Kau lebih dari apapun

28 5 0
                                    

Nada suara seruling milik Han Xi Fang hari ini terdengar lebih menyayat hati dari biasanya. Ya, hampir semua pekerja di istana mengenali melodi indah bercampur kesedihan itu, yang kerap mengikis hati beberapa orang yang masih memiliki simpati padanya. Sisanya? Tentu saja akan tetap menggunjing, meskipun di dalam hati memang mengakui jika permainannya memang luar biasa.

"Dengarlah, pangeran pertama pasti sedang bersedih," ucap pelayan wanita yang berumur 43 tahun pada temannya seraya menimba. Sedangkan yang diajak bicara seketika menghentikan aktivitas tangannya dari setumpuk kain indah milik Han Xia Ming. Ia mendongak menatap seorang wanita yang tengah menimba air tak jauh darinya.

"Untuk apa dia bersedih di siang hari seperti ini? Merasa paling tersakiti, padahal dia memang sangat memalukan," cibirnya sinis.

Mendengar jawaban yang menurutnya sangat kasar, ia berbalik menatap temannya yang masih setia memasang wajah acuh.

"Jaga mulutmu! Apa kau tidak kasihan melihatnya hidup terkurung di dalam kediaman kumuh itu?" Tanya wanita yang kerap disapa 'Bibi Qien' dengan wajah keheranan bercampur tak suka.

"Tidak," balasnya cuek. Kemudian melanjutkan acara mencuci yang sempat tertunda, mengabaikan Bibi Qien yang masih menatapnya.

"Kaisar sangat...."

"Kaisar apa? Apa kau akan mengatakan jika Yang Mulia begitu tega pada darah dagingnya sendiri?" Potongnya dengan cepat.

Ia membanting kain cucian di tangannya secara kasar, lalu menatap tajam Bibi Qien.

"Mungkin aku akan melakukan hal yang sama jika memiliki anak yang begitu memalukan sepertinya! Dia beruntung hanya hidup menderita, jika aku ada di posisi Yang Mulia saat itu, maka dia sudah tinggal nama saja! Tidak, aku tidak akan memberinya nama!" Ucapnya menggebu-gebu.

Bibi Qien terkejut mendengar ucapan temannya yang tidak memiliki hati. Ia tidak bisa membayangkan betapa kuatnya hati pangeran pertama saat mendengar begitu banyak cacian dan makian dari orang-orang tak berhati seperti mereka.

"Ku rasa dewa pun akan murka ketika mendengar perkataan mu itu. Bagaimana jika kau yang berada di posisinya? Tidak ada orang yang ingin terlahir dengan kekurangan." Ia mengusap dadanya untuk menetralkan rasa emosi.

"Kau bertanya padaku tentang apa yang akan kulakukan jika berada di posisinya?" Sahut wanita itu. Dia menatap Bibi Qien.

"Ya!"

"Maka aku akan segera mengakhiri hidupku! Apa lagi yang perlu dijelaskan, ketika sikap semua orang saja sudah menjelaskan jika aku sangat tidak diinginkan," jawabnya spontan, namun menyakitkan untuk didengar.

Dada Xiao Ran terasa perih saat mendengar komentar negatif dari wanita yang sedang mencuci itu. Ia meringsut ke bawah dan terduduk di atas tanah dengan hati yang bergetar, tangisnya pecah saat itu juga. Niatnya yang semula ingin mengambil air, seketika urung kala mendengar kata-kata tak berperasaan itu.

Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu tentang Han Xi Fang?

Mengapa begitu banyak orang yang begitu menginginkan dia tiada?

Tahukah mereka betapa sakitnya tumbuh tanpa sosok orangtua dan kegelapan selama 21 tahun?

Gadis itu berlari dengan tangis menuju kediaman Han Xi Fang. Ingin rasanya ia memeluk pria itu dan memberinya semangat untuk tetap hidup, ia juga ingin meminta maaf karena telah membentaknya pagi tadi.

Saat tiba di depan kediaman, Han Feng Juan yang melihat gadis pujaannya menangis ingin menghentikannya, akan tetapi Xiao Ran berlari melewatinya begitu saja.

