan upacara penobatan pangeran kedua. Untuk sementara ia hanya memegang lima ratus pasukan, dan ribuan pasukan lainnya dipegang oleh Jendral Tang Zhou, serta salah satu sekutu mereka yang dirinya sendiri pun tak mengetahuinya.

Sebagai jenderal, Jendral Tang Zhou benar-benar menggunakan kekuasaannya untuk memanipulasi keadaan dengan dalih keamanan. Selama acara penobatan berlangsung, kaisar sengaja mengirim Jendral Tang Zhou ke perbatasan jalur keluar masuk para tamu untuk memeriksa satu per satu dari mereka agar tidak menyebabkan kekacauan. Padahal sebenarnya Kaisar Han memang tidak ingin jendral itu sendiri yang mengacau perayaan besar putranya.

Dua otak saling bermain. Kaisar Han yang sengaja menyisihkan keberadaan Jendral Tang Zhou dan di sisi lain sang jenderal justru senang karena bisa lebih leluasa mengatur kapan kedatangannya dan melemparkan semua bukti pembunuhan putri semata wayangnya.

Walaupun Permaisuri Xin Jiawei dan Kaisar Han sempat mengalami keheranan karena tak mendapatkan perlawanan atau sedikitpun adu argumen dari Jendral Tang Zhou, sebab dia hanya terima terima saja tak dapat menghadiri upacara penobatan Han Xiao Yan yang notabenenya dihadiri oleh seluruh bangsawan, dan Jendral Tang Zhou adalah salah satu bangsawan paling berpengaruh di Kekaisaran Han, terasa aneh jika dia sendiri tak muncul di tengah-tengah acara. Namun kaisar dan permaisuri justru tak mempermasalahkannya dan hanya menganggapnya angin lalu.

Di saat Han Feng Juan menuju istana, di istana sendiri sedang berlangsung acara pembukaan, yaitu berbagai pertunjukan dari para penari berbakat, dan adu pedang, juga berbagai musik yang dimainkan dengan sangat merdu.

Lalu, bagaimana dengan bintang utama kita di acara besar ini? Han Xiao Yan? Jangan tanyakan lagi bagaimana tingginya dagu pemuda itu. Aura keangkuhan yang memang menjadi ciri khasnya hari ini terasa bertambah berkali-kali lipat dalam satu kali lirikan saja.

Dia duduk di samping kanan singgasana Kaisar Han dengan senyuman kemenangan yang tak pernah luntur sejak pagi tadi hingga kini hampir siang. Penampilannya sangat sempurna. Rambut hitam panjangnya ditata serapi mungkin dengan tambahan sedikit aksesoris hingga membuatnya terlihat sangat tampan, menggunakan hanfu merah berpadu warna hitam dan emas serta disulam dengan begitu indah yang membuatnya terlihat gagah dan penuh wibawa.

Para nona bangsawan tak henti-hentinya mencuri-curi pandang ke arah Han Xiao Yan, calon Putra Mahkota Han yang sangat berkuasa yang mungkin akan tertarik pada salah satu di antara mereka. Sedangkan Han Xiao Yan sendiri sedang berkhayal setinggi langit ketika dirinya sudah menjadi kaisar. Dilayani banyak wanita cantik, hidup mewah, berkuasa, dan memegang kendali penuh atas Kekaisaran Han.

Di tengah khayalan calon putra mahkota, Han Xia Ming justru memandang bosan para tamu di depan sana. Dia terlihat menguap beberapa kali dengan kepala bertumpu pada satu tangan di kursi kebesaran yang terletak di samping ibunya, sedangkan matanya berusaha tetap terbuka sejak tiga jam tadi. Sungguh ia sangat mengantuk.

"Pasti akan sangat menyenangkan jika ada Kakak di sini," batinnya.

"Awh!"

Gadis cantik menggunakan hanfu biru langit dengan aksesoris mutiara itu meringis saat merasakan nyeri di pahanya. Ia langsung menoleh ke samping dan pelakunya adalah Permaisuri Xin Jiawei seperti dugaannya. Ia menatap tajam ibunya.

"Jaga etika mu! Duduk dengan benar dan tersenyum!" Bisiknya pelan, namun penuh penekanan.

"Aku tidak perduli!" Balas Han Xia Ming tak kalah menekan.

"Daripada menyuruhku untuk duduk di sini, kenapa Ibu tidak menyuruh biksu itu lebih cepat dan segera memulai upacara ini!" Ia menatap beberapa biksu yang berdiri di altar ritual Han Xiao Yan. Mereka sangat lama, pikirnya.

"Diam lah!" Permaisuri Xin Jiawei melotot tajam ke arah putrinya dan dibalas juga oleh gadis itu.

"ACARA KETIGA UPACARA PENYUCIAN PANGERAN KEDUA TELAH TIBA!!"

Semua tamu yang semula saling bercengkrama seketika menghentikan kegiatan mereka dan kembali duduk rapi untuk menyaksikan bagian paling penting dari acara ini sebelum Han Xiao Yan resmi dimahkotai.

Han Xiao Yan bangkit dari duduknya, kemudian sedikit membungkuk ke arah jajaran para kaisar dan raja yang duduk tak jauh dari tempatnya berdiri, kemudian berjalan ke arah altar ritual dan duduk bersila di sana.

Han Xiao Yan merentangkan tangannya dengan ekspresi datar, lalu tak lama kemudian muncullah beberapa pelayan yang melepaskan lapisan luar hanfu nya untuk disimpan selama proses doa agar tidak kotor.

Hampir setengah jam lamanya akhirnya biksu selesai dengan doa mereka setelah memberikan serangkaian tetesan air suci dan doa-doa baik yang diberikan pada Han Xiao Yan agar menjadi bibit pemimpin yang jujur dan bijaksana. Sedangkan di kejauhan Han Xia Ming mati-matian berusaha menahan tawanya agar tidak lepas saat mendengar doa-doa dari para biksu.

Bijaksana katanya? Ia lebih percaya kalau kuda bisa terbang dibandingkan mempercayai kakaknya itu.

Painful Darkness Until The End Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang