Masa Lalu Biarlah Masa Lalu

25 5 0
                                    

StoryLea_part3

"Lea, Lea, Lea

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

"Lea, Lea, Lea...tunggu dulu, Lo mau kemana?" (ucap Doyoung yang berusaha meraih tangan Lea yang hendak pergi).
"Doy, gue gak suka ya Lo kayak gitu sama gue. Ngapain coba Lo tiba-tiba nyuruh gue ngobrol lewat telepon sama Yuta!" (ucap Lea sedikit emosi).
"Lah gue kan cuman disuruh Yuta kasih hp nya ke Lo. Lagian gue baru tau kalian putus dari Yuta tadi. Kan Lo tau semenjak kalian pacaran gue jarang ketemu sama kalian berdua, bahkan kabar kalian aja gue gak tau. Gue baru ketemu Yuta lagi pas dia ngedesain buat interior apartemen gue. Dan Lo, gue juga baru ketemu Lo lagi sekarang" (ucap Doyoung yang ikut emosi).
"Bukannya gue gak mau ketemu Lo Doy, tapi...." (ucap Lea belum selesai).
"Iya gue ngerti, Lo dulu gak mau bikin Yuta cemburu. Makanya Lo gak deket-deket gue lagi dan milih ngejauh. Awalnya gue bingung, tapi untungnya gue cepet ngerti kalau Lo emang nyoba jaga jarak sama gue. Gue gak papa sih Lo kek gitu kek gue, secara gue kan cuman temen Lo. Tapi jujur aja gue agak kecewa sama kalian berdua saat itu, gimana enggak kalian asyik berdua sedangkan gue jadi kambing conge kalau lagi kumpul bertiga bareng kalian. Gue sadar kita itu bukan sahabat lagi, tapi sepasang kekasih dan seorang temannya. Dan ya...akhirnya gue nyibukin diri sendiri aja saat kuliah, supaya gak ganggu kalian. Dan kabar kalian putus gue juga baru tau, tapi dengan mudahnya Lo malah marah dan nyalahin gue" (jelas Doyoung emosi).

Mendengar penjelasan Doyoung, Lea hanya terdiam. Dia bingung mau bicara apa lagi. Pasalnya dia merasa apa yang dikatakan Doyoung ada benarnya.
"Doy... gue hiks hiks hiks" (belum sempat Lea melanjutkan ucapannya dia malah menangis).
Lea berjongkok sambil menundukkan kepalanya, dia juga menutupi wajahnya dengan lengannya itu. Rasa penyesalan adalah yang utama bagi Lea, dia menyesal telah membuat salah satu sahabatnya tersakiti. Lantas Lea menangis mengingat hancurnya persahabatan yang sudah dijalin sejak lama harus hancur karena rasa cinta. Doyoung yang melihat Lea menangis tidak tega dan langsung ikut berjongkok di depan Lea.

"Lea...Lo gak papa kan?" (ucap Doyoung pelan).
"Hiks hiks hiks...." (Lea menegadahkan kepalanya menatap Doyoung sambil meneteskan air matanya).
"Doy...gue sebenarnya mau cerita sama Lo, tapi gue malu. Gue malu banget kalau harus cerita sama Lo saat itu. Secara gue udah ngejauhin Lo tapi pas ada masalah kenapa gue harus cerita sama Lo? Yang ada gue kayak penjahat. Gue gak mau Doy. Hiks hiks hiks" (ucap Lea lirih).
"Ya terus? Kenapa Lo gak cerita aja. Bodoh banget sih. Gue bilang juga apa?  kalau Lo mau cerita, cerita aja.  Jangan dipendam"(ucap Doyoung tegas).
"Hiks hiks hiks, gue gak mau sebenarnya nangisin cowok berengsek itu, gue cuman nangisin penyesalan gue udah jatuh cinta sama orang kayak dia!" (ucap Lea).

Doyoung hanya terdiam, dia tidak tau harus mengatakan apa lagi supaya Lea berhenti menangis.

"Doy... padahal gue udah janji sama diri gue sendiri buat gak nangis. Bahkan saat bos gue caci maki gue, gue gak nangis. Ataupun saat Yuta selingkuhin gue di depan mata gue sendiri, gue juga gak nangis. Karena gue gak mau nangisin hal remeh kayak gitu, gue terakhir nangis waktu Ayah meninggal. Karena gue gak mau jadi orang lemah. Tapi dengan Lo mengatakan hal seperti itu, semakin bikin gue merasa bersalah sama Lo. Yang akhirnya gue nangis juga karena nyesel udah bikin satu temen gue sakit hati. Gue bener-bener minta maaf Doy" (ucap Lea lirih).

Doyoung yang mendengar Lea berbicara seperti itu, merasa tidak tega kepada sahabatnya itu. Lantas Doyoung memeluk Lea dengan erat. Tak lupa Doyoung juga mengusap-usap punggung Lea dengan pelan.

"Hiks hiks hiks....."(tangis Lea).