Melihat Xiao Ran mengacuhkannya, Han Feng Juan berdecak sebal sekaligus penasaran. Mengapa dia menangis lagi? Kan jadinya semakin cantik. Aih!

Xiao Ran masuk dan melihat seorang pria sedang menuangkan bubur di dalam sendok ke dalam mangkuk dengan tangan gemetar, tanpa menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Sebagian bubur di sendok itu terjatuh ke lantai saat ia berusaha memasukannya ke dalam mangkuk.

Hati gadis itu semakin hancur saat melihat Han Xi Fang yang tidak ingin merepotkan nya. Kakinya tak kuat melangkah, bahkan sekedar membantunya untuk mengambil makanan.

Han Xi Fang menyadari dirinya telah ceroboh. Ia meraba meja dan menemukan lap di sana, lalu berjongkok dan membersihkan bubur yang terjatuh di lantai.

"Aku tidak boleh merepotkan Ran'er terus..."

"Kamu sama sekali tidak pernah merepotkan ku, Fang'er. Maafkan aku."

Xiao Ran berjongkok di hadapan Han Xi Fang dan memeluknya erat. Air matanya menetes membasahi pundak pria itu.

"Ran'er? Sejak kapan kamu ada di sini?" Tanya Han Xi Fang terkejut.

Namun Xiao Ran hanya diam. Rasa bersalah meniup hatinya dan berdesir dengan dingin. Mencairkan rasa kecewa dan mematikan rasa marahnya pada Han Xi Fang. Menumbuhkan rasa sayang yang jauh lebih besar dari sebelumnya.

"Aku menyayangimu," bisik Xiao Ran lirih, tepat di telinga Han Xi Fang.

Pria tampan itu membalas pelukannya, memberikan rasa hangat bagi Xiao Ran saat berada di dekapan tubuh gagah Han Xi Fang.

"Aku tahu itu," balasnya kemudian.

Setelah dirasa cukup, mereka berdua berdiri dan Xiao Ran menuntun Han Xi Fang untuk duduk saja, sementara dirinya akan menyiapkan makanan enak untuknya.

"Duduk saja, dan aku akan membuatmu makan banyak sehingga tak mampu berdiri lagi, ya?" Ucap gadis itu.

"Tap.."

Jemari lentiknya membekap mulut Han Xi Fang, memberikan isyarat agar tak banyak protes. Kemudian ia segera berkutat di dapur membuatkan ikan goreng dan menumis sayuran.

Bau wangi menyerbu penciuman. Bertepatan dengan selesainya gadis itu memasak. Ia menatanya serapi mungkin di atas meja, lalu duduk di hadapan Han Xi Fang.

Han Xi Fang tersenyum simpul. Masakan kekasihnya selalu tercium lezat.

"Terima kasih,"

"En," jawab Xiao Ran.

Ketika tangan pria itu hendak menyentuh sumpit, segera Xiao Ran menghentikannya. Dan lagi-lagi berhasil membuat Han Xi Fang bingung.

"Ada apa?" Tanyanya heran.

"Yang Mulia Pangeran tidak diizinkan memakan makanannya sendirian, karena ada pelayan cantik ini yang akan melayani mu," kata Xiao Ran menggunakan bahasa formal yang terkesan dramatis. Ia mengambil satu potong daging dan mengarahkannya ke mulut Han Xi Fang.

"Buka mulut.. seekor naga segera datang!!"

Han Xi Fang tersenyum tipis, lalu membuka mulutnya dan mengunyah daging itu sembari mengangguk.

"Bagaimana?" Xiao Ran menatap kekasihnya dengan mata berbinar, meminta pendapat tentang masakannya seperti biasa.

"Ran'er memang pandai memasak," jawab Han Xi Fang, memuji masakan gadis di hadapannya.

Mendengar pujian yang ditujukan terhadapnya, membuat pipi Xiao Ran memerah karena malu. Entah mengapa setiap kali Han Xi Fang memuji masakannya, ia akan merasa sangat senang. Rasa bahagia yang begitu berbeda, seperti sesuatu yang sangat dinanti. Lain halnya dengan pujian orang lain atau keluarganya, itu terasa biasa saja.

Painful Darkness Until The End Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang