CHAPTER 06 ~ HADIAH

203 70 36
                                    

Satu pekan telah berlalu, Namra telah menyiapkan hadiah apa yang akan ia berikan kepada Latif.

"Bismillah, Semoga dia suka.. Sebenernya hadiah ini nggak seberapa sih dibanding dengan kebaikan nya dia, Gue tulis surat dulu ahh buat dia." Kata Namra dalam hatinya.

"Isi surat itu"

~

Haii Latif, semoga ketika kamu membaca surat ini perasaan hati kamu dalam keadaan bahagia yaa. Sama seperti ketika aku menulis surat ini...

Aku bahagia banget Allah pertemukan aku dengan kamu. Kamu begitu baik sama aku.. Padahal ketika kita masih sekolah aja kita nggak pernah ngobrol. Eh, Pas lulus kamu malah baik banget sama aku

Aku nggak tau lagi cara ngebalas kebaikan kamu seperti apa, Hanya Allah yang bisa ngebalas semua kebaikan kamu

Ketika aku sudah berkuliah di Kairo nanti aku janji aku nggak bakalan ngelupain orang sebaik kamu yang pernah hadir didalam hidup aku, Latif

Aku bakalan kuliah yang bener dan bakalan jadi dokter sesuai dengan yang orang tua aku harapkan. Dan, kamu harapkan terlebih lagi aku nggak mau sampai ngecewain kamu

Sebenarnya selama ini aku udah tahu perasaan kamu, kamu selalu ngode aku bahwa kamu sangat cinta sama aku tapi untuk kali ini aku nggak tahu tentang perasaan aku sendiri ke kamu tapi terima kasih udah ngasih effort dan udah mencintai aku dengan sepenuh hati kamu

Setelah aku selesai di Pondok Pesantren ini aku mau kamu nganterin aku ke bandara. Aku pengen lihat kamu untuk yang terakhir kalinya sebelum aku mulai kuliah di luar negri

Aku bakalan ceritain kepada dunia betapa baiknya kamu terhadap aku. Aku nggak bakalan pernah bisa ngelupain kamu Latif

Selamat tinggal Latif sampai bertemu lagi menurut takdir

Regards
Namra Virginia Nadhia

~

Sebelumnya Namra sudah menyiapkan sarung, baju koko, peci serta Al Qur'an kecil untuk Latif supaya Latif bisa semangat untuk beribadah kepada Allah.

Keesokan harinya Namra mendapati lelaki berbaju putih dan celana hitam di gerbang Pondok Pesantren itu. Namun, rupanya Namra mengenali lelaki tersebut. Ternyata, lelaki tersebut adalah Latif.

"Ma syaa Allah Tabarakallah, Latif kesini ada keperluan apa yang kira-kira?" Tanya Namra dengan terheran-heran sambil bergegas menuju gerbang Pondok Pesantren itu.

"Eh.. Eh.. Eh, Anti mau kemana?" Tanya Fatma selaku Ketua Kamar sekaligus pengurus Asrama Santriwati.

"Ana mau ke gerbang ketemu sama Latif sebentar aja." Kata Namra sambil memohon.

"Afwan yaa. Tapi, di Pondok Pesantren ini ada aturan nya sendiri. Jam segini mana ada santri yang boleh keluar kawasan Pondok Pesantren apalagi ke gerbang ke Aula saja jam segini belum boleh anti apalagi ketemu dengan ikhwan nanti bisa-bisa kena takzir sama Ustadzah" Jelas Fatma.

Takdir Cinta di Al Azhar Kairo (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang