Drama Han Xiao Yan

30 4 0
                                    

Di hadapan Han Xi Fang sekarang sudah ada satu ekor ayam panggang utuh. Aroma harum menyeruak memasuki indra penciuman pria itu. Sangat senang, itulah yang dia rasakan saat ini.

Melihat senyum lebar di bibir pucat itu membuat Xiao Ran juga ikut tersenyum. Senang sekali bisa melihatnya bahagia seperti ini, meskipun hanya dengan hal kecil yang mungkin tak berharga untuk orang lain.

Ia mengambil satu paha dan menyodorkannya pada Han Xi Fang.

"Ambilah. Aku sudah berkerja keras untuk ini, awas saja jika kamu bilang tidak enak," ujarnya mengancam. Tapi Han Xi Fang tahu Xiao Ran hanya sekedar bercanda. Ia tersenyum dan mengangkat tangan kanannya hendak mengambil potongan paha ayam.

"Itu tidak akan pernah terjadi. Masakan Ran'er akan selalu enak. Bahkan jika di dalamnya kelebihan garam, aku akan tetap memakannya sampai habis."

Gadis itu mengambil tangan kanan Han Xi Fang dan menuntunnya ke arah potongan ayam.

"Kamu sangat pandai membual!"

"Aku tidak membual," sanggah Han Xi Fang.

"Terserah."

Dia menggelengkan kepalanya seraya tertawa kecil, kemudian melahap sepotong daging tersebut dan mengunyahnya. Ia tersenyum haru sembari mengunyah daging itu. 21 tahun hidup, ini kali pertama dirinya memakan daging ayam panggang. Makanan terenak sepanjang hidupnya, setidaknya sampai saat ini.

Xiao Ran menatap sang kekasih dengan pandangan sendu, kemudian beralih melihat ayam panggang utuh di atas meja. Ada rasa bersalah di dalam benaknya karena hanya mampu membelikan ayam berukuran kecil, itu semua sebab uang yang ia miliki hanya cukup untuk membeli yang kecil.

~~~~~~~

Dua bulan telah berlalu. Seorang wanita memakai pakaian mewah dan mahkota emas menjuntai tengah berlari tergesa-gesa di halaman kediaman kaisar, tanpa memperdulikan tata krama berjalan seorang permaisuri. Ekpresi panik tercetak jelas di wajahnya yang masih tetap cantik.

"YANG MULIA!"

"YANG MULIA!!"

Permaisuri Xin Jiawei berteriak kencang sambil menggedor-gedor pintu kediaman kaisar. Rasa paniknya semakin tidak karuan ketika pintu besar itu tak kunjung terbuka. Ia semakin kuat memukul pintu tersebut.

Wanita itu hampir tersungkur ke depan saat pintu tiba-tiba saja terbuka tanpa aba-aba, namun yang dilihatnya bukanlah sosok kaisar, melainkan kasim pribadinya.

Kasim itu menunduk hormat.

"Salah hormat hamba kepada Yang Mulia Permaisuri."

"Di mana kaisar?!" Tanyanya tanpa basa-basi. Ia menengok ke dalam kediaman dengan nafas terengah-engah dan wajah panik.

"Mohon ampun, Yang Mulia. Saat ini Yang Mulia Kaisar sedang tidak ingin diganggu," jawab Kasim tersebut.

"Bengong tidak perduli! Panggil kaisar sekarang juga!"

Sial! Bagaimana bisa dia selalu sibuk seperti ini di saat semuanya benar-benar kacau!

Mendengar amukan permaisuri, kasim itu kembali menunduk hormat. Wajahnya tenang tanpa rasa takut atau gemetar sedikitpun.

"Maaf, Yang Mulia. Saat ini kaisar benar-benar sibuk dan tidak bisa diganggu."

Painful Darkness Until The End Of LifeWhere stories live. Discover now