Lea semakin menangis saat dipeluk Doyoung, selama ini dia belum menangis lagi seperti itu. Kalaupun dia merasa sedih, Lea hanya akan terdiam tanpa mengeluarkan air mata sedikitpun, karena dia berusaha membuat dirinya tidak menangis dan menjadi orang yang kuat. Lea merasa nyaman menangis dipelukan Doyoung, dia menempelkan dagunya di pundak lebar Doyoung. Lea menangis cukup lama, tangisan yang selama ini dia pendam, akhirnya dikeluarkan juga pada hari itu.

"Lo jangan jadi orang sok kuat, kalo mau nangis, nangis aja. Sok sok an nahan tangis. Kalo Lo nangis bukan berarti Lo orang yang lemah, kalo Lo bisa bangkit lagi walaupun harus nangis dulu kenapa enggak kan? Jadi selagi Lo sedih nangis aja, gak akan ada yang bilang Lo cengeng. Yang tau Lo sedih atau enggak cuman diri Lo yang ngerasain, bukan orang lain. Mulai sekarang Lo harus nangis kalau lagi sedih, dan harus ketawa saat bahagia. Semuanya itu ada porsinya masing-masing harus seimbang. Dan satu hal lagi, om Adri gak akan nganggep Lo cengeng kok kalau Lo nangis. Karena bagi dia, Lo tetep gadis kecil kesayangannya. Apalagi kalau om Adri masih hidup, mungkin dia bakal bangga ngeliat Lo tumbuh secantik dan semandiri ini" (bisik Doyoung dekat telinga Lea).

Bisikan Doyoung cukup membuat Lea tenang, lantas Lea semakin erat memeluk Doyoung dia merasa mendapatkan tempat untuk berlindung.
Lea memejamkan matanya mencoba untuk rileks, dia menempelkan kepalanya di pundak Doyoung, dan semakin erat memeluk tubuh Doyoung. Tetapi tidak dengan Doyoung dia merasa sesak, entah kenapa jantungnya berdetak sangat cepat. Lantas Doyoung melepaskan pelukannya itu.

"Um....aw kaki gue kesemutan!" (teriak Doyoung yang masih jongkok).

Doyoung melepaskan pelukannya dari Lea.

"Lea gimana ini gue gak bisa berdiri, argh....!!!"(teriak Doyoung).
"Ahahaha..."(tawa Lea yang masih basah dengan air mata).
"Jangan lebay Lo, emangnya gue juga gak kesemutan" (lanjut Lea).
"Gue lurusin kaki dulu aja deh, Argh!" (teriak Doyoung yang lalu duduk selonjoran).
"Emang kaki Lo gak sakit jongkok terus?" (tanya Doyoung).
"Um...sakit sih, tapi gue udah biasa jongkok dan berdiri berjam-jam  lamanya. Soalnya kan gue wartawan, harus nunggu aktris keluar buat wawancara" (jelas Lea).
"Oh... ngomong-ngomong ini ingus Lo banyak banget di baju gue. Basah" (ucap Doyoung).
"Enak aja, itu air mata bukan ingus!" (protes Lea).
"Bohong banget kalo Lo bilang gada ingus, Lo kan nangis lama tadi masa iya gak ada ingusnya" (ledek Doyoung).
"Enggak kok. What! Ini udah jam 9 aja. Gue kelamaan sih di apartemen Lo!" (ucap Lea panik setelah melihat jam dinding milik Doyoung).
"Emang kenapa?" (tanya Doyoung).
"Lo kenal orang ini gak?" (tanya Lea menunjukkan foto di hp nya).

"Lo kenal orang ini gak?" (tanya Lea menunjukkan foto di hp nya)

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

"Oh dia. Kenal sih enggak tapi gue tau tuh orang" (jawab Doyoung).

"Hah serius? Dia tinggal dimana?" (tanya Lea).
"Buat apa nanyain?" (ucap Doyoung).
"Biasa....misi!"(ucap Lea).
"Oh...kalau gak salah sih unit 110" (ucap Doyoung).
"Ah, Doyoung makasih Lo emang sahabat terbaik gue!" (ucap Lea yang langsung memeluk Doyoung).
Sontak pipi Doyoung memerah saat Lea memeluknya secara tiba-tiba.
"Gue pergi dulu ya...makasih buat hari ini!" (ucap Lea yang berlalu pergi).

Doyoung masih mematung salting, pipinya sangat merah merona. Dia tersenyum simpul, rasanya dia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya dipeluk Lea.

"Cih dia seneng banget, sampe semangat gitu sama kerjaannya. Padahal barusan nangis kejer" (ucap Doyoung sambil melihat Lea berlalu pergi).
"Argh....apa-apaan sih gue tadi. Kalau sampe Lea tau gue salting gimana? Bisa malu gue" (gerutu Doyoung).
"Oh my God  gue juga lupa minta nomor hp Lea, ya ampun Doyoung kok Lo bodoh banget sih bisa sampe lupa! Argh...." (gerutu Doyoung).

Beautiful DreamsHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin