Jangan mengganggu kakakku!

39 7 0
                                    

Melihat adiknya sama sekali tidak takut padanya, membuat Han Xiao Yan terpaksa harus meredam emosi.

"Apa yang kalian lakukan di sini bersamanya? Kalian bahkan belum mengunjungi ku setelah pulang dari perguruan," Tanya pemuda itu dengan suara menahan emosi. Jarinya menunjuk Han Xi Fang, dan di sampingnya ada Han Liang Wu yang terlihat sedang mengumpulkan nyawa.

Gadis itu menatap kakaknya semakin tajam. Rasanya ia ingin sekali mencabik-cabik wajah sok berkuasa orang yang sayangnya berstatus sebagai kakaknya itu.

"Apa kau buta? Sudah jelas kami semua sedang tidur dengan damai! Lalu datanglah orang gila yang merusak semua mimpi indah itu!" Cecar Han Xia Ming pedas, ditambah sindiran tajam yang menusuk ginjal Han Xiao Yan.

"Siapa yang kau sebut orang gila?!" Tanya Han Xiao Yan pelan penuh penekanan.

Namun, gadis itu hanya mengangkat bahunya acuh, seraya memutar bola matanya tak perduli.

"Mana aku tahu," sahutnya. Ia memutar badannya hendak kembali tidur. Akan tetapi, pergelangan tangannya dicekal oleh Han Xiao Yan, yang sontak membuatnya berbalik.

"Lepas!"

"Ayo pulang!" Balas pemuda itu dengan nada menyeramkan.

"Tidak mau! Kau saja yang pulang!" Tolak Han Xia Ming tak suka. Ia menghempaskan tangannya hingga terlepas dari cengkraman makhluk sialan di hadapannya.

Han Xi Fang bangun dan mengambil tongkatnya, lalu berjalan ke arah kedua adiknya.

"Pulanglah, Xia'er," ujar Han Xi Fang setelah berada di samping Han Xia Ming.

"Tapi aku tidak mau. Aku ingin tidur bersama Kakak," ucap gadis itu memelas, yang semakin membuat Han Xiao Yan muak. Mengapa adiknya sangat perduli pada si sampah itu? Padahal ia juga adalah kakak mereka.

"Kau dengar? Bahkan si sampah itu menyuruhmu pulang!" Desak Han Xiao Yan tak sabaran.

"Jangan menyebut kakakku sampah! Yang sampah itu kau! Jangan karena Ayah dan Ibu berada di belakangmu, kau bisa seenaknya pada kakakku!" Hardik Han Xia Ming tak terima. Lengkap sudah rona merah di kedua pipi Han Xiao Yan.

Kemarahan Han Xiao Yan benar-benar sudah melewati batasannya. Ia tidak pernah merasa terhina seperti ini, apalagi adiknya sendiri yang sudah menginjak-injak harga dirinya.

"Kurang ajar!"

Suara nyaring terdengar di telinga Han Xi Fang dan Han Liang Wu, hingga nyawanya langsung terkumpul sempurna.

Ya, Han Xiao Yan menampar adik perempuannya dengan keras. Bahkan sampai membuat gadis itu tersungkur ke lantai dengan darah yang mengalir dari sudut bibirnya akibat kerasnya tamparan tersebut.

"Kau jahat kak!" Han Xia Ming menangis tersedu-sedu seraya memegangi pipinya yang terasa nyeri.

"BERANINYA KAU MENYAKITI XIA'ER!!"

Han Xi Fang menyerang Han Xiao Yan dengan membabi-buta, membuat Han Xiao Yan yang tidak siap pun terkejut akan reaksi pria itu. Akan tetapi, ia tetap melawannya.

Mengandalkan pendengaran dan insting, membuat Han Xi Fang mengetahui setiap pukulan yang akan dilayangkan padanya. Ia memukul punggung Han Xiao Yan menggunakan tongkat dan menendangnya. Hal itu sukses membuat pemuda itu tersungkur ke lantai.

Han Liang Wu yang melihat perkelahian kakaknya langsung menghampiri, lalu berdiri di tengah-tengah keduanya untuk menengahi mereka.

"Cukup! Jangan berkelahi lagi!" Sentak Han Liang Wu. Membuat Han Xi Fang menghentikan kuda-kudanya dan berdiri seperti semula. Meskipun hatinya masih tidak terima jika adiknya diperlakukan seperti itu.

Han Xiao Yan bangun sembari memegangi pinggangnya yang cukup sakit karena tendangan Han Xi Fang. Matanya menatap pria itu dengan tatapan permusuhan.

