✿¤-CHAPTER 13-¤✿

1K 136 19
                                    

“Ini tak akan bisa, hyeong!” Seru seorang lelaki muda dengan nada yang penuh dengan keputusasaan. Jubah sekolah yang ia gunakan di taruh pada kursi, memperlihatkan kemeja putih bagian dalam yang tampak kebesaran di tubuh nya. Di atas meja usang di penuhi oleh ratusan buku yunani kuno, di baca oleh mereka seluruh nya. Pemuda yang lebih tua melirik lalu kembali fokus pada bacaan, “Tetaplah mencari, Tae. Ku yakin buku kedua tersimpan di ruangan ini,” Ujarnya, membenarkan kacamata yang sedikit menurun pada pangkal hidung.





Kim Taehyung mendengus kecil, dengan sangat terpaksa ia kembali membaca buku yang di pegang seraya mencari titik fokus pada setiap kata. Sang kakak, Namjoon, menarik dirinya ke ruangan kumuh nan penuh debu ini saat ia sedang berbincang dengan Jungkook, teman sekaligus pria yang ia sukai dalam diam. Maka dari itu, bungsu Kim selalu memasang wajah cemberut dengan lirikan tajam untuk sang kakak.





Namjoon memahami suasana hati sang adik, namun ia tak perduli karena ada yang jauh lebih penting dari masalah kecil ini. Ada seseorang yang berada dalam bahaya besar dan ia harus membantu walau itu berupa hal kecil. Huang Renjun, Namjoon yakin lelaki kecil itu sudah mendapatkan jawaban dari buku pertama silsilah keluarga Fagghilier. Dan kini, dirinya harus membantu dengan mencari buku kedua, tersimpan entah di mana.






Ruangan yang sedang mereka masuki terletak di bawah tanah. Pintu yang di rahasiakan letaknya, Namjoon baru mengetahui tempat ini pada hari kematian Hyunsuk saat itu, sesaat upacara penghormatan berakhir, ia tanpa sengaja melihat gerak-gerik aneh staff Kim. Mengikuti insting, dan berakhir menemukan ruang rahasia ini. Ruangan yang begitu kumuh, kotor, penuh debu dan berbau tak sedap. Alasan lain mengapa Taehyung terus menerus merengek karena tak nyaman berada di sini.






Hyeong.. Ini sudah buku ke seratus lima ku baca, namun buku yang kau cari tak di temukan. Mungkinkah buku itu terletak di ruang lain?” Tanya sang adik, yang membuat Namjoon menghentikan bacaan. Menatap Taehyung lalu menghela nafas, “Kita cari lagi, masih banyak buku yang belum kita baca, kan?” Balasan yang membuat Taehyung menghela nafas, kembali melanjutkan aktivitasnya dengan lebih serius.






Hingga menit berubah menjadi jam, waktu berputar begitu cepat, memasuki waktu malam yang memberikan kesan menyeramkan sebab tak ada penerangan. Suhu yang berubah menjadi jauh lebih dingin dalam sekejap, menghentikan Namjoon untuk beranjak mencari obor atau penerangan apapun itu. “Pakai jubah mu, suhu turun dengan begitu cepat.” Titahnya, yang langsung di laksanakan oleh sang adik sebab Taehyung pun tak menyukai suhu rendah.






Setelah memastikan bahwa sang adik nyaman dalam balutan jubahnya, Namjoon pun kembali mencari obor pada sujud ruangan yang di penuhi oleh berbagai jenis tumpukan barang. Kebanyakan buku dengan berbagai genre, puluhan kardus kosong dan kayu-kayu berbalok yang entah untuk apa di simpan disana. Padahal jika bisa, barang yang tak lagi memiliki nilai guna itu bisa di buang atau pun di bakar. Tak memikirkan masalah itu, Namjoon memperjelas penglihatannya. Menutup area hidung dan mulut guna menghindari debu, terbatuk sesaat tak menghentikan niatnya menemukan sebuah penerangan.






Taehyung yang mendengar suara batuk sang kakak sontak mendekat, turut membantu mencari obor yang mendapatkan protesan dari sang kakak namun Taehyung bebal, tetap ingin membantu yang mana membuat Namjoon mengalah. Tak ingin berdebat.






“Hati-hati.. ”






“Kau juga,” Balas Taehyung yang Namjoon angguki.






Selang beberapa menit kemudian, Taehyung yang melihat sebuah obor tua terselip di antara tumpukan buku usang pun tersenyum dan hendak mengambil obor itu. Tangan kanannya memanjang, meraih namun tak sampai, membuatnya berjinjit. Ujung jemari tengahnya menyentuh obor, senyuman membanggakan hadir dan ia semakin berjuang mendapatkan obor tersebut, namun detik berikutnya mengejutkan Namjoon sebab suara gebrakan keras mengalihkan perhatian.






THE IMPOSTOR || RENJUN HAREMWhere stories live. Discover now