ISI SURAT AZAM

68 4 0
                                    

Dari Azam, Untuk Asmara Wibisana.

Teruntuk Istriku, bunga hatiku sayang. Segenap hati dan jiwa ku, aku persembahkan seluruhnya untuk mu, Asmara-ku. Gadis pelita yang selalu berlari tanpa lelah, di dalam memori kenangan lama. Hingga membawaku kembali ke Tevaga, untuk menjalin cinta kita yang sempat terjeda.

Kamu tentu banyak mendengar, orang-orang berkata bahwa kamu beruntung bisa bersanding bersama ku. Namun faktanya akulah yang beruntung memiliki dirimu, Asmara. Tulusnya cinta mu tak mampu tertandingi oleh siapapun, kamu yang selalu berada di sisiku dalam masa-masa menyakitkan. Kamu yang rela meninggalkan pekerjaan mu di Tevaga, demi menjaga suami mu yang penyakitan. Sungguh mulia cinta mu itu, Mara. Membuat ku kewalahan menampung rasa yang teramat besar itu.

Tapi Sekali lagi, Maafkan aku, Mara. Aku tak mampu bertahan lama. Aku tak bisa mendekap mu selamanya, sama seperti Kazam yang dengan lancang pergi tanpa bilang. Namun percayalah, istriku sayang. Aku tak pernah bermaksud mempermainkan, apa lagi berniat meninggalkan dirimu.

Aku pikir setelah menikah dengan mu, merasakan cinta kasih mu yang bertaut dengan hatiku. Mampu mengobati segala luka dan menepis serangan penyakit yang menggerogoti raga, tapi ternyata tak mampu juga. Sebab sudah suratan yang mahakuasa, membuat ku lara sedemikian rupa.

Asmara.... Segala yang aku tinggalkan untuk mu, tak ada yang berharga kecuali cintaku yang suci dan mulia. Setiap degup jantung ku, selalu menyerukan nama mu. Setiap denyut nadi ku, ku selipkan gema cinta ku pada mu. Asmara-ku, aku tak akan pernah bosan mengumandangkan kalimat cinta untukmu. Meski lidah ku kelu, suaraku tak padu. Tetap akan ku katakan, bahwa aku mencintaimu.

Aku tau, tidak mudah bagimu untuk hidup sendirian di dunia yang kejam. Maka dari itu, dalam surat ini aku katakan. Jika memang kamu membutuhkan seseorang untuk sandaran, maka carilah seseorang itu, Mara. Carilah seseorang yang bisa melegakan lara dan menghapus luka. Aku Ridha, aku rela, Istriku.

Aku tau, aku tak boleh egois meminta mu untuk bertahan sendirian, menggenggam cinta kita yang begitu menyedihkan. Sebab kamu sudah ikhlas melepas kepergian ku, sebagai gantinya. Aku juga ikhlas jika ada seseorang yang menggantikan posisi ku.

Maaf jika kamu tidak menyukai kalimat ku itu, aku tau kamu sangat mencintai ku, Mara. Kalau memang kamu tidak mau, tidak apa. Aku juga masih ingin bertemu dengan mu di surga, untuk menyemai cinta kita yang lebih abadi. Sejujurnya itulah harapan ku. Bisa bertemu dengan mu di keabadian, adalah sesuatu yang membahagiakan bukan?

Mara....

Demi semesta dan seisinya aku tak bermaksud meninggalkan mu, tapi raga ini begitu ringkih dan penuh luka, Mara. Sehingga memaksaku untuk pergi jauh darimu, maafkan aku. Aku tak punya kuasa untuk sekedar menetap di dunia, tapi tuhan juga tak bersalah atas takdir nya. Ini semua sudah suratan, sayang.

Aku ingin setelah ini kamu tidak tenggelam dalam lautan air mata, jangan menangis lagi, Mara. Air mata mu sudah banyak terkuras karena ku, aku tak mau menyaksikan mu menangis lagi. Meskipun kamu tak bisa melihat ku secara nyata, tapi percayalah, sayang. Aku selalu bisa melihat mu, aku selalu ada di sisimu.

Bersama dengan semilir angin yang membelai rambut indah dan wajah ayu itu, aku datang dengan jiwa yang lebih kekal untuk memeluk tubuhmu saat dinginnya malam. Aku tak pernah bisa jauh dari mu, Mara.

Pesanku hanya satu, hiduplah dengan baik, karena itu yang aku harapkan dari mu. Aku ingin Asmara-ku tersenyum lagi, aku ingin Asmara-ku tertawa lagi, aku suka senyum dan tawa mu Mara. Ah, aku suka segala hal tentang mu, jadi aku harap kamu tetap berbahagia ya, istriku?

Terakhir, aku ingin memberi tahu. Bahwa satu lagu yang selalu aku nyanyikan untuk mu, setiap kamu tengah memasak, adalah penggambaran dirimu sendiri Mara.

Syair si pari pari, aku ciptakan atas dasar puja-puji ku pada dirimu, sayang. Aku mencintaimu dengan segenap jiwa dan hati ku, Asmara-ku. Maaf karena belum bisa menjadi suami yang sempurna.

Tertanda, Azam Zafari.

THE END

Aku fikirkan mendung berterusan
Tapi kini mentari muncul lagi
Kurasa kembali kehangatannya
Maafkan aku meninggalkanmu
Itu kulakukan kerana cintaku padamu
'Ku tak sanggup melihat kau tersiksa
Tuhan saja yang tahu perasaanku
Berperang dengan suasana
Hingga 'kan kuterpaksa meninggalkanmu
Kerana tak sanggup melihat kau menderita
Menyesalnya 'ku kerana menyangkal
Nasib tak menyebelahi cinta dan hidup kita
Syukur Tuhan masih sayang pada kita
Masih sayang, masih ada cinta
-Mentari Muncul Lagi (Slam)


****

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT DAN FOLLOW YA, READER'S KU SAYANG?

98's 2: AZAM UNTUK ASMARA {END} ✓Where stories live. Discover now