"Kakak sebaiknya pergi dari sini. Jangan membuat keributan lagi," kata Han Liang Wu.

Han Xiao Yan mendelik kaget. Mengapa harus dirinya yang pergi dari sini?

"Kenapa aku? Aku datang kemari untuk membawa kalian pulang! Kalian sangat tidak sopan dengan tidak menemui ku sepulang dari perguruan," ungkap pemuda itu menggebu-gebu.

Han Liang Wu dan Han Xi Fang menggelengkan kepala mereka heran. Hanya karena masalah sepele seperti ini dia sampai merusak semuanya.

"Kau iri padaku Xiao Yan?" Ujar Han Xi Fang.

"Aku tidak pernah menaruh iri pada orang sepertimu!" Balasnya. Sedangkan Han Xi Fang hanya mengangguk mengerti.

"Aku mohon agar Kakak segera pergi dari sini. Kami akan mengunjungimu sebentar." Sungguh Han Liang Wu tidak memiliki cara lain selain menyuruh kakaknya keluar. Namun begitu, ia tetap bersikap sopan padanya. Dikarenakan dirinyalah yang paling muda dari kakak-kakaknya.

Mendapati dirinya diusir, terpaksa ia harus pergi daripada harus berlama-lama berada di kediaman panas ini.

Saat melangkah keluar, Han Xiao Yan menabrak bahu kanan Han Xi Fang cukup keras hingga membuatnya terhuyung ke belakang.

Pria itu hanya bisa menghela nafas panjang dengan semua permusuhan bersaudara yang kembali timbul setelah beberapa tahun belakangan.

Han Xi Fang berjongkok di hadapan adiknya yang masih meringkuk di lantai sembari menangis. Ia meraba dengan lembut wajah Han Xia Ming yang dibasahi air mata, kemudian mengusapnya.

"Jangan menangis. Adikku ini tidak cengeng," ujarnya dengan lembut, lalu menuntun gadis itu untuk duduk di ranjang.

Gadis itu menghapus air matanya, kemudian menatap seorang pria tampan di hadapannya. Ada rasa tidak rela dan tidak terima jika kakaknya yang begitu sempurna ini terlahir tunanetra. Mengapa dewa begitu tidak adil padanya? Apa ada kesalahan di sama lalu hingga dia terlahir dengan kekurangan? Entahlah.

"Kakak? Apa Kakak tidak bosan selalu melihat kegelapan?" Tanyanya, dan dibalas gelengan dari pria tersebut.

"Bosan atau tidaknya, tergantung bagaimana cara kita menyikapi sebuah kekurangan," jawab Han Xi Fang.

"Sewaktu kecil aku menangis karena kekurangan ini, dan bagaimana sikap orang-orang terhadapku,"

"Terlalu banyak menangis di masa kecil membuatku lupa bagaimana cara melakukannya lagi. Aku bahagia dengan kehadiran beberapa orang yang masih menaruh perduli pada sampah ini, itu saja sudah lebih dari cukup," sambungnya.

Han Xia Ming dan Han Liang Wu memeluk sang kakak untuk memberikan sedikit kehangatan.

"Kakak begitu sabar. Bahkan disaat Ayah, Ibu, dan Kakak kedua juga selalu melontarkan kata-kata tidak baik untukmu," kata Han Xia Ming dengan empati.

"Ayah dan Ibu seharusnya tidak memperlakukan mu seperti ini, kak. Kakak sudah banyak menerima ketidakadilan. Jika aku sudah dewasa nanti, aku akan membuatmu tinggal di sebuah rumah nyaman dan besar," timpal Han Liang Wu penuh tekad. Sedangkan Han Xi Fang hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan kedua adiknya.

"Mereka tidak salah, aku mengerti jika Ayah dan Ibu malu. Lagipula, seharusnya aku tidak lahir ke dunia ini, jika itu justru membuat kedua orangtuaku harus menanggung malu," ujar pria itu dengan tenang. Akan tetapi, terdengar sangat menyakitkan.

Ia tidak membenci siapapun, dan semuanya. Hanya ada rasa marah dan sedih yang terpendam saat Ayah atau ibunya melontarkan kata-kata betapa begitu menyesalnya mereka memiliki anak memalukan sepertinya.

"Kakak jangan seperti ini. Ada kami yang perduli padamu." Han Xia Ming tidak dapat menahan air matanya lebih lama lagi. Dia menangis mendengar betapa tegar nya hati sang kakak.

"Terima kasih,"

Painful Darkness Until The End Of LifeWhere stories live. Discover now