Episode 3

55 4 2
                                    

Gavin dan Sasha sedang berada di dalam UKS untuk menyendiri dan mereka berdua duduk saling membelakangi. Gavin sibuk memegangi hidung dan pipinya sedangkan Sasha menangis sesenggukan.

Seorang wanita yang menggunakan baju dokter pun menghampiri mereka.

"Hari keberuntungan ibu. Ada bocah cengeng dan bocah yang babak belur."

Wanita berbaju dokter itu memberikan tissue ke Sasha yang sedang menangis gara-gara Nora mempengaruhi Syifa.

"Nyoh. Hapus airmatamu, Nak."

Sasha pun menerima tissue tersebut lalu menghapus airmata dan mengelap ingusnya.

Wanita berbaju dokter itu mempunyai nametag bertuliskan Gaby. Dokter Gaby pun mengambil plester dari P3K dan kompres dari coolbox untuk diberikan ke Gavin.

"Kamu habis gelut, ya? Mau nangis? Kami nggak akan cerita ke siapa pun."

Dokter Gaby memberikan plester dan kompres ke Gavin. Dan Gavin pun menerimanya.

"Nggak nangis, soalnya gue bukan cewek." ucap Gavin sambil memakai plester ke batang hidungnya.

Di sisi lain Sasha sempat melirik Gavin dengan aneh. Gavin pun menaruh kompres ke pipinya sambil melanjutkan bicaranya.

"Jangan tersinggung."

Dokter Gaby hanya menggelengkan kepalanya mendengarkan ucapan Gavin.

"Nggak tersinggung kok."

Dokter Gaby pun berjalan meninggalkan mereka berdua untuk mengambil sesuatu.

Sasha kembali membelakangi Gavin dan memulai pembicaraan.

"Itu membuat lo jadi lebih baik? Nggak menangis. Ya, karena lo nggak punya apa pun untuk ditangisi. Lo itu cowok kan? Jika orang yang membicarakan kejelekan lo. Lo nggak perlu sembunyi-sembunyi di WC. Jadi cowok itu lebih gampang bung."

Gavin menaruh kompresnya dan menjawab pertanyaan dari Sasha.

"Tarik kembali omongan lo ya. Kepang dua! Sejak kapan jadi cowok itu gampang? Jika ada sesama lelaki yang bertubuh kekar memancing lo gelut. Lo bakal disalahin? Nggak, lo cuma perlu curhat dan memeluk nyokap lo di dapur saat mengulek bumbu ketoprak atau...."

Dokter Gaby pun kembali membawakan termometer dan menaruhnya ke kedua bibir Gavin dan Sasha.

"Oke, stop!"

Gavin dan Sasha menggigit termometer masing-masing dan Dokter Gaby Kembali melanjutkan bicaranya sambil mengambil sesuatu dari atas nakas.

"Kalian ingin debat soal jenis kelamin? Kenapa nggak chatting-an aja seperti anak-anak lain?"

Dokter Gaby mengambil dua ponsel dan menghampiri mereka.

"Jangan saling ejek lagi di depan ibu."

Dokter Gaby memberikan ponsel yang salah ke mereka berdua. Gavin pun menunjukkan ponsel Xiaomi Redmi Note 1 ke Dokter Gaby dan protes.

"Ini punya dia, punya gue warna pink."

Dokter Gaby membalikkan badannya sambil berucap ke Gavin.

"Nggak peduli dan ibu serius, disini kalian berdua harus anteng!"

Gavin dan Sasha pun kembali bertukar ponsel mereka berdua pun saling melakukan chat sambil menggigit termometer.

Sasha Dinata

Lo pikir jadi cewek itu gampang hah?

Gavin Widjaja

Nggak terlalu berpikir sih, gue tau.

The Swap Where stories live. Discover now