CHAPTER 19 ~ PERASAAN

70 9 16
                                    

Dingin menyelimuti malam, Murojaah yang saat ini dilakukan oleh Namra di balik pintu asrama Universitas Al Azhar sambil memikir setelah itu. Mengapa Latif belum menghubunginya sampai sekarang? Ia berpikir, Apakah Latif ganti nomor ataukah ada sesuatu yang terjadi dengan Latif di Indonesia.

Satu hal yang tidak bisa dilepas dari fikirannya yaitu Latif. Karena, Ia khawatir dengan keberadaan Latif di Indonesia belum menghubunginya sampai sekarang ini dan ia masih tetap menunggu kabar Latif menghubungi dirinya atau Nila sampai besok hari.

Keesokan harinya di dapur asrama terlihat Namra yang sudah bangun pagi-pagi untuk memasak nasi goreng dan mie untuk ia berikan kepada Nafish sebagai tanda terima kasih karena selama ini Nafish telah baik kepada dirinya.

Sesampainya di kampus, Namra langsung memberikan makanan yang telah dimasaknya itu kepada Nafish. Saat itu Nafish sedang duduk di taman samping Fakultas Kedokteran.

"Assalamu'alaikum Fish! Afwan menggangu waktunya. Ini saya bawain makanan buat kamu, Mohon diterima ya..." Ucap Namra sambil memberikan makanan yang di bawanya itu.

"Wa'alaikumussalam Warahmatullah Wabarakatuh. Ya Allah, anti dalam rangka apa ini?" Tanya Nafish dengan rasa ketidaktahuannya.

"Ini sebagai rasa ucapan terima kasih saya karena kamu udah baik sama saya selama di sini, Fish"

"Ma syaa Allah, Anti juga baik kok. Syukron Jazakumullah Khairan Katsir. Afwan juga sudah direpotkan pagi-pagi dimasakin makanan seperti ini saya jadi ngerasa spesial banget di mata anti jadinya" Kata Nafish dengan rasa gembira menggebu-gebu yang terlalu dalam.

"Aiyaa Nafish"

Sementara itu datanglah Nila yang melihat keberadaan Nafish dan juga Namra di taman. Lalu, Nila menghampiri mereka berdua dan berkata...

"Raa, Gimana gimana? Latif hari ini udah ngehubungin kamu apa belum? Dia juga belum nge-chat aku sama sekali sih" Tutur Nila sambil memberi kabar kepada sahabatnya itu.

"Hiihh! Ada Nafish nggak enak kalo ngomongin Latif di sini" Celetuk Namra.

"Oh Iya, Afwan ada Nafish yaaaa..."

"Kalau boleh tahu Latif itu siapa ya?" Tanya Nafish yang baru mendengar nama Latif disebut.

Namra diam tak bersuara.

"H-mmh, Mungkin dari Nila ataupun Namra bisa menjawab?!"

"Latif itu calon suaminya Namra fish..." Kata Nila dengan nada rendahnya.

"Calon suami? Kapan kalian akan melangsungkan pernikahan kalian?"

"7 tahun lagi setelah Koas dan dapat sanad di sini Fish" Kata Namra lanjut menjawab.

"Itu waktu yang sangat lama. Emangnya beliau bisa nunggu anti untuk pulang ke Indonesia dengan jangka waktu bertahun-tahun? Kuliah di Fakultas Kedokteran itu nggak mudah banyak rintangan perjuangan pengorbanan juga air mata bahkan lebih dari 7 tahun kita semua bisa pulang ke tanah air kita masing-masing"

Namra menghela nafas panjang setelah mendengar perkataan dari Nafish. "Insya Allah, dia akan setia untuk menunggu saya kembali lagi ke Indonesia fish..."

"Lalu, Apa jaminan kalau beliau bisa setia menunggu anti sampai pulang ke Indonesia dengan jangka waktu bertahun tahun lamanya?"

Namra kembali diam tak bersuara setelah dicecar pertanyaan yang membuatnya sulit untuk menjawab.

"Begini ya anti, nggak salah kalau anti itu punya calon suami tapi di samping itu kita juga harus mikirin beliau yang memang punya niat baik untuk melamar anti tapi dengan jangka waktu selama itu, Apakah beliau siap untuk menerima resiko untuk bisa hidup bersama dengan anti nantinya? Yang seperti ana bilang tadi menjadi seorang dokter itu nggak mudah bahkan hidup dan mati kita itu dipertaruhkan demi status kita sebagai seorang dokter. Kalaupun nantinya Allah takdirkan kalian berdua untuk bersama, Bagaimana dengan waktu beliau yang telah menunggu anti selama lebih dari 7 tahun di Indonesia? Bagaimana kalau beliau ini nggak ada kabar sama sekali yang membuat perasaan anti jadi kacau di kampus?"

Takdir Cinta di Al Azhar Kairo (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang