CHAPTER 04 ~ BAPER

250 84 37
                                    

"Ra, Gimana udah selesai belum urusannya? Kalau udah selesai kita pulang yuk" Tanya Latif sambil menaik-turunkan alisnya itu.

"Udah, Ayuk kita pulang" Kata Namra sambil manggangguk kecil seraya memberikan senyuman manisnya kepada Latif.

"Sebelumnya aku mau berterima kasih banyak yaa ke kamu karena kamu udah baik mau ngajak aku ke sini" Sambungnya.

"Iyaa sama sama, Semoga aja gue bisa ngebantu lo lebih daripada ini ya, Ya udah yuk, gue mau lo pamitan sama yang lain"

Latif dan juga Namra bergegas untuk berpamitan dengan Ustadz, Ustadzah, Serta para santri yang sudah dikenalnya tadi.

"Assalamu'laikum Ustadzah, Saya izin pamit terlebih dahulu ya, Insyaa Allah kalau memang cocok saya akan kembali ke sini lagi. Terimakasih banyak yaa Ustadzah" Kata Namra sambil mengambil tangan Ustadzah Nimah untuk menciumnya.

"Yasudah kalau begitu saya juga izin untuk pamit ya, Ustadzah" pamit Latif.

"Walaikumussalam, Kalian hati-hati yaa dijalan" Sahut Ustadzah Nimah sambil memberikan senyum kecilnya.

Setengah perjalanan pun berlalu. Latif ingin mengajak Namra untuk mencari Restoran. Karena, Ia sangat lapar dan ingin mengajak Namra untuk cari makan siang terlebih dahulu.

"Hmm.. Ra, Gue berhenti depan situ yaa..."

"Emangnya kenapa, Tif?"

"Gue.. Laper... Hehehe..."

"Owalahh, Yaudah yuk makan dulu makan"

Tanpa berbasa-basi lagi. Latif langsung memarkir motornya itu di depan Restoran Ganjoa.

Latif pun segera memanggil Waiters untuk meminta menu yang ada di dalam Restoran tersebut.

"Lo mau pesen apa, Ra? Gue pilihin yaa" Tanya Latif sambil menunjuk menu yang telah diberikan oleh Waiters itu.

"Yaudah, Terserah lo gue mah ngikut aja" Kata Namra sambil memberikan senyum ya.

"Hmm, Yaudah saya pesen Nasi Goreng Ayam nya dua sama juz Alpukat nya 2 yaa mbak, Terimakasih"

"Baik ditunggu yaa kak pesanannya"

Sementara itu Latif memandang terus wajah Namra selama beberapa detik. Ia khawatir kalau Namra sudah berangkat Ia tidak akan pernah bisa bertemu dengannya lagi walaupun hanya sesaat.

"Lo ngapain ngeliatin gue terus sampai segitunya, Astaghfirullah Hal Adzhim, zina mata, Tif"

"Maaf yaa, Lo salting ya?"

"Bukan tapi kan lebih baik ngehindari dosa daripada lu ngeliatin gue terus mending ngajak gue ngobrol aja gue takut nih"

"Takut apa?"

"Takut zina mata"

~ Latif berbicara didalam hatinya ~

(Ma syaa allah, calon istri hal kecil pun dia perhatiin emang gak salah sih gue suka sama orang kenapa nggak dari dulu aja ya kayak begini)

"Ra, Hmm.. Gue mau nanya sama Lo" Kata Latif sambil nyengir tapi tidak lupa dengan mata seriusnya.

"Iyaa, Lo mau tanya apa emangnya"

"Kalo misalkan di Mesir, ada cowok yang suka dan serius sama Lo. Lo bakalan nerima dia apa engga?"

"Gue mah tergantung ya. Kalau, Misalkan gue suka sama dia dan udah siap buat nikah ya gue terima. Tapi kalau misalkan gue nggak suka dan gue belum siap nikah ya nggak bakalan gue terima. Karena, prinsip Gue pernikahan itu kan ibadah terlama jadi gue nggak bakalan bisa salah memilih pasangan hidup gue. Karena, dia yang bakalan mimpin gue dunia maupun akhirat dan bakalan ngebimbing gue supaya bisa masuk ke syurga-nya Allah.

Takdir Cinta di Al Azhar Kairo (